Bab 6

"Rama lagi manasin mobilnya di bagasi. Kamu sarapan duluan saja," jawab Tyo lesu.

"Nggak ah pa. Aku nggak mau sarapan," jawab Gisel membuat Tyo mengernyitkan keningnya.

"Loh? Kenapa? Apa kamu menunggu Rama?" tanya Tyo mencoba menebaknya.

"Nggak," jawab Gisel singkat.

"Lalu?" tanya Tyo lagi

"Kalo papa nggak mau sarapan, aku juga nggak mau sarapan," jawab Gisel santai.

***

"Oke baiklah. Papa sarapan. Kamu ini sama persis seperti papa mu," balas Tyo mulai tersenyum.

Tak lama kemudian, Rama pun juga bergabung bersama dengan Gisel dan juga papanya.

"Hmmmm pa, maafkan aku ya, aku harus ke sekolah hari ini. Aku tau harusnya saat ini aku tidak kemana-mana. Tapi, hari ini ada kunjungan dari pemerintah, dan akulah yang diminta untuk menjadi pembicaranya," ucap Rama yang sebenarnya tidak akan mengajar hari ini.

"Tidak apa-apa Rama. Itu tidak masalah. Lagian kita juga tidak boleh larut di dalam kesedihan atas duka ini. Tidak baik kata orang dulu. Kasihan mama mu di sana," jawab Tyo mencoba tegar di depan Rama dan juga Gisel.

Padahal, jauh dari dalam lubuk hatinya, ia benar-benar merasakan kehilangan sosok cinta sejatinya.

"Papa benar. Ya sudah, kalau begitu aku berangkat dulu ya pa," pamit Rama menciumi tangan papanya itu.

"Loh, kenapa sarapannya tidak dihabisi?" tanya Tyo lagi.

"Aku sudah kenyang pa. Aku berangkat ya," jawab Rama lalu meminum segelas air putih miliknya.

"Hmmm Rama, kamu kan satu sekolahan sama Gisel. Kamu sekalian kasih Gisel tumpangan. Takutnya nanti Gisel telat ke sekolahnya," ucap Tyo yang langsung di bantah oleh Gisel.

Bagi Gisel, sudah cukup ia satu kamar dengan bersama dengan Rama. Ia tidak mau menghabiskan banyak waktunya untuk guru killer nya itu.

"Loh kenapa kamu tidak mau berangkat bersama dengan Rama? Rama itu sudah resmi menjadi suami mu. Harusnya kalian tunjukkan kedekatan kalian sebagai suami istri. Jika di sekolah, kalian tunjukkan sikao yang sebagai mana guru dan murid pada umumnya saja," ucap Tyo menunjuk ajari anak dan menantunya itu.

"Hmmm, bukan masalah itu pa. Apa kata murid-murid lainnya jika nanti mereka lihat aku dan Pak Rama datang bersamaan. Papa pasti tau kan jika Pak Rama adalah guru idola di sekolah kami. Jadi, aku berangkat sendiri saja ya pa. Aku sudah biasa kok pa berangkat ke sekolahnya sendirian," jawab Gisel menjelaskannya kepada mertuanya itu.

"Ya sudahlah jika itu mau mu. Yang terpenting saat ini rumah tangga kalian aman-aman saja. Meskipun belum ada cinta di antara kalian, tapi cobalah untuk terus memupuk nya dengan cara perbanyak komunikasi yang baik antara kalian berdua," ucap Tyo yang juga tidak mau memaksakan kehendaknya.

"Baiklah. Aku berangkat dulu ya pa. Jika ada apa-apa segera hubungi aku," pamit Rama lagi lalu pergi meninggalkan Tyo dan juga Gisel.

Tak lama kemudian, Gisel pun juga berpamitan kepada papa mertuanya itu.

Sebelumnya, Gisel telah memesan ojek online yang akan mengantarnya ke sekolah.

Saat di lampu merah, Rama pun melihat Gisel yang tengah di boncengi oleh ojek online. Motor yang Gisel tumpangi, persis berada di samping mobil Rama, namun, memang karena sifat Gisel yang masa bodoh itu, ia sama sekali tidak ngeh dengan mobil yang ad di sekolahnya.

Beberapa saat kemudian, Gisel pun tiba disekolah. Dan di menit berikutnya, mobil Rama pun juga masuk ke dalam pekarangan sekolah.

"Pagi Gisel," sapa Bryan yang juga baru tiba di sekolahnya.

"Pagi," jawab Gisel singkat.

"Hmmm, Sel, lo udah sarapan belom? Kalau belum gue mau ngajak lo sarapan dulu. Mumpung bel masuk belum bunyi," ajak Bryan yang hampir setiap pagi mengajak Gisel untuk sarapan bersamanya, namun untuk yang ke sekian kalinya juga Gisel menolak ajakan Bryan.

"Gue udah sarapan tadi di rumah. Gue masuk duluan ya," jawab Gisel lalu pergi meninggalkan Bryan sendirian.

'Sepertinya Bryan menyukai Gisel,' batin Rama yang mengamati kedua muridnya itu dari dalam mobilnya.

Lima menit kemudian, bel masuk pun berbunyi.

Pagi ini adalah jadwalnya Rama mengajar di kelasnya Gisel.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Rama berjalan memasuki ruang kelas.

"Pagi pak," jawab semua murid menjawab salam guru matematikanya itu dengan semangat, apalagi murid perempuan yang selalu semangat menjawab salam dari guru idolanya itu.

"Apaan sih lo, lebay banget," ucap Gisel kepada Serly teman sebelahnya.

"Ih, lo kok sewot sih, biasanya gue juga gitu kok setiap kali bertemu dengan Pak Rama. Mmmmm... Mmmm.. Mmm.. Lo cemburu ya? Apa jangan-jangan lo juga suka sama Pak Rama?" balas Serly seketika membuat Gisel membelalakkan matanya.

"Apaan sih lo. Nggak lucu tau," jawab Gisel kesal.

"Baiklah anak-anak. Dengarkan saya. Sesuai kesepakatan kita sebelumnya, hari ini kita akan mengadakan ulangan. Jadi, simpan semua buku kalian dan jangan ada yang mencontek. Ingat ya, bagi kalian yang ketahuan mencontek atau memberikan jawaban kepada temannya, maka saya tidak akan segan-segan untuk menghukum kalian," ucap Pak Rama sembari mengeluarkan kertas yang berisikan soal yang akan ia berikan kepada murid-muridnya.

Ulangan pun di mulai. Semua murid terlihat tenang namun tegang. Tak terkecuali dengan Gisel yang sama sekali tidak bisa fokus dalam mengerjakan soal-soal ulangannya.

"Waktu kalian sisa lima menit lagi ya," ucap Pak Rama yang sedari tadi mencuri-curi pandang kepada Gisel.

Begitu juga dengan Gisel yang dari tadi juga mencuri-curi pandang kepada Pak guru yang telah menjadi suaminya itu.

Karena hal tersebut, sesekali pandangan mereka saling bertemu. Seperti biasa, Pak Rama hanya diam menatap Gisel tanpa ekspresi apapun. Begitu juga sebaliknya.

'Duh, mana semua soalnya pada susah lagi. Apa gue keluar aja ya,' batin Gisel yang sudah mulai menyerah mengerjakan soal-soal ulangan tersebut.

"Hmmmmm, pak, saya permisi ke toilet sebentar ya," ucap Gisel sembari mengangkat tangannya.

Awalnya Rama sedikit curiga kepada murid yang mencakup sebagai istrinya itu. Tapi, karena tidak ada alasan untuk menolaknya, dengan berat hati Pak Rama terpaksa mengizinkan Gisel untuk pergi ke toilet.

"Gisel," panggil Pak Rama lagi di saat Gisel sudah berada di pintu keluar kelas.

"Ya pak," jawab Gisel menghentikan langkahnya.

"Jangan lama-lama. Sebentar lagi ulangannya akan segera berakhir," ucap Rama memperingati Gisel.

"Siap pak," jawab Gisel lalu bergegas meninggalkan kelasnya.

"Bodo amat. Mau sebentar lagi kek, dua bentar lagi kek, gue nggak peduli. Yang jelas gue cabut dulu," gumam Gisel yang terus berjalan lalu masuk ke dalam kamar mandi sekolahnya.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

Ahah kok jd nyanyi sabian ya … hmmm hmmm hmmm😅

2022-12-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!