“Kenapa kamu mengikutiku?” tanya Trisha kesal setelah mendapati seorang siswa yang mengenakan seragam dengan asal-asalan terus berada di belakangnya ke mana pun ia pergi. “Sebenarnya kamu datang dari mana? Aku tidak melihatmu saat di gerbang masuk tadi.”
Taka menggaruk alisnya sambil tersenyum lebar. “Aku tidak menyangka kamu akan mencariku sampai seperti itu. Kalau begitu, tidak perlu berpura-pura lagi. Kamu pasti senang, kan, aku ada di sini?”
Trisha lantas menjerit dan menyusul pemuda lain yang telah berjalan mendahuluinya. Merangkul lengan pemuda itu dengan erat. “Karsa! Katakan sesuatu! Taka terus bersikap mengerikan, aku takut!”
Karsa menghembuskan napas dengan jengah. Sedari tadi ia terus berjalan untuk mencari sosok Adira yang tiba-tiba menghilang dari pandangannya. Padahal ia berniat untuk terus bersama gadis itu, tetapi ia kini justru terjebak dengan gadis lain yang memiliki sifat bertolak belakang dengan gadis pujaannya.
Adira terus bersikap cuek dan mengabaikannya, sementara Trisha tanpa lelah mengejarnya dengan terang-terangan. Seandainya Trisha bersikap dewasa sedikit saja, mungkin Karsa akan mempertimbangkan kembali pilihannya, dan mulai menerima keberadaan gadis pesolek itu.
Karena jika dilihat dari segi popularitas, Trisha tidak kalah dari Adira. Jadi, setidaknya Karsa tidak akan terlalu merugi.
Sayangnya, Trisha selalu berhasil membuatnya kesal. Seperti saat ini. Tidak peduli seberapa keras Karsa berusaha, Trisha terus mengekorinya. Bahkan di saat sang pemuda dengan sengaja menaiki wahana ekstrem seperti Arung Jeram, Trisha tetap mengikutinya. Alhasil, Karsa merasakan telinganya tersiksa mendengar teriakan gadis itu.
“Kamu juga membuatku terganggu dengan terus menempeliku seperti ini,” jawab Karsa akhirnya. “Menjauh dariku sekarang atau kita semua kembali saja ke tempat para guru berkumpul?”
“Kalau begitu, ayo, kita kembali!” jawab Trisha riang. “Lagipula, cuaca hari ini panas sekali. Aku jadi tidak ingin terlalu banyak bergerak.”
Jika saja salah satu tangannya tidak sedang ditahan oleh Trisha, mungkin Karsa akan menarik seluruh rambut di kepalanya dengan seluruh tenaganya. Ia sungguh tidak tahan lagi menghadapi semua ini. Satu hal yang membuatnya tetap berjalan dengan tubuh tegap adalah keinginannya untuk segera bertemu dengan Adira.
Bukankah Taman Bermain merupakan tempat yang bagus untuk memulai sebuah pendekatan dengan gadis pujaan? Karsa bahkan sudah merencanakan dengan rinci hal-hal yang ingin ia lakukan bersama Adira hari ini. Namun, mungkin seharusnya ia bukan hanya membayangkan banyak hal indah, tetapi juga mempertimbangkan berbagai hambatan yang mungkin menghalangi jalannya.
Lamunan Karsa terhenti saat ia mendengar Trisha menjerit. Ia berbalik tepat di saat Taka menarik tangannya yang baru saja menyentuh bagian belakang tubuh sang gadis.
“Apa?” tanya Taka dengan senyum menyebalkan yang tidak kunjung meninggalkan wajahnya. Jelas sekali bahwa ia tidak merasa bersalah telah bersikap tidak sopan kepada Trisha.
Rahang Karsa mengeras. Ia memang tidak menyukai Trisha, tetapi sebagai teman dan juga sebagai laki-laki, ia tidak bisa diam saja setelah menyaksikan hal yang seharusnya tidak pernah terjadi. Perlahan ia melepaskan pegangan Trisha dan berjalan menghampiri Taka.
“Sebenarnya, apa masalahmu?” Karsa bertanya dengan suara keras. Berusaha mengalahkan kebisingan di sekitar. “Berkali-kali aku mengusirmu bersama Trisha, tapi kamu tetap saja mengikutiku. Apa kamu tidak punya teman? Padahal cukup banyak siswa kelas 10-7 yang ikut wisata kali ini. Apa tidak ada satu pun yang mau menemanimu?”
Karsa bisa merasakan bagaimana Trisha kembali menggenggam tangannya, kali ini dengan lebih erat, di saat Taka tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. “Aku tidak butuh teman yang membosankan seperti mereka,” ucap Taka dengan angkuh. “Lebih baik aku mengikuti makhluk indah ini.”
Rasa mual menjalar dari perut menuju tenggorokan Karsa. Kedua tangannya juga bergetar ingin segera menghapus senyum menjijikkan dari siswa di hadapannya. Namun, ia masih cukup waras untuk tidak memicu pertengkaran di tempat asing, di tengah-tengah keramaian. Akhirnya, ia hanya berbalik dan kembali berjalan dengan cepat.
“Terserah saja. Aku juga punya banyak urusan yang harus kuselesaikan,” ucap Karsa. Berusaha mengabaikan Trisha yang merengek karena merasa kembali diabaikan. “Kalian bebas mengikutiku semau kalian. Aku tidak akan lagi peduli apa pun yang terjadi.”
Sifat manusia memang tidak mudah untuk ditebak. Setidaknya, Karsa tidak pernah menyangka bahwa kata-katanya akan menimbulkan efek yang sangat berbeda dari perkiraannya.
Di saat ia mengusir secara terang-terangan, Taka menganggapnya angin lalu. Namun, setelah ia pasrah dan membiarkan siswa nakal tersebut berbuat sesuka hati, Taka malah berpamitan dengan keras sebelum pergi ke arah yang berlawanan. Meninggalkan Karsa dan Trisha yang hanya bisa menatap keheranan.
“Penggemarmu itu sungguh aneh,” celetuk Karsa. Masih sambil berdiam di tempat.
“Dia memang selalu seperti itu. Di sekolah, dia juga terbiasa mengikutiku sampai akhirnya dia merasa bosan sendiri dan pergi begitu saja.” Trisha mengerucutkan bibir menyerupai boneka bebek yang dipajang di stan buah tangan yang berada tidak jauh dari sana. Hampir terlihat menggemaskan jika saja Karsa tidak sedang merasa sebal kepada sang gadis.
“Apa kamu tidak mau pergi juga?” Karsa bertanya tanpa memedulikan ekspresi Trisha yang tampak hampir menangis.
“Sudah kubilang aku akan tetap bersamamu. Bukankah Bu Danita juga melarang kita pergi sendiri? Kamu tidak bisa membuangku begitu saja,” jawab Trisha panjang lebar.
Karsa menarik napas dalam. Ucapan gadis itu benar, guru mereka memang meminta para siswa untuk berkeliling dalam kelompok, atau setidaknya berdua. Selain itu, Karsa juga bukanlah pemuda kurang ajar yang tega membiarkan seorang gadis pergi sendirian.
Oleh karena itu, meski terpaksa, ia kembali berjalan. Masih dalam keadaan dirangkul oleh Trisha.
Rupanya ia tidak perlu menderita terlalu lama. Sebab sesaat setelah mereka mendekati wahana Mania, ia melihat sosok familier tengah berjalan ke arahnya.
Teriakan dari para pengunjung bergerak naik turun di atas wahana ekstrem yang memiliki tinggi lebih dari 50 meter itu tidak lagi terdengar olehnya. Seluruh perhatiannya terfokus kepada Adira yang terlihat belum menyadari kehadirannya.
Dengan cepat Karsa menarik tangannya dari rangkulan Trisha. Melambai heboh sambil berlari ke arah sang gadis pujaan. Tanpa peduli tatapan aneh yang mungkin akan ia terima dari banyak pengunjung di sekitar.
“Adira! Aku mencarimu dari tadi!” ucapnya heboh setelah ia berada tepat di depan sang gadis.
Adira menatap pemuda itu dan Trisha yang tengah berjalan dengan lesu secara bergantian. “Mencariku? Kenapa?” tanyanya kebingungan.
“Kenapa masih heran? Dia, kan, memang selalu berusaha ada di dekatmu,” celetuk Firda tidak suka. Gadis itu memicingkan mata sambil bersedekap dada. Suasana hatinya yang sempat membaik setelah menaiki wahana Perahu kembali memburuk dalam sekejap.
“Ke mana saja kamu? Teman-temanmu yang lain berkeliling mulai dari wahana arung jeram. Hanya kamu yang tidak ada,” protes Trisha. Tanpa malu ia berdiri sangat dekat di samping Karsa.
“Memangnya ada aturan kita harus terus bersama-sama?” tanya Adira dengan tenang. “Senang sekali bisa kebetulan bertemu dengan kalian di sini. Kalau begitu, aku pergi dulu. Selamat bersenang-senang!”
Karsa baru saja akan menahan kepergian Adira di saat Trisha tiba-tiba menjerit. Dengan panik gadis itu menunjuk ke arah asap kehitaman di kejauhan.
“Apa itu?”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments