Natasha, pagi-pagi sekali sudah bersiap pergi. Bersamaan dengan Waode yang berangkat ke kantor bersama dengan Gabriel. Sedangkan di luar rumah, tepatnya di taman depan ada istri pertama Waode yang bernama Marta sedang berjemur di dampingi oleh suster yang merawat dan menjaganya.
Setelah selesai sarapan bersama, Waode berangkat ke kantor bersama dengan putranya yang bernama Gabriel. Natasha pun ikut bersama keluar dari rumah itu dengan membawa mobil sendiri. Namun sebelum Natasha menjalankan mobil nya dan hendak masuk ke dalam mobilnya, Gabriel mendatangi dirinya dan membisikkan sesuatu di telinga mama tirinya itu.
"Jangan lupa nanti malam, mama tiri ku! Aku akan menunggu kamu di apartemen ku," bisik Gabriel. Natasha melebarkan matanya saat wajah Gabriel begitu dekat dengan dirinya. Bahkan aroma tembakau nafasnya tercium oleh Natasha. Ciri khas seorang pria pecandu rokok berat.
"Hai, aku di klinik kecantikan hingga siang hari ini. Lebih baik kita bertemu di sana," ucap Natasha sambil menahan lengan Gabriel. Senyuman Gabriel kini terlihat mengambang, menandakan dirinya menang bisa mengerjai mama tiri nya malam nanti.
"Hem, tidak! Aku tidak menerima penawaran dari kamu! Sore, kamu harus datang ke apartemen aku, kalau tidak?? Kau akan tahu sendiri apa akibatnya," ucap Gabriel seperti terkesan mengancam. Natasha mendengus kesal dengan ucapan Gabriel terhadap dirinya.
Dengan cueknya Gabriel segera masuk ke dalam mobilnya dan menjalankan mobil sport nya mengejar mobil yang didalamnya ada Waode. Sementara itu Natasha melihat istri pertama Waode menatap dirinya. Natasha berusaha melemparkan senyuman nya. Memang selama ini Natasha lebih memilih menjauh dari Marta karena takut emosi Marta menjadi tidak stabil jika melihat dirinya. Kenapa tidak? Mungkin saja nyonya Marta akan sakit hati dengan dirinya jika melihat dirinya karena sudah menjadi orang ketiga dalam rumah tangga nya. Bahkan Natasha sudah masuk ke istana rumah mereka. Sebenarnya semua bukan kehendak Natasha untuk berada di rumah tersebut. Waode lah yang memaksanya harus tinggal di rumah itu. Walaupun di dalam rumah itu masih ada istri pertama dari Waode yang saat ini dalam keadaan sakit.
"Bunda Marta, saya pamit dulu!" ucap Natasha saat dirinya sudah dekat dengan nyonya Marta yang saat ini duduk di atas kursi roda. Di sana suster yang merawat nyonya Marta dengan setia menunggu di dekatnya.
"Hem, kamu cantik! Pantas Waode menyukai kamu," sahut nyonya Marta. Natasha tersenyum menunjukkan keramahan nya terhadap nyonya Marta yang usianya mungkin jauh lebih tua daripada dengan usia nya. Usia Natasha bahkan kira-kira dua tahun lebih muda dari putra nyonya Marta.
"Bunda Marta terlalu memuji. Bunda lah yang lebih cantik daripada saya. Hanya saja mas Waode yang kurang bersyukur memiliki bunda Marta," kata Natasha kini mulai duduk berjongkok di depan nyonya Marta.
"Waode masih sangat sehat dan kuat. Aku rasa kamu pantas untuk bisa mengimbangi dirinya. Sedangkan aku sudah lemah dan sakit-sakitan. Ini tidak mungkin aku bisa melayani suamiku itu yang masih sehat," ucap nyonya Marta. Natasha mengernyitkan dahinya mendengar ucapan nyonya Marta.
"Aku yakin, mas Waode hanya mencintai bunda Marta. Dan dengan aku hanya sebatas partner di atas ranjang saja," sahut Natasha.
"Baiklah, bunda! Saya harus segera ke klinik kecantikan supaya tidak menunggu antrian untuk melakukan perawatan wajah, spa, dan semuanya," tambah Natasha. Nyonya Marta mengusap lembut punggung tangan Natasha. Natasha menyipitkan bola matanya.
"Titip suamiku! Dia laki-laki baik dan suami bertanggung jawab," kata nyonya Marta. Natasha mengusap punggung tangan milik nyonya Marta.
"Bunda Marta, cepat sembuh dan pulih yah. Bunda akan bersama-sama mendampingi mas Waode lagi," ucap Natasha dengan mata yang teduh.
"Siapa panggilan kamu?" tanya nyonya Marta.
"Panggil saya Natasha, bunda!" jawab Natasha.
"Natasha, kamu cantik. Secantik wajah kamu," ucap nyonya Marta. Natasha segera masuk ke dalam mobilnya dan tidak membuang waktu lagi Natasha meninggalkan kediaman rumah utama Waode menyisakan di depan rumah itu nyonya Marta yang didampingi oleh suster nya menatap mobil yang dijalankan Natasha sampai menghilang dari pandangan.
"Apakah menurut kamu, dia wanita baik-baik yang tidak hanya mencari keuntungan karena suamiku memiliki banyak harta benda dan kekayaan yang melimpah," tanya nyonya Marta kepada suster yang merawat nya.
"Saya pikir, dia wanita baik-baik dan polos nyonya. Sorot matanya benar-benar tulus dengan semua yang sudah ia lakukan. Tidak ada niat jahat untuk menyingkirkan nyonya walau pun dia menjadi orang kedua dalam pernikahan nya," jelas suster yang merawat nyonya Marta.
"Benar! Aku berpikiran seperti itu. Bahkan aku pikir, dia lebih pantas bersanding dengan Gabriel, putraku. Namun kenyataannya dia menjadi mama tiri nya," kata nyonya Marta.
"Hem, hehehe. Mungkin apa yang nyonya katakan benar. Bahwa tuan Waode sendiri sangat sehat. Dia laki-laki kuat dan sehat. Sehingga dia membutuhkan pendamping untuk memenuhi semua kebutuhan nya," sahut suster itu.
"Benar! Aku sudah sakit-sakitan dan tidak mampu untuk melayani Waode. Bahkan untuk membuatkan secangkir kopi saja aku sudah tidak sanggup," jelas nyonya Marta.
"Nyonya, ayo semangat! Nyonya bisa sehat dan pulih seperti sediakala," sahut suster itu.
"Sepertinya itu sangat mustahil, suster! Aku sudah tua dan sakit-sakitan," kata Nyonya Marta.
"Ayolah nyonya! Nyonya Marta harus semangat! Nyonya Marta harus kembali pulih dan mendampingi tuan Waode kembali," ucap Suster itu.
"Sudahlah, suster! Jangan terlalu memberikan aku harapan. Aku akan terus seperti ini, karena penyakit ku sulit untuk disembuhkan lagi," ucap nyonya Marta.
"Suster, ayo lebih baik kita masuk! Aku ingin ke dalam! Cuaca di luar semakin dingin," kata Nyonya Marta.
"Hah, dingin? Bahkan matahari sudah mulai bersinar terang," gumam suster itu seraya mendorong kursi roda di mana di atasnya ada nyonya Marta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments