Sebenarnya ingin sekali Gisel ikut dengan kedua orang tuanya. Ia benar-benar canggung sekali saat ini. Apalagi ia harus berhadapan dengan Rama, guru killer yang selalu memarahinya.
"Ya sudah, Gisel, kamu boleh istirahat sekarang. Besok kamu bisa masuk sekolah seperti biasa. Itu di lantai dua sebelah kiri adalah kamarnya Rama dan juga kamarmu. Papa juga mau istirahat sekarang," ucap Tyo lalu meninggalkan Bagas dan juga Gisel berdua saja.
Setelah Papa Tyo masuk ke dalam kamarnya, kini hanya tersisa Gisel dan juga Rama. Mereka berdua sama-sama canggung satu sama lainnya.
Hingga di detik berikutnya, Gisel dan Rama pun sama-sama berdiri. Mereka berdua ternyata memiliki niat untuk istirahat ke kamar.
"Kamu mau kemana?" tanya Rama kepada wanita yang kini sudah menjadi istrinya tersebut.
"Saya.. Saya.. Saya mau ke kamar pak. Saya mau istirahat, karena besok.. Besok saya harus ke sekolah," jawab Gisel gugup.
"Ya sudah, silahkan. Kamu tau kan kamarnya dimana?" tanya Rama menatap Gisel dingin.
"I.. I.. Iya pak. Saya tau. Kalau begitu saya permisi dulu," jawab Gisel kaku lalu pergi meninggalkan Rama yang masih berdiri menatapnya.
"Dasar guru killer plus dingin. Itu orang bisa senyum nggak sih sebenarnya?" gumam Gisel sembari berlalu menaiki anak tangga.
"Lihatlah menantu mama itu. Belum apa-apa saja dia sudah berani mengata-ngatai ku. Mama tau, dia itu adalah murid nakal di sekolah. Kenapa mama malah memintanya untuk menjadi istriku? Lama-lama aku bisa cepat tua dibuat olehnya," ucap Rama yang seolah-olah ia tengah berbicara dengan mendiang sang mama yang baru saja meninggal tadi siang.
Rama kemudian juga melangkahkan kakinya menaiki anak tangga rumah tersebut. Ia yang sudah mengantuk, hendak menyusul Gisel ke dalam kamarnya.
Saat Rama membuka pintu kamar, matanya terbelalak saat melihat Gisel melepas semua pakaiannya satu persatu. Gadis bandel yang hendak mandi itu tidak menyadari jika ada sepasang mata yang melihat dirinya.
"Aku bilang apa ma? Dia sengaja menggodaku dengan tubuh seksinya itu," ucap Rama lagi. Ia seolah-olah di temani oleh mendiang sang mama tercinta.
Setelah Gisel masuk ke dalam kamar mandi, barulah Rama melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar.
Mata Rama langsung tertuju pada meja riasnya yang kini telah dipenuhi oleh alat kecantikan milik Gisel.
"Ma lihat. Tak hanya menggodaku, perlahan tapi pasti, dia juga mulai menguasai kamar ku," gumam Rama lagi.
Rama kemudian membuka lemari pakaiannya dan mengambil handuk beserta pakaian gantinya.
Karena kamar mandinya di pakai oleh Gisel, Rama pun memutuskan untuk menggunakan kamar mandi lainnya.
Beberapa saat kemudian, Rama pun selesai mandi. Ia pun masuk ke kamarnya dan melihat Gisel tengah duduk di depan meja rias sembari memasang alat kecantikannya.
"Hhh'mmmm," dehem Rama lalu masuk dan menutup pintu kamarnya.
Gisel yang terkejut langsung berdiri dan melihat ke arah Rama.
"Pak.. Pak.. Pak Rama? Bapak ngapain disini?" tanya Gisel dengan wajah ketakutannya.
"Kamu tanya saya ngapain disini? Harusnya saya dong yang menanyakan hal itu? Kamu ngapain taruh semua barang-barang mu di atas meja kamar saya?" tanya Rama menaikkan satu alisnya.
"Saya.. Saya.. Saya tidak tau harus menaruhnya dimana pak. Lagian meja ini tadinya kosong. Jadi nggak ada salahnya dong jika saya menaruhnya disitu," jawab Gisel gugup.
"Hmmmmm.. Oke, alasan yang masuk di akal. Ya sudah, kalau begitu saya mau tidur dulu. Besok saya harus pergi ke sekolah," balas Rama lalu menghempaskan tubuhnya di atas ranjang kesayangannya.
"Hmmmm pak? Kalau bapak tidur di sana? Lalu saya tidur dimana?" tanya Gisel kepada guru matematika yang kini telah menjadi suaminya itu.
"Terserah kamu mau tidur dimana. Mau tidur di sebelah saya juga boleh. Kita kan sudah sah sebagai pasangan suami istri. Jadi tidak akan ada yang melarangnya. Kalau kamu keberatan, kamu juga bisa tidur di sofa sana. Terserah mu saja," jawab Rama santai lalu menutup sebagian tubuhnya dengan selimut.
"What? Dia bilang apa? Tidur disebelahnya? Enak aja. Untung banyak dong guru killer itu dapat gadis cantik dan masih muda kayak gue," gumam Gisel pelan, namun tanpa ia sadari perkataannya itu terdengar jelas oleh Rama.
Rama yang mendengarnya hanya bisa tersenyum kecil sembari geleng-geleng kepalanya.
'Ma, jodoh pilihan mama membuatku lupa dengan kesedihan yang aku rasakan saat ini. Aku yakin, mama pasti sudah menyiapkan semua ini sejak lama kan ma?' batin Rama seolah-olah ia sedang berbicara dengan mendiang mamanya.
Gisel yang tidak berani tidur di sebelah Rama pun memutuskan untuk tidur di sofa panjang yang ada di kamar itu.
Meskipun kesal, Gisel tidak bisa berbuat apa-apa, karena laki-laki yang saat ini menjadi suaminya itu terkenal sangat killer dan dingin sekali.
Waktu pun berjalan dengan cepat. Tepatnya di tengah malam, Rama pun terbangun karena haus. Selain itu, Rama juga memimpikan mendiang mamanya. Hal itu lantas membuat Rama tidak bisa lagi memicingkan matanya.
Di tengah malam yang sunyi itu, Rama kembali menangis meneteskan air matanya. Ia kembali teringat kejadian pagi tadi, dimana itu adalah detik-detik penghabisan nafas sang mama.
"Ma, baru hitungan jam mama meninggalkan dunia ini, rasanya waktuku berjalan sangat lambat sekali. Aku kangen ma. Aku kangen. Aku yakin sekali, hari-hariku pasti akan lebih berat setelah kepergian mama,' batin Rama menangis tersedu-sedu.
Mendengar tangisan seseorang, tidur Gisel pun jadi terganggu. Ia yang tidur menghadap ke arah Rama, secara perlahan membuka matanya sedikit. Ia ingin tau, siapa yang tengah menangis tersedu-sedu di tengah malam begini.
'Ternyata guru killer itu bisa menangis juga. Kasihan sekali dia. Dia pasti sangat terpukul sekali setelah kehilangan mama tercintanya,' batin Gisel merasa iba.
Rama yang baru saja sadar dengan kehadiran sosok Gisel pun langsung menghapus air matanya.
Ia tidak mau imagenya sebagai guru killer menjadi rusak karena murid nakalnya itu.
"Kasihan sekali anak bandel itu. Dia pasti tidak berani untuk tidur di sebelahku," gumam Rama pelan.
Rama kemudian berdiri dan berjalan ke arah Gisel.
Sekilas Rama menatap Gisel dalam, dan di detik berikutnya Rama pun merapikan rambut pirang Gisel yang berantakan menutupi wajahnya.
"Hhhhhh.. Aku tidak menyangka jika mama akan menjodohkan ku dengan murid nakal ini," gumam Rama membuat jantung Gisek berdetak sangat kencang.
'Sial nih guru. Dia malah ngatain gue murid nakal lagi. Awas aja ya.. Ntar gue kerjain tau rasa lo,' batin Gisel telah memikirkan sebuah rencana untuk mengerjai Rama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
🤣🤣🤣🤣🤣 Dasar tukang ngadu...
Untung aja Rama bilang Gisel menggoda dengan tubuh seksih nya,Ku pikir tadi dia mau bilang menggoda dgn tubuh kerempeng nya..😂😂😂
walau udah beeulang baca,tetap aja aku suka baca,Aku suka baca novel yg Alur nya ringan..
2024-10-22
0
Qaisaa Nazarudin
Aku hanya mampu ketawa ya pak guru 🤣🤣🤣
2023-06-13
0
Qaisaa Nazarudin
Yg jadi korban di sini adalah Gisel,Kenapa Rama yg masih bersikap dingin dan cuek,Harusnya Gisel tuh..
2023-06-13
1