Gabriel duduk di ruang makan. Saat ini salah satu pelayan di rumah itu telah membuatkan susu ibu hamil. Gabriel yang melihat nya menjadi penasaran, siapa wanita hamil di rumah ini. Benar, saat ini Gabriel sedang pulang ke rumah utama dan menginap di sana. Tentu saja Gabriel ingin melihat perkembangan kesehatan mama nya, nyonya Martha.
"Susu untuk siapa, bu?" tanya Gabriel kepada salah satu pembantu rumah itu.
"Oh ini? Susu ini untuk nyonya muda. Nyonya muda sedang hamil dan setiap hari saya ditugaskan oleh tuan besar Waode untuk membuat kan susu hamil kepada nyonya muda," jelas pembantu itu yang bernama Sumi dengan umur kurang lebih empat puluh tahunan.
Gabriel melongo tidak percaya dengan semua yang dikatakan oleh Sumi, salah satu pembantu di rumah utama itu kalau mama tirinya saat ini telah mengandung. Dan yang lebih membuat dirinya tidak habis berpikir lagi, dirinya akan memiliki adik kecil atau bayi. Bagi Gabriel itu sangat memalukan sekali. Di saat dirinya seharusnya sudah menikah dengan seorang wanita bahkan sudah pantas memiliki anak, dia dihadapkan akan memiliki adik bayi. Jika teman-teman nya tahu dengan apa yang terjadi, dia pasti akan di jadikan bulan-bulanan karena ledekan teman-teman dekat nya itu. Beruntung, Gabriel hanya memiliki teman dekat setelah lulus dari sekolah atau kuliahnya.
"Mana susu nya, biar aku saja yang mengantarkan susu itu ke mama tiri ku," ucap Gabriel menawarkan dirinya. Mbak Sumi sedikit ragu-ragu dengan kebaikan yang ditawarkan oleh Gabriel. Namun akhirnya gelas yang sudah berisi susu ibu hamil itu akhirnya diberikan nya pada Gabriel.
"Ini susu ibu hamilnya, tuan muda! Nyonya muda tadi menginginkan susu ibu hamilnya sedikit panas- panas kuku. Jadi ini saya buatkan seperti permintaan dari nyonya muda," kata mbak Sumi.
"Baiklah! Terimakasih mbak Sumi! Ini susu akan saya antar ke kamar mama tiri ku dulu," ucap Gabriel.
"Terimakasih sebelumnya, tuan muda! Jadi tuan muda yang repot mengantarkan susu ibu hamilnya," kata Mbak Sumi.
"Tidak apa, mbak Sumi! Oh iya, papa Waode sudah berangkat ke kantor kan?" ucap Gabriel memastikan.
"Tuan besar tadi lebih pagi berangkat nya, tuan muda!" sahut mbak Sumi.
"Oke, terimakasih informasi nya mbak Sumi. Saya ke kamar mama tiri ku dulu mbak Sumi," pamit Gabriel seraya melenggang membawa susu ibu hamil ke anak tangga. Mbak Sumi menatap Gabriel tanpa ada rasa curiga sedikitpun.
"Sialan! Aku tidak mungkin memiliki adik bayi. lagi. Apalagi dari mama tiri ku. Papa ini kenapa bikin Natasha hamil sih? Ini benar-benar enggak banget!" gumam Gabriel yang kini sudah berada di depan pintu kamar Natasha.
Tok.
Tok.
Tok.
"Siapa?" teriakan Natasha dari dalam kamar terdengar melengking dari luar. Namun Gabriel malas menyahuti nya. Malah dia tetap kembali mengetuk pintu kamar itu dengan satu tangannya. Sedangkan satu tangannya yang lain memegang susu ibu bayi untuk Natasha.
Natasha membuka pintu kamarnya.
"Eh, kamu??" ucap Natasha. Gabriel segera masuk ke dalam kamar itu dan menutup kembali pintu kamar itu.
"Ini susu ibu bayi untuk kamu! Minumlah!" kata Gabriel seraya menyodorkan gelas yang berisi susu ibu hamil itu kepada Natasha. Natasha menerima nya. Natasha segera meminum susu ibu hamil itu setelah duduk di. kursi di kamarnya itu. Gabriel memperhatikan Natasha yang meminum susu itu hanya seperempat nya saja. Setelah itu sisa susu itu dibuangnya di wastafel di dalam kamar mandi.
"Kenapa tidak dihabiskan susu ibu hamilnya?" tanya Gabriel.
"Enggak enak!" jawab Natasha.
" Seharusnya kamu habiskan susu ibu hamil supaya kamu dan juga bayi yang masih ada di dalam perut kamu sehat dan berkembang secara sempurna," jelas Gabriel.
"Huum, tapi ini susu ibu hamilnya gak enak. banget! Maunya juz naga atau mangga saja," ucap Natasha.
"Hem, nanti aku buatkan untuk kamu juz yang kamu mau. Sekalian aku kasih racun di dalam nya supaya lebih sehat kecebong di dalam rahim kamu itu," ucap Gabriel.
"Racun? Kamu ingin membunuh aku dan kecebong nya mas Waode?" kata Natasha melotot matanya. Kini dia mendekati Gabriel dan rasanya ingin mencekik leher anak tiri nya itu.
Gabriel yang melihat ekspresi marah Natasha menjadi cekikikan. Hal itu semakin membuat Natasha semakin geram dan mendekati Gabriel. Gabriel semakin terkekeh melihat wajah Natasha yang marah dengan dirinya.
Namun saat Natasha sudah mulai dekat dengan Gabriel, dirinya tersandung hingga jatuh ke dalam pelukan Gabriel. Kedua netra mereka saling beradu dan entah kemana mana pikiran keduanya lantaran saling terkejut karena keduanya diam tak ada bahasa yang terucap.
"Eh?" Natasha segera melepaskan diri dari pelukan Gabriel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments