"Natasha? Natasha?" suara Waode dari luar kamar nyonya Martha.
Natasha? Natasha?" suara Waode kembali terdengar.
Nyonya Martha dan Natasha saling berpandangan.
"Itu suami kamu pulang! Sana pergilah dan layani suami kamu, Natasha!" ucap nyonya Martha.
"Eh? Suami aku? Suami kita, bunda!" Natasha mencoba meralat ucapan dari nyonya Martha. Martha hanya diam lalu akhirnya dia berkata.
"Apakah Waode masih menganggap aku sebagai istrinya lagi? Sedangkan aku sudah tidak bisa melayani nya?" ucap nyonya Martha.
"Jangan bicara seperti itu, bunda! Bunda Martha adalah ibu kandung dari Gabriel. Tentu saja bunda Martha masih istri dari mas Waode," Kata Natasha.
Tiba-tiba saja Waode masuk ke dalam kamar nyonya Martha.
"Astaga naga! Kamu di sini yah, sayang! Dari tadi aku panggil-panggil dari luar ternyata kamu di sini," kata Waode seraya memeluk tubuh ramping Natasha lalu menciumnya di depan nyonya Martha. Tentu saja Natasha menjadi tidak enak.
"Ini apa?" tanya Waode yang melihat kotak perhiasan yang tadi adalah pemberian dari nyonya Martha.
"Eh, ini perhiasan dari bunda Martha untuk aku, mas! Bagus yah?" jawab Natasha. Waode menyipitkan bola matanya lalu mengambil kotak perhiasan itu dari tangan Natasha.
"Oh ini? Aku bisa memberikan dan membelikan kamu perhiasan mewah dan bagus lebih baik dari perhiasan ini. Jadi perhiasan ini lebih baik kamu kembalikan ke Martha. Martha! Natasha tidak mau menerima perhiasan bekas dari kamu, ini simpan saja perhiasan ini untuk kamu," Kata Waode sambil mengembalikan kotak perhiasan itu ke atas paha nyonya Martha yang saat ini duduk di kursi roda.
"Eh?? Tapi mas? Aku mau kok! Aku sangat senang diberi perhiasan itu dari bunda Martha," protes Natasha.
"Tidak! Aku akan membelikan perhiasan lebih bagus dari itu. Kamu tidak boleh menerima barang bekas dari Martha. Ayo ikut, mas! Ada sesuatu untuk kamu, sayang!" ucap Waode seraya menarik tangan Natasha keluar dari kamar nyonya Martha. Natasha menengok ke arah nyonya Martha yang hanya menundukkan kepala. Mungkin saja nyonya Martha menyembunyikan rasa sedihnya karena sikap suaminya tersebut terhadap dirinya.
"Mungkin benar! Mas Waode sudah tidak mencintai aku lagi," gumam nyonya Martha seraya mengusap air matanya yang menetes di pipi.
Tok.
Tok.
Tok.
"Masuk lah!" sahut nyonya Martha.
"Mama! Ada apa ma? Kenapa mama menangis? Apakah papa menyakiti mama lagi?" tanya Gabriel yang datang dan masuk ke kamar mama nya.
"Eh, tidak apa-apa kok nah! Mama tadi hanya kelilipan saja kok. Kenapa kamu sudah pulang nak? Tumben kamu cepat pulang nya," kata nyonya Martha.
"Mama, aku sedang bertanya dengan mama. Apa yang terjadi kenapa mama menangis? Mama tidak bisa membohongi aku lagi ma. Pasti ini semua kerena papa yah? Kalau begitu aku akan bertanya dengan papa, kenapa papa suka sekali menyakiti mama," ucap Gabriel.
"Eh, jangan Gabriel! Mama tidak apa-apa sayang! Ini semua nya bukan karena papa kamu, nak," ucap nyonya Martha sambil menahan tangan Gabriel. Gabriel kini melihat kotak perhiasan yang ada di dekat mama nya.
"Kotak perhiasan siapa ma?" tanya Gabriel.
"Oh ini? Ini milik Natasha, sayang! Mama tiri kamu," jawab nyonya Martha. Gabriel menyipitkan bola matanya berusaha menerka-nerka apa yang sudah terjadi.
*****
"Dari mana kamu, Vero!" tanya Pras yang mendapati istri muda nya itu baru tiba dan sampai di rumah. Padahal Pras sudah berusaha menghubungi Vero berkali-kali untuk diajaknya makan malam dan bertemu dengan klien malam ini. Namun tidak aktif handphone nya. Tentu saja Vero sengaja mematikan handphone nya supaya tidak diganggu agenda bersenang-senang nya.
Vero tentu saja kecapekan karena diam-diam telah berkencan dengan dua laki-laki sekaligus. Sepanjang hari Vero menikmati kebersamaan dengan dua pria asing. Dan saat pagi harinya kembali dua pria asing itu menggempur nya lagi hingga menjelang sore. Karena kelelahan akhirnya menjelang malam Vero baru bisa check out meninggalkan hotel itu.
"Maaf, mas Pras! Aku dari yayasan, mas! Karena banyak yang harus aku urusi maka aku sampai menginap dan tidak pulang ke rumah," Jelas Vero.
"Handphone kamu tidak aktif. Apa yang kamu lakukan di luar sana, hah?" tanya Pras. Vero mendekati Pras dan mengalungkan kedua tangannya ke leher Pras.
"Mas Pras! Nanyanya kok gitu sih, sayang! Kamu kangen aku yah? Jadi uring-uringan seperti ini," ucap Vero berusaha meluluhkan hati Pras.
"Habis kamu tidak biasanya seperti ini loh, sayang! Pergi tidak pamit dan handphone di matikan," protes Pras.
"Maaf, nanti lain kali aku tidak mengulangi lagi kesalahan ini, mas! Lagipula aku tidak mau diganggu saat berkumpul bersama dengan teman-teman ku. Aku juga butuh bersenang-senang dengan teman-teman juga mas selepas mengurus yayasan," alasan Vero.
"Karena kamu seperti ini, aku akan menghukum kamu," kata Pras. Vero tersenyum lebar saat Pras seperti itu arti menghukum di sini adalah tentu saja Pras akan membuat Vero sepanjang malam ini melayani dirinya.
"Aku pasrah deh," ucap Vero sambil mengedipkan mata dengan genit.
"Kamu harus menjadi wanita ku yang penurut, baby! Jika tidak? Aku akan membuat kamu tidak bisa berjalan, sayang!" ancam Pras.
Pras menuangkan botol wine ke dalam gelas. Lalu dia meneteskan obat yang mengandung afrodisiak dengan dosis yang tinggi. Tentu saja Vero sangat paham obat itu akan berakibat apa bagi seseorang yang meminumnya. Gelas itu diberikan nya pada Vero.
"Minumlah! Ini sebagai hukuman kamu karena dua hari satu malam kamu tidak pulang ke rumah," kata Pras seraya menunjukkan senyuman kepada istrinya yang masih muda.
"Mas Pras! Tanpa ini pun aku sanggup melayani kamu kok! Kenapa harus minum obat ini?" protes Vero.
"Aku ingin kamu yang aktif dan agresif. Aku sangat suka jika kamu liar seperti macan betina yang kehausan. Minumlah dan habiskan lah! Aku menunggu reaksi kamu setelah menghabiskan minuman kamu," ucap Pras yang saat ini melangkah masuk ke kamar mandi di ruangan itu.
"Aku minum ini? Ah ini tidak benar! Bahkan semalaman aku sudah sangat letih bermain dengan dua laki-laki liar itu. Sekarang aku harus bermain-main lagi? Aku tidak membayangkan tubuhku akan hancur dan remuk. Bahkan aku belum meneliti lagi bagian tanda merah dari ciuman nakal dua laki-laki gigolo itu. Jika masih ada, bagaimana aku harus menyembunyikan semuanya dari Pras? Aku bisa ketahuan kalau semalam aku sudah mengkhianati Pras," pikir Vero yang masih belum juga meminumnya.
"Akhirnya Vero menghabiskan minuman itu. Dia harus menuruti apa kata suami nya itu.
" Minuman ini lebih baik dan menyegarkan tubuh ku. Baiklah! Saatnya berperang," gumam Vero seraya masuk ke dalam kamar mandi mengikuti Pras.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Pertiwi Tiwi
wode.habis manis sepah di buang.sadis banget kata kata pada istri pertamamu.yang menemanimu dari susah sampai sukses.giliran istri sakit .cinta dan perhatian serta kasi sayangmu sudah tidak ada lagi.kasi karma thoooor buat laki laki seperti wode.blm tentu istri mudamu itu tulus mencintaimu.gemes aku sama si wode
seperti gak bakalan sakit aja
2022-12-15
1