"Ada satu hal yang mau saya tanyakan sama kamu," ucap Rama kemudian menarik nafasnya kasar.
"Apa pak?" tanya Gisel seraya meminum minumannya.
"Menurutmu, bagaimana nasib hubungan pernikahan kita untuk kedepannya?" tanya Rama yang sudah siap mendengarkan apapun jawaban dari Gisel.
"Hhhuuuuhhh, entah pak. Saya sendiri juga tidak tau," jawab Gisel lalu menyudahi makannya.
***
"Gisel saya mau tanya, tapi kamu harus menjawabnya dengan jujur," tanya Rama membuat Gisel tak bergeming.
"Gisel, saya tau kamu pasti mendengar saya. Saya mau tanya, kenapa kamu mau menerima perjodohan ini? Kenapa kamu tidak berusaha untuk menolaknya?" tanya Rama membuat Gisel tertawa pilu.
"Hhhhh, menolaknya? Katakan padaku pak, bagaimana cara menolaknya di saat aku sendiri saja tidak tau jika papaku tengah melangsungkan ijab kabul dengan laki-laki pilihan mereka," jawab Gisel pilu.
"Maafkan saya Gisel. Andaikan waktu itu saya tidak menuruti kemauan kedua orang tua saya, saya yakin saat ini kamu pasti tidak akan tersiksa seperti ini. Tapi percayalah Sel, saya sendiri bahkan juga tidak tau jika wanita yang akan dinikahkan dengan saya hari itu adalah kamu. Andaikan saya tau.....," ucap Rama terputus.
"Sudahlah pak. Biarkan saja. Tidak usah di bahas lagi. Kita jalani saja hubungan ini sebagaimana mestinya saja," sela Gisel lalu beranjak masuk kembali ke kamar mereka.
"Kamu lagi ngapain?" tanya Rama setelah beberapa saat kemudian.
"Ini lagi ngerjain tugas," jawab Gisel singkat tanpa menoleh ke arah Rama.
"Tugas sari saya kah?" tanya Rama lagi sembari menghampiri Gisel yang duduk di meja belajar milik Rama.
"Iya, tugas dari siapa lagi. Bapak mau ngapain disini?" jawab Gisel lalu kembali bertanya.
"Ini, saya mau menemani kamu, tepatnya mau mengawasi kamu agar tidak melihat ponsel," jawab Rama lalu mengambil sebuah kursi dan duduk di sebelah Gisel.
"Apaan sih pak. Siapa juga yang bakalan liat ponsel," sewot Gisel lalu melanjutkan tugasnya kembali.
Hampir satu jam Gisel mengerjakan tugas dari Rama, tapi ia baru bisa menjawab sepuluh soal, sedangkan masih ada sepuluh soal lagi yang harus ia jawab. Belum lagi di tambah dengan tugas ulangan yang baru selesai hingga nomor dua.
Kepala Gisel rasanya sudah mau pecah, ditambah lagi dengan Rama yang selalu memperhatikannya sedari tadi.
"Bagaimana? Kamu menyerah?" tanya Rama di saat Gisel menghela nafasnya berat.
"Hhhhhh, gimana mau nyerah. Hukuman yang bapak berikan terlalu membuat saya takut," jawab Gisel kesal.
"Haha.. Ya sudah, ayo sini ikut saya, dan bawa buku-buku mu itu. Kita kerjakan di balkon sana, saya akan ajari kamu bagaimana kunci sukses menjadi ahli matematika," ajak Rama lalu berjalan menuju kamar balkonnya yang sudah tersedia meja dan sofa pendek.
Tidak melakukan penolakan sama sekali, Gisel pun mengikuti perintah Rama, dengan membawa buku-buku pekerjaan rumahnya ke balkon tersebut.
Rama pun mulai mengajarkan Gisel bagaimana cara belajar matematika yang baik. Meskipun sempat sedikit merasa emosi dan juga jengkel karena Gisel yang lama sekali menangkap pelajaran tersebut, namun, Rama dengan sabar terus mengajari Gisel hingga ia menyelesaikan tugaa-tugas rumah yang di berikan Rama tanpa bantuan sang suami.
"Aduhhh, akhirnya selesai juga," ucap Gisel sangat-sangat lega.
"Tuh kan. Jika kamu serius dan sungguh-sungguh, kamu pasti bisa," balas Rama mengacak rambut Gisel.
Lagi-lagi mata mereka saling bertemu di saat Gisel mendapatkan perlakuan seperti itu dari Rama.
Jantung Gisel berdetak kencang saat Rama mulai mendekatkan wajahnya ke arah Gisel. Begitu juga dengan Rama sendiri. Entah kenapa Rama suka ke blablasan saat berduaan dengan Gisel. Apalagi saat ini Rama sudah pernah melihat tubuh indah Gisel tanpa busana, dan ia juga pernah mencicipinya sedikit.
Karena cuaca yang mendukung, ciuman antara keduanya pun tidak bisa di elak kan. Baik Gisel ataupun Rama sama-sama menginginkannya dan menikmatinya tanpa harus mereka ucapkan dengan kata-kata.
Cukup lama dan cukup panas, Gisel pun menghentikan keromantisannya dengan Rama lalu mengemas semua buku-bukunya dengan wajah yang sudah merah merona karena malu.
Mereka berdua jadi sama-sama canggung satu sama lain. Tak ada yang bicara, hingga Gisel pun memutuskan untuk masuk ke dalam, lalu membereskan semua perkakas sekolah yang akan ia bawa ke sekolah keesokan harinya.
"Hmmmm, Gisel, sudah malam. Kamu istirahatlah," perintah Rama kepada istri kecilnya itu.
"Baik. Bapak tidak tidur?" jawab Gisel balik bertanya.
"Iya. Saya akan tidur sebentar lagi. Kamu tidur saja duluan. Ada materi buat mengajar besok yang harus saya kerjakan dulu," jawab Rama lalu membuka laptopnya miliknya.
Disaat Gisel hendak tidur, tiba-tiba ada petir yang sangat keras. Dan seketika, lampu pun mati di akibatkan oleh jilat dan petir yang keras baru saja.
Aaaaaaaaa
Pekik Gisel yang sangat takut dengan kegelapan dan juga petir.
"Pak.. Pak.. Bapak dimana?" tanya Gisel yang sudah menangis karena ketakutan dan juga cemas.
"Pak tolong, saya takut sekali," ucap Gisel lagi dengan suara bergetar.
"Sel, Gisel kamu tenang ya. Ini, saya masih di sini. Sebentar saya akan nyalakan lampu serapnya dulu," jawab Rama sembari meraba lampu serap bisa digunakan tanpa listrik.
Setelah mendapatkannya, Rama pun langsung menyalakan lampu tersebut dan membawanya ke arah Gisel.
"Gisel tenang, ini sudah ada lampunya. Saya taro disini ya. Sekarang kamu tidur saja. Biar saya yang jagain kamu sampai tidur," ucap Rama menaruh lampunya dimeja sebelah tempat tidur Gisel.
"Pak, jangan pergi. Saya.. Saya takut sekali pak," pinta Gisel memegang lengan Rama erat.
Karena iba dan juga kasihan, Rama pun akhirnya menuruti kemauan Gisel. Ia kemudian memutuskan untuk tetap berada di sisi Gisel. Di ranjang yang sama.
Karena saking takutnya, Gisel pun terus memeluk lengan Rama dengan sangat erat sekali. Gisel sendiri memang sangat phobia sekali dengan petir dan juga kegelapan.
Tak lama setelah petir-petir di luaran sana saling saut-sautan, hujan pun langsung turun dengan derasnya.
"Gisel?" panggil Rama dengan nafas yang saling memburu.
"Ya," jawab Gisel masih takut.
"Kamu takut gelap?" tanya Rama lagi sembari menggenggam telapak tangan Gisel yang terasa dingin.
"Iya. Saya takut sekali gelap dan juga petir pak," jawab Gisel menggigil.
"Ya sudah kalau begitu kamu tidur saja. Biar saya yabg menjagamu disini," perintah Rama lalu merebahkan tubuh Gisel.
"Pak," panggil Gisel kepada Rama yang saat ini tengah mengusap-usap kepala Gisel seperti anak kecil.
"Ya, kenapa?" jawab Rama dengan suara yang mulai serak.
"Bapak tidak tidur kan?" tanya Gisel yang takut jika Rama tidur lebih dulu dari dirinya.
"Tidak. Memang kenapa?" tanya Rama masih mengusap kepala Gisel.
"Apa bapak menyesal menikah dengan saya?" tanya Gisel membuat Rama diam sesaat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
abdan syakura
Lanjuttttt,kak Thor 👍😍💪
2023-03-27
1
Desmeri hepy Elpy
lanjut thor
2022-12-07
0