"Hhhhhh, entahlah pak. Rasanya bercampur aduk. Saya sendiri bahkan tidak tau dengan apa yang saat ini tengah saya rasakan.
Bapak sendiri? Apa pendapat bapak tentang pernikahan kita ini?" jawab Gisel lalu memberikan pertanyaan yang membuat Rama harus berpikir cukup keras untuk menjawabnya.
"Hmmmmmm, pendapat saya, kalau boleh jujur, saya sama sekali tidak ada masalah dengan pernikahan ini, karena saya tau, apapun keputusan yang di ambil oleh kedua orang tua saya, itu pasti adalah yang terbaik untuk saya kedepannya. Dan saya yakin, orang tua saya menjodohkan saya dengan kamu, itu bukanlah hanya sekedar iseng belaka saja. Mereka pasti sudah mempertimbangkan semua ini dengan baik dan bijaksana," jawab Rama yang selalu berpikiran dewasa.
***
'Apa yang dikatakan oleh Pak Rama sebenarnya memang benar juga. Tidak mungkin kedua orang tua kami menjodohkan kami atas dasar iseng belaka saja. Tapi mau bagaimana pun juga, seharusnya ini tidak boleh terjadi. Kenapa harus Pak Rama. Kenapa bukan laki-laki lain yang lebih tampan, mapan, dan lebih dari segalanya, minimal artis Korea lah gitu,' batin Gisel tanpa ia sadari seraya memanyunkan bibirnya.
Hal tersebut justru lantas membuat Rama penasaran dengan apa yang tengah di pikirkan oleh istrinya itu.
"Gisel?" panggil Rama, namun Gisel masih tetap saja diam dan melamun.
"Gisel Amanda," panggil Rama dengan setengah berteriak. Hal itu lantas membuat lamunan Gisel buyar seketika.
"Eh, iya, kenapa pak?" tanya Gisel kaget.
"Apa yang sedang kamu pikirkan? Kenapa kamu senyum-senyum seperti itu?" tanya Rama penasaran.
"Ih, bapak kepo deh," balas Gisel yang kini sudah tidak terlalu merasa canggung dengan kehadiran Rama.
"Oh.. Saya tau.. Kamu pasti memikirkan malam pertama dengan saya kan? Jika itu memang benar, kamu katakan saja. Saya siap melakukannya kapanpun kamu mau," jawab Rama menaik turunkan kedua alisnya seraya tersenyum smirk.
Gisel yang mendengar ucapan Rama seketika bulu kuduknya berdiri.
"Apa? Bapak bilang apa? Bagaimana bisa seorang guru berkata hal seperti itu kepada muridnya pak?" ucap Gisel yang seolah-olah merasa dizalimi oleh gurunya sendiri.
"Hahaha.. Gisel.. Gisel.. Kamu tidak lihat ini dimana dan jam berapa? Saya ini memang gurumu, tapi itu di sekolah. Dan diluar jam itu, saya adalah suami mu. Suami dari seorang Gisel Amanda Binti Rahman Ramadhan. Jadi saya, bisa melakukan apapun itu layaknya pasangan suami istri pada umumnya," celetuk Rama menoel dagu Gisel.
"Ihhh, apaan sih pak. Saya mau pulang. Ayo nyalakan mobilnya," ucap Gisel dengan wajah yang merah merona karena malu.
'Haha.. Lihatlah ma. Menantu mama ini benar-benar lucu sekali. Pipinya jadi memerah saat aku menjahilinya,' batin Rama geleng-geleng kepala sembari menyalakan mesin mobilnya.
Sepanjang perjalanan, Rama hanya senyum-senyum sendiri. Mereka tak banyak bicara.
Sementara Gisel, memilih untuk tidak memperdulikan Rama. Ia lebih fokus dengan ponsel miliknya dan saling berbalas pesan dengan sahabat-sahabatnya.
Namun, di detik berikutnya, ponsel yang di pegang oleh Gisel pun berdering. Di sana tertulis nama Xavier.
Hati Gisel senang sekali mendapati Xavier yang menghubunginya.
"Halo," jawab Gisel mengangkat panggilan telepon tersebut tanpa memperdulikan Rama yang sedang fokus menyetir mobilnya menuju rumah.
"Halo, Gisel kamu dimana?" tanya Xavier dengan cool nya.
"Ini, aku lagi di jalan mau pulang ke rumah. Memang ada apa Vier? Tumben sekali kamu meneleponku," tanya Gisel mulai menarik perhatian Rama.
"Oh.. Ini.. Ada yang mau aku bicarakan sama kamu. Apa kamu punya waktu?" tanya Xavier membuat Gisel penasaran.
"Kapan?" Gisel balik bertanya.
'Dengan siapa Gisel telponan? Kenapa pakai aku kamu segala?' batin Rama penasaran.
"Sekarang juga boleh. Aku menunggumu di cafe dekat sekolah kita," jawab Xavier seketika membuat Gisel sedikit bingung.
"Hmmmm sekarang ya. Bagaimana kalau sebentar lagi aku telpon kamu lagi. Aku coba minta izin sama orang tuaku dulu ya," jawab Gisel meminta waktu.
"Oh boleh. Jika bisa, kamu kabari aku segera. Bae," balas Xavier lalu mematikan panggilan teleponnya.
"Siapa?" tanya Rama dingin.
"Hmmm, itu teman saya. Namanya Xavier. Hmmm Pak, saya turun disini saja ya," jawab Gisel lalu meminta di turunkan di seperriga jalannya menuju rumah.
"Loh? Kenapa? Bukannya rumah kita masih jauh?" tanya Rama mengerutkan keningnya.
"I..I.. Iya, saya tau. Tapi saya mau bertemu dengan Xavier sebentar. Ada hal penting yang ingin dia sampaikan kepada saya," jawab Gisel mencoba menjelaskannya.
"Tidak boleh. Saya tidak mengizinkan mu," jawab Rama lalu kembali melajukan mobilnya.
"Loh? Kenapa pak? Saya janji akan langsung pulang setelah ini," tanya Laura masih berusaha membujuk Rama.
"Kalau saya bilang tidak boleh, ya tidak boleh. Ini di luar jam sekolah dan ini bukan di sekolah. Jadi, status saya sebagai suami mu itu kembali berlaku. Saya tidak mengizinkan kamu untuk bertemu dengan laki-laki yang bernama Xavier itu. Mengerti!" jawab Rama tegas dan menatap Gisel sekilas dengan tatapan dinginnya.
"Me.. Me.. Mengerti pak," jawab Gisel lalu kembali menghidupkan layar ponselnya.
"Mau menghubungi siapa lagi kamu?" tanya Rama mulai posesif.
"Itu, saya mau memberi tahukan Xavier jika saya tidak bisa menemuinya," jawab Gisel yang sebenarnya sangat kesal dan emosi. Tapi mau bagaimana lagi, ia tidak bisa berkata apa-apa jika di luar jam sekolah.
Beberapa saat kemudian, suasana di dalam mobil itu terlihat tenang dan juga diam. Tak ada yang bicara, baik itu Rama ataupun Gisel.
karena suntuk, Gisel pun akhirnya ketiduran hingga di saat berikutnya, mereka pun tiba di rumah.
"Papa mau kemana?" tanya Rama yang langsung turun saat melihat mobil papanya melaju meninggalkan rumah.
"Rama, syukurlah kamu sudah pulang. Papa mau ke luar kota. Tepatnya ke Bandung. Ke kota kelahiran mama mu. Papa mau istirahat di sana selama beberapa hari. Papa mau menghabiskan waktu di rumah papa yang dulu pernah papa tinggali sewaktu papa dan mama mu baru menikah," jawab Tyo menepuk pelan bahunya Rama.
Jelas sekali, Tyo masih sangat terpukul dengan kepergian sang istri tercinta.
"Papa yakin mau pergi sendirian? Apa mau aku antar?" tanya Rama mengkhawatirkan sang papa.
"Papa yakin Rama. Papa mau bersantai dan mencoba menghibur diri papa sendiri. Ya sudah, kalau begitu katakan juga pada Gisel jika papa pergi ya. Kamu baik-baik di rumah," jawab Tyo lalu kembali masuk ke dalam mobilnya.
"Baik pa. Hati-hati di jalan," balas Rama akhirnya mengizinkan sang papa untuk pergi.
Selanjutnya, Rama pun kembali ke mobilnya, dan memasukkannya di dalam bagasi rumah.
"Anak ini, masih belum bangun juga," gumam Rama lalu mengangkat Gisel dan membawanya langsung masuk ke dalam kamar mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
abdan syakura
Ayo Amanda...
Tinggalkan Xavier.....
Kamu dah pny suami loh...
2023-03-27
1