BAB 20

Gabriel sudah merencanakan sesuatu untuk menjebak Natasha. Dia ingin Natasha dibenci oleh papa nya dengan siasat yang Gabriel rencana kan. Bagi Gabriel, dia ingin Natasha akan merasakan rasa sakit karena di benci oleh Waode seperti halnya apa yang dirasakan oleh nyonya Martha. Akhir dari puncak rencana Gabriel adalah bisa membuat papa nya menceraikan Natasha karena hasil dari pengkhianatan yang dilakukan oleh istri mudanya tersebut.

Siang hari itu, sengaja Gabriel pulang lebih awal dan kembali ke kediaman utama orang tuanya. Gabriel akan menjalankan aksinya untuk menjebak Natasha.

"Bibi, harus bisa bekerja sama dengan aku. Kalau rencana ini berhasil, aku akan memberikan bibi imbalan yang banyak," ucap Gabriel kepada salah satu pelayan di rumah utama kediaman orang tuanya. Pembantu itu bernama Mariati.

"Baik, tuan muda! Saya akan membantu tuan muda dalam rencana ini. Saya secara pribadi juga sangat kecewa dengan tuan besar karena menikah lagi dengan nyonya muda. Sedangkan nyonya besar dalam keadaan sakit parah.

" Hem, jadi tidak aku saja bukan? Yang tidak menyukai papa menikah lagi disaat mama sedang sakit? Apalagi ketika harus melihat mama menangis. Itu membuat dadaku terasa sakit," kata Gabriel.

"Benar, tuan muda! Saya sudah bekerja di rumah ini bertahun-tahun sebelum nyonya besar mengalami sakit seperti ini. Nyonya Martha sangat baik dengan saya. Terlepas semua nya, nyonya Martha tetap istri pertama tuan besar. Kenapa tuan besar sampai tega sekali dengan nyonya besar," kata bibi Mariati.

"Sudahlah, bibi sekarang ke kamar Natasha! Bilang kepada dia kalau aku saat ini sedang sakit. Supaya Natasha bisa ke kamar ku untuk mengurus aku yang sedang sakit. Setelah itu, bibi antar kan minuman dan makanan untuk aku. Dan jangan lupa! Minuman itu, bibi teteskan obat ini. Obat ini jika dicampurkan dalam minuman dan minuman itu terminum oleh Natasha, itu akan melancarkan rencana kita untuk menjebak Natasha. Ketika sore nanti tiba, dan papa pulang, bibi sampaikan kalau Natasha sedang di kamarku untuk menggoda aku. Bibi Mariati harus bisa membuat yakin dan percaya papa," jelas Gabriel dengan segala rencananya.

"Loh, bagaimana caranya minuman itu bisa terminum oleh nyonya muda? Sedangkan saya datang membawa makanan dan minuman untuk tuan muda?" tanya bibi Mariati.

"Oh astaga, bibi! Bibi buatkan juga mama tiri ku kopi atau teh. Sedangkan aku air putih dan makanan. Masa sekecil itu harus aku jelaskan sih?" ucap Gabriel.

"Baik, baik tuan muda! Saya mengerti! Sekarang bibi ke kamar nyonya muda dulu yah, untuk memberitahu kalau tuan muda sedang sakit. Eh, tapi apakah tuan muda benar-benar sakit?" kembali bibi Mariati bertanya.

"Astaga naga! Tentu saja saya masih sehat! Ini hanya akting dan bohongan saja. Aduh bibi ini!" sahut Gabriel geram.

"Baik, baik saya mengerti sekarang! Kalau begitu saya segera ke kamar nyonya muda! Permisi tuan!" ucap bibi Mariati segera meninggalkan kamar Gabriel.

Gabriel tersenyum lalu mulai menjalankan rencananya pura-pura sakit. Gabriel kini melepaskan pakaiannya dan menyisakan celana boxer nya. Lalu mulai menyelimuti seluruh tubuh nya dengan Bedcover.

"Hem, seperti ini sudah terlihat sakit kan?" gumam Gabriel sambil tersenyum jika rencananya berhasil menjebak mama tiri nya itu.

*****

Tok.

Tok.

Tok.

"Nyonya muda! Nyonya muda!" teriak bibi Mariati saat di depan pintu kamar Natasha sambil mengetuk pintu kamar nya itu dengan keras.

"Ada apa sih? Kok bibi Mariati mengetuk pintu nya sampai begitu? Ada apa yang terjadi?" gumam Natasha yang masih di dalam kamar mandi. Natasha habis luluran dan saat ini dirinya membersihkan badannya. Natasha segera menyambar handuk kimono nya karena sudah penasaran karena bibi Mariati tiba-tiba memanggilnya. Takutnya ada sesuatu yang serius yang menimpa nyonya Martha. Itu yang ada dalam pikiran Natasha saat ini.

"Ada apa, bibi mengetuk pintu kamarku sampai keras begitu? Apa yang terjadi?" tanya Natasha.

"Eh? Maaf nyonya muda! Itu, itu tuan muda Gabriel tidak mau makan! Tuan Gabriel kurang sehat. Saat saya tanya tadi, tuan Gabriel bilang pusing kepalanya. Makanya pulang lebih awal," jelas bibi Mariati.

"Gabriel sudah pulang? Di mana dia?" tanya Natasha.

"Itu di dalam kamarnya, nyonya!" jawab bibi Mariati.

"Oh, ya sudah kalau begitu! Biarkan dia istirahat dulu. Aku tidak akan menggangu nya," kata Natasha lalu berusaha menutup pintu kamarnya.

"Eh, tunggu nyonya! Kenapa nyonya tidak melihat dulu keadaan tuan muda Gabriel? Saya takut jika terjadi apa-apa dengan tuan muda Gabriel! Tolonglah nyonya!" ucap bibi Mariati berusaha menggiring Natasha ke kamar Gabriel.

"Maaf, bibi! Saya mau membersihkan tubuh ku dulu. Biar saja Gabriel tidur dan beristirahat sebentar! Mungkin saja dia sudah minum obat sakit kepala. Dan karena kesibukan nya di kantor membuat Gabriel menjadi sakit kepalanya. Bibi Mariati jangan khawatir dong! Gabriel pasti tidak kenapa-kenapa. Yakin dan percaya dengan saya, deh!" ucap Natasha.

"Eh?? Tapi nyonya!" sahut bibi Mariati sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Dia benar-benar sudah bingung untuk meyakinkan Natasha.

"Kenapa lagi, bibi? Sudahlah bibi tenang saja! Gabriel hanya butuh istirahat saja!" ucap Natasha lalu dengan cepat menutup pintu kamarnya. Akhirnya bibi Mariati kembali menjumpai Gabriel di kamarnya.

*****

Tok.

tok

tok.

"Tuan muda Gabriel!" panggil bibi Mariati.

"Iya, masuk! Sahut Gabriel dengan suara dibuat gemetar. Dia pikir bibi Mariati datang bersama dengan Natasha.

" Loh, mana Natasha?" tanya Gabriel lalu duduk dengan benar.

"Bagaimana yah, saya bilangnya yah? Nyonya muda sedang membersihkan dirinya. Saya sudah menyampaikan kalau tuan muda sedang sakit. Tapi katanya biarkan saja beristirahat dan jangan diganggu dulu. Nanti juga tuan muda akan cepat sembuh," kata bibi Mariati. Gabriel menepuk jidatnya sendiri.

"Haduh bibi! Ya sudah bilang sama Natasha, kalau aku saat ini pingsan karena demam tinggi," ucap Gabriel.

"Hah? Memangnya tuan muda sedang demam tinggi?" sahut bibi Mariati.

"Astaga naga! Ya sudah, bibi bilang dengan Natasha kalau aku memerlukan bantuannya," kata Gabriel.

"Kalau nyonya muda bertanya lagi, bantuan apa bagaimana saya harus menjawabnya tuan?" tanya bibi Mariati.

"Haduh, apa yah? Aku juga bingung! Ya sudah! Bibi kembali lagi ke kamar Natasha dan bilang padanya kalau penyakit aku semakin parah. Aku sampai pingsan karena sakit kepala," ucap Gabriel.

"Oh iya, baik lah tuan muda! Saya akan mencobanya! Semoga berhasil," kata bibi Mariati.

Bibi Mariati kembali keluar dari kamar Gabriel lalu menuju ke kamar Natasha. Sedangkan Gabriel hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Rencana ini harus berhasil. Sial, kenapa bibi sulit sekali menyakinkan Natasha sih?" gumam Gabriel.

*****

Tok.

Tok.

Tok.

Tok.

"Nyonya muda! Nyonya muda! Tuan muda Gabriel pingsan!" teriak bibi Mariati sambil mengetuk pintu kamar Natasha.

"Ada apa lagi sih, bibi mengetuk pintu kamarku dengan keras?" tanya Natasha.

"Itu nyonya! Itu, tuan muda pingsan dan tidak sadarkan diri di dalam kamarnya," ucap bibi Mariati.

"Apa? Masa sih?" tanya Natasha.

"Kalau nyonya muda tidak percaya kalau tuan muda Gabriel pingsan, nyonya bisa melihat nya sendiri di dalam kamar. Saya tidak bohong nyonya! Tuan muda benar-benar pingsan di dalam kamarnya. Mungkin saja tidak tahan karena merasakan sakit di kepalanya," ucap bibi Mariati.

"Hah? Ya sudahlah! Kalau begitu biar aku melihat nya di kamar Gabriel! Aku akan memastikan kalau Gabriel baik-baik saja," kata Natasha.

"Baik-baik saja bagaimana, nyonya? Jelas-jelas kalau tuan muda Gabriel pingsan. Dia pasti tidak baik-baik saja!" protes bibi Mariati.

"Baik, baik! Ya sudah, aku akan melihat keadaan Gabriel!" kata Natasha.

"Nah begitu dong! Kalau begitu saya akan menyiapkan makanan dan minuman untuk tuan muda Gabriel! Mungkin saja sakit kepalanya tuan muda karena tuan muda belum makan. Oh iya, nyonya muda mau dibuatkan minuman teh atau kopi? Biar saya sekalian membuat minuman untuk nyonya muda," ucap bibi Mariati.

"Hem, kalau bibi mau membuatkan minum untuk aku, aku mau juz mangga! Itu kalau bibi tidak merasa direpotkan loh!" ucap Natasha.

"Loh, tentu saja tidak nyonya muda! Nyonya muda istri dari tuan besar Waode. Tentu saja saya harus melayani nyonya muda Natasha juga," sahut Bibi Mariati.

"Oke, oke! Kalau begitu biar aku ke kamar Gabriel dulu! Aku ingin melihat keadaan nya," kata Natasha seraya melenggang ke kamar Gabriel.

"Saya juga akan menyiapkan makanan dan minuman untuk tuan muda. Serta juz mangga yang diminta nyonya muda," sahut Bibi Mariati. Natasha tersenyum saja melihat tingkah bibi Mariati yang lucu.

*****

"Gabriel! Gabriel!" ucap Natasha seraya menepuk pipi kanan Gabriel. Gabriel mulai berakting pura-pura pingsan.

Natasha segera mengambil minyak kayu putih lalu di dekatkan di hidung Gabriel. Namun Gabriel tidak kunjung membuka matanya.

"Kenapa belum sadar sih? Kemana nyawa Gabriel ketika tidak sadar seperti ini? Apakah keluyuran ke kafe atau ke Clubbing?" gumam Natasha. Gabriel mendengar ucapan mama tirinya itu rasanya ingin menggigit saja bibir tipis yang menggoda itu.

"Sialan! Orang pingsan kok, dia bisa-bisa nya berpikir nyawaku kelayapan ke kafe atau ke clubbing? Dapat wanita bodoh!" batin Gabriel.

"Apa yang aku lakukan yah?" gumam Natasha.

"Kata orang-orang saat pingsan seperti ini, kita bisa kasih nafas buatan. Tapi apakah aku harus kasih nafas buatan dengan Gabriel? Ogah! Belum tentu dia sudah gosok gigi tadi pagi. Paling mulutnya bau tembakau yang tidak enak itu," ucap Natasha pelan. Kembali Gabriel yang mendengar nya semakin geram. Rasanya ingin sekali mencekik leher mama tiri nya itu.

"Kau pikir aku tidak pernah menggosok gigi, hah? Dasar wanita suka berprasangka buruk!" umpat Gabriel didalam hatinya.

"Gabriel! Gabriel! Bangun!" kata Natasha lagi sambil menepuk pipi Gabriel lalu kembali mengoleskan minyak kayu putih itu ke hidung Gabriel.

"Aduh sialan! Panas tahu! Dasar wanita bodoh!" umpat Gabriel di dalam hati.

"Padahal aku sudah memberikannya minyak kayu putih ini banyak sekali ke hidung nya. Tapi kok tetap saja Gabriel tidak juga sadar sih? Sebenarnya roh nya Gabriel sedang kemana sih? Apakah sedang menjumpai malaikat maut?" ucap Natasha pelan.

"Gundul kamu itu! Kau pikir aku mau mati,hah? Dasar wanita tidak makan sekolah dan pendidikan!" umpat Gabriel dalam hati. Gabriel benar-benar sudah sangat marah mendengar ucapan Natasha yang membuat dirinya marah.

"Masa aku harus menciumnya sih? Bibirnya jelek sekali! Sudah tebal, memble lagi! Pasti rasanya pahit!" ucap Natasha pelan. Gabriel menahan amarahnya. Rasanya dia ingin menggigit mulut mama nya itu karena sudah berani menghina dirinya.

Tiba-tiba saja, Natasha mendekatkan wajahnya ke wajah Gabriel. Natasha ingin memberikan nafas buatan pada Gabriel. Bibir itu menempel ke bibir Gabriel. Betapa Gabriel merasakan jantung nya berdebar-debar dengan hebatnya.

"Hah? Apakah wanita ini akan benar-benar mencium bibir ku? Astaga jantungku! Eh adik kecilku di bawah sana! Semoga saja tidak bereaksi dengan apa yang dilakukan mama tiri ku itu.

Natasha benar-benar sudah menempelkan bibirnya ke bibir Gabriel. Natasha memberikan nafas buatan pada Gabriel. Di saat bersamaan pintu kamar itu terbuka dan muncullah bibi Mariati.

"Nyonya muda! Apa yang nyonya muda lakukan?" tanya bibi Mariati sambil membawa nampan yang berisi makanan dan minuman.

"Eh?? Itu eh ini tidak seperti yang bibi duga! Aku hanya akan memberikan nafas buatan pada Gabriel! Eh, tapi kok belum juga sadar juga sih? Aku jadi bingung, bibi!" ucap Natasha gugup.

"Nyonya muda jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan. Tuan muda memang lebih muda dan tampan daripada tuan besar. Tapi bukan berarti nyonya muda hendak melecehkan tuan muda di saat tidak sadar seperti itu? Bagaimana kalau aku sampai kan hal ini pada tuan besar Waode?" ucap bibi Mariati. Hal itu membuat Natasha tiba-tiba takut dan menjadi gugup.

"Eh, bibi! Jangan! Nanti mas Waode akan mengira kalau aku..ya ampun!" sahut Natasha.

"Ya sudahlah! Ini diminum dulu juz mangga milik nyonya muda," ucap bibi Mariati sambil memberikan gelas juz mangga itu pada Natasha.

Natasha segera mengambil gelas juz mangga itu lalu dengan cepat menghabiskannya. Senyum seringai hadir di kedua sudut bibir Gabriel dan juga bibi Mariati.

"Nyonya muda! Tolong tunggu tuan muda sampai sadar! Saya akan mengerjakan tugas rumah terlebih dahulu," kata bibi Mariati seraya pergi meninggalkan kamar itu.

"Eh? Kenapa bibi harus pergi? Aduh!" gumam Natasha bingung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!