Bab 20

"Gisel," panggil Dewi setengah berlari menghampiri Gisel.

Sementara itu, Xavier sudah duluan jalan ke kantin. Ia tidak mau jika hubungannya dengan Gisel di ketahui oleh anak-anak kelas mereka, termasuk Bryan yang dari dulu memang tergila-gila kepada Gisel. Xavier tidak mau jika persahabatan antara dengan Bryan jadi hancur berantakan karena memperebutkan satu perempuan yang sama.

***

"Nggak usah teriak-teriak Dewi, gue nggak budeg kok," ucap Gisel dengan raut wajah bahagia.

"Ih, kayaknya lo lagi seneng banget. Ada apa nih kira-kira?" tanya Dewi menyenggol bahu Gisel pelan.

"Kamu nanyak? Kamu nanyak? Kamu bertanyak-tanyak? "🤣🤣🤣 canda Gisel mengikuti trend.

"Ih Gisel apaan sih lo, alay banget. Gue serius nanya nih? Lo kayaknya lagi senang banget gitu," tanya Dewi lagi.

Ia benar-benar penasaran sekali dengan apa yang sebenarnya terjadi kepada sahabatnya itu. Tidak biasa-biasa nya Gisel bersikap seperti saat ini.

"Nggak ada apa-apa kok, sumpah. Oh ya, gimana tadi pas di jam belajarnya Pak Rama? Dia nanyain gue nggak?" tanya Gisel mengalihkan pembicaraan mereka.

"Iya, saya bukan hanya nanyain kamu, tapi saya juga sudah menyuruh Dewi buat menelpon mu. Tapi, saking sibuknya kamu, kamu tidak mengangkat panggilan dari Dewi. Gisel katakan, kemana saja kamu di jam pelajaran saya tadi? Kamu pergi dengan siapa,' tanya Pak Rama yang tiba-tiba saja datang dari arah belakang Gisel.

"Pak.. Pak.. Pak Rama?" ucap Gisel membalikkan badannya. Ia sangat kaget sekali. Seketika wajahnya memucat saat melihat wajah dingin Pak Rama yang menatapnya tajam.

Sedangkan Dewi hanya bisa diam menundukkan kepalanya. Ia sendiri bahkan bingung dari mana datangnya guru tampan itu.

"Iya, ini saya. Ikut ke ruangan saya sekarang juga!" perintah Pak Rama lalu berjalan mendahului Gisel dan juga Dewi.

"Wi, temanin gue dong. Gue takut banget nih. Kayaknya tuh guru killer marah banget deh," mohon Gisel minta di temani oleh sahabatnya Dewi.

"Tapi gue nggak di suruh sama Pak Rama. Gimana kalo dia marahin gue?" jawab Dewi enggan untuk masuk ke dalam ruangan guru killer itu.

"Lo gimana sih? Katanya sahabat gue. Ayo buruan," mohon Gisel lagi.

Akhirnya, dengan berat hati, Dewi pun terpaksa menemani Gisel masuk ke dalam ruangan Pak Rama.

Tok

Tok

Tok

Tok

"Masuk!" jawab Pak Rama dingin.

Dengan kaki gemetaran, Gisel dan Dewi pun masuk ke dalam ruangan Pak Rama.

Mereka berdua benar-benar ketakutan sekali, seolah-olah akan memasuki kandang yang dihuni oleh banyak binatang buas.

"Ba.. Ba.. Bapak manggil saya?" tanya Gisel gugup.

Meskipun mereka sudah menikah dan tinggal serumah, tapi Gisel masih tetap saja ketakutan saat melihat gurunya itu sedang marah.

"Ya, saya memanggil mu. Tapi saya tidak memanggil teman mu. Kamu bisa keluar sekarang," jawab Pak Rama lalu meminta Dewi keluar dari ruangan itu.

"Ba.. Baik pak. Kalau gitu saya permisi dulu," jawab Dewi merasa lega karena ia tidak ikut di panggil masuk ke dalam ruangan guru matematika itu.

Setelah memastikan Dewi keluar dan telah pergi jauhdari ruangan itu, Rama pun langsung menutup rapat pintu tersebut.

Tak lupa, ia juga mengunci pintu ruangannya agar tidak ada yang mengganggu.

Melihat Rama yang mengunci pintu ruangannya, seketika Gisel semakin cemas dan ketakutan. Ia tidak tau, semarah apa suaminya itu kepada dirinya.

"Gisel, kita langsung saja. Kamu dan Xavier pergi kemana?" Kenapa kalian berdua tidak masuk saat di jam pelajaran saya?" tanya Rama mendekatkan wajahnya dengan wajah Gisel seraya menatapnya dengan tatapan tajam dan juga dingin.

"Pak saya.. Saya.. Saya minta maaf. Tadi saya.. Saya tidak bolos bersama Xavier. Saya cuma bolos sendirian saja," bohong Gisel membuat Pak Rama tersenyum pilu.

"Gisel dengar, jangan bohongi saya. Saya melihat kamu dan juga Xavier meninggalkan sekolah menggunakan motor miliknya. Lebih baik sekarang kamu jujur, kemana kalian selama jam pelajaran saya. Dan apa yang kalian lakukan di luaran sana," ucap Pak Rama membuat Gisel tidak dapat mengelak lagi. Jujur, saat ini, Gisel sangat-sangat takut sekali melihat raut wajah Pak Rama yang benar-benar seperti orang yang sedang marah besar.

"Ma.. Maafkan saya pak. Kami.. Kami.. Kami pergi ke rumah sakit pak. Ya, ke rumah sakit.

Orang tuanya Xavier sedang sakit keras. Jadi orang tuanya itu sangat ingin sekali bertemu adiknya Xavier yang telah meninggal dunia. Adiknya itu sangat mirip sekali dengan saya, maka dari itu, Xavier meminta bantuan saya untuk mencoba menghibur ibunya," jawab Gisel mencoba membohongi guru killer nya itu.

"Benarkah? Apa kamu sedang tidak mencoba untuk membohongi saya?" tanya Pak Rama menatap tajam istrinya itu.

"Saya. Saya tidak berbohong pak," jawab Gisel gugup.

"Kamu yakin sudah berkata jujur? Jika kamu ketahuan berbohong, maka saya akan memberikan mu hukuman atas kebohongan mu itu," bisik Pak Rama lalu mengecup bibir Gisel sekilas.

Mendapatkan ciuman mendadak seperti itu, membuat Gisel benar-benar terkejut dan susah untuk bernafas lagi. Bukan karena ciuman dari suaminya itu. melainkan tempat dan situasi yang tidak tepat yang tidak memungkinkan. Ia takut jika ada satu orang saja yang melihat dirinya tengah bermesraan seperti ini dengan guru yang menjadi idola di sekolah tersebut.

"Saya. Saya. Saya permisi dulu pak," pamit Gisel lalu pergi begitu saja meninggalkan ruangan guru tersebut.

"Saya tau kamu berbohong Gisel. Saya harus menyelidiki semua ini," gumam Pak Rama mulai curiga terhadap Gisel dan juga Xavier.

Saat ini adalah jam kedua. Semua murid sudah sangat fokus sekali mendengarkan apa yang di katakan oleh Bu Celine. Termasuk Gisel yang saat ini tidak terlalu fokus dalam pelajaran bahasa Inggrisnya itu berhasil menarik perhatian Bu Celine.

"Gisel," panggil Bu Celine mengejutkan gadis cantik itu.

"Ah, iya bu, kenapa?" tanya Gisel baik.

"Kenapa-kenapa. Kamu dengar nggak sih saya lagi nerangin pelajaran? Kamu malah enak-enak ngelamun seperti itu. Ayo berdiri di depan," ucap Bu Celine yang sebenarnya juga mulai tidak suka dengan Gisel semenjak pertemuan mereka di ruangan Pak Rama waktu itu.

"Tapi Bu, saya....." ucap Gisel terputus.

"Sudah, tidak ada tapi-tapian," sela Bu Celine tegas.

'Ni guru punya dendam apa sih sama gue? Kenapa kayaknya sengaja banget gitu nyari kesalahan gue,' batin Gisel bertanya-tanya.

Alhasil, selama jam pelajaran Bu Celine, Gisel pun hanya berdiri di depan kelas.

"Sialan tuh guru. Kayaknya dia kayak pumya dendam gitu deh sama gue. Kerasa banget soalnya," umpat Gisel di saat jam pelajaran mereka sudah usai.

Yaaahhhh nggak jadi malam pertama deh Pak Guru Rama dan juga Gisel nya.

Di bab selanjutnya akan ada drama apa lagi ya?

Ikuti terus yahhhhhhh.

Terima kasih.....…......

Terpopuler

Comments

Hablu Harim

Hablu Harim

kita tunggu upnya... Othor

2022-12-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!