Ayla menyuapi anak lelaki sore itu, Uwais sibuk berceloteh menceritakan betapa asyiknya bermain dengan teman-teman baru di rumah neneknya.
Setelah Ayla pulang kerja, ia menjemput Uwais di rumah sang mertua setelah Uwais menginap selama beberapa hari di sana. Bu ignis juga memberinya beberapa bungkus lauk dan nasi karena Ayla belum sempat menanak nasi tadi sebelum berangkat kerja. Sungguh ibu mertua yang sangat baik dan perhatian. Sayang anaknya tidak begitu.
Masalah talak yang Alfa ucapkan, tidak ia singgung pada mertuanya. Karana ia tak ingin Bu ignis sedih, walau bagaimanapun Bu ignis tetaplah mertua yang sudah dia anggap sebagai ibu.
"Unda, ayah nggak pulang?"
"Nanti sayang, ini kan masih sore. Uwais makan abisin dulu makannya, ya?"
Waktu berlalu, sore sudah berganti malam. Ayla menemani Uwais yang tidur di kamarnya malam itu. Menepuk paha kecil dengan menyanyikan lagu pengantar tidur.
"Unda, ayah belum pulang?" Menatap Ayla dengan mata bulat yang mengantuk.
"Uwais tidur dulu ya, nanti kalau ayah pulang, bunda bangunin." Jawab Ayla menahan nyeri di dadanya. Anaknya sudah berulang kali menanyakan keberadaan sang ayah. Namun, selalu begitu, setiap kali marah, Alfa pergi dan tak pulang tanpa memikirkan anaknya.
Ayla pun sudah enggan untuk menghubungi dan mengiba pada Alfa. Percuma. Karena itu, Ayla mencoba bersabar dan menghibur anaknya.
Keesokan paginya.
"Kamu!"
Ayla terkejut begitu membuka pintu rumahnya pagi itu.
Seorang pria dengan penuh kepercayaan diri berdiri di depan rumahnya dengan sebuket bunga yang besar, wangi, indah, dan mahal. Siapa lagi kalau bukan Roxy. Pria lajang itu bahkan berani datang kerumahnya.
"Ngapain kamu di sini?" Ayla celingukan takut saja kalau-kalau ada tetangga yang melihat dirinya di datangi pria asing dengan bunga di tangan saat suaminya tak di rumah. Ia tak mau hal-hal yang menimbulkan fitnah.
"Hari ini kantor libur, aku bosan di rumah."
"Jadi kau datang pagi-pagi kemari untuk menggangguku?"
"Aku rindu,"
Ayla tertawa mendengar ucapan Roxy yang ia anggap lelucon. Sembari mengibaskan tangannya di udara.
"Lihat kau tertawa, kau senang. Bagus kamu tidak sedih lagi."
"Memangnya siapa yang bersedih?" Mengerutkan kening.
"Kamu! Kemarin kamu menangis meraung-raung." Jawab Roxy melangkahkan kaki hendak menerobos masuk ke dalam rumah Ayla. Namun cepat wanita bersuami itu merentangkan tangannya di depan pintu menghalangi.
"Kau mau apa?"
"Masuk!"
"Suamiku tidak ada di rumah." Ayla masih menghalangi Roxy masuk kedalam rumahnya.
"Memang itu yang aku mau." Jawab Roxy menyingkirkan tangan Ayla dengan paksa hingga dia bisa masuk dan langsung duduk di kursi dekat pintu.
Ayla menatap nya protes. Roxy tetap santai memandang setiap sudut ruangan itu.
"Kau tidak mau menerima bunga nya?"
"Tidak, keluarlah." Pinta Ayla tetap berdiri diambang pintu yang terbuka lebar.
Roxy lempar begitu aja bunga di atas meja tamu yang terbuat dari kayu dan kaca transparan itu.
"Duduk lah, apa kamu tidak capek?"
Ayla mengatur nafas nya yang sudah naik turun karena menahan kesal pada pria di depannya.
"Keluarlah tuan Roxy, aku tak mau ada tetangga yang salah paham. Memasukkan pria ke dalam rumah saat suaminya tak ada bisa menimbulkan fitnah."
Roxy menatap lekat pada wanita keras kepala yang berdiri di depan pintu.
"Memang itu yang aku mau, panggil tetanggamu kemari."
"Sinting!"
Ayla mengayunkan langkah nya hendak keluar, namun tangan Roxy menarik lengannya. Hingga Ayla jatuh terduduk di atas pangkuan Roxy. Pria itu mengulas senyum menyebalkan.
"Ternyata kamu suka sekali duduk di sini ya?" Roxy tersenyum lebar yang membuat Ayla meradang. Pria itu yang menariknya hingga terduduk di sana, bisa-bisa menuduh Ayla yang suka duduk di sana. Gegas Ayla bangkit. Namun, tangan kekar Roxy dengan mudah menahan tubuh mungil itu.
"Lepaskan aku! Kau bahkan melecehkan ku di rumahku sendiri!" Teriak Ayla."tolong!"
Roxy melepaskan tanganya dan membiarkan Ayla bangkit. Tangan mungil itu langsung menampar pipinya. Namun itu tak berimbas apapun bagi Roxy.
"Unda." Suara Uwais dari dalam. Ayla yang sangat marah dan hampir menangis itu menoleh pada anaknya. Dadanya yang naik turun dan bergemuruh, perlahan ia redam. Lalu tersenyum pada anak semata wayangnya.
"Siapa unda?"
"Bukan siapa-siapa sayang, hanya orang lewat minta minum." Ucap Ayla lembut.
Roxy berdiri dan mendekat. Setiap langkahnya terngiang suara Supri.
("Bagaimana caranya menaklukan wanita yang memiliki anak?"Roxy
"Itu mudah saja tuan, pertama dekati dulu anaknya, jika hati anaknya udah di dapat akan lebih mudah mendapatkan hati ibunya."Supri)
"Hay, aku Roxy." Sapa Roxy menyamakan tinggi dengan Uwais.
"Om yang dulu beli jualan unda kan?"
"Huummm..." Roxy merogoh kantong jaketnya. Lalu mengeluarkan sebuah mobil mini dan menyerahkan pada Uwais.
"Uaaaaa..... Ini mirip punya teman Uwais om." Mata Uwais berbinar terang dan berceloteh tentang temannya yang memiliki mobil sejenis itu.
Tentu saja itu bukan suatu kebetulan. Roxy sudah lebih dulu menyelidikinya apapun yang berhubungan dengan Ayla, termasuk Uwais anaknya. Apa yang Uwais suka, kemana saja selama beberapa hari ini. Dan juga apa yang Uwais inginkan namun tak dapat ia miliki. Salah satunya, mobil mini itu.
"Aku masih punya banyak di rumah. Kamu tau drone? Pesawat yang memiliki kamera..."
Uwais mengangguk dengan bersemangat.
"Kamu mau? Aku berikan padamu, tapi benda itu tidak terbawa. Kamu mau mengambilnya dirumah?"
Ayla yang mendengar percakapan licik Roxy yang bermaksud membawa Uwais melebarkan matanya dengan sempurna. Dan bocah itu jelas saja terjebak mengikuti permainan Roxy. Ayla merasa geram.
"Tidak, tidak, tidak boleh."
"Unda.. unda... Unda..." Uwais merengek menggoyangkan tangan ibunya.
"Tidak Uwais, jangan pergi dengan orang asing."
Uwais merengek dan terus menangis. Ayla sibuk menenangkan anaknya, sedangkan Roxy tersenyum licik dan tangan terlipat didada.
Ayla tampak lelah dan kepayahan membuat anaknya berhenti menangis karena ia melarang. Ia tak mau tergelincir dalam rencana licik Roxy yang licin.
Roxy mendekat lalu meraih tubuh Uwais dalam pelukannya dan menggendong bocah yang masih menangis itu.
"Cup cup, ayo kita ambil barangnya. Biarkan saja bunda mu di rumah jika tidak mengijinkan, tapi, dia boleh ikut jika khawatir." Ucap Roxy mengedipkan sebelah matanya pada Ayla yang meradang.
Akhirnya, Ayla ikut juga ke rumah Roxy menyertai Uwais yang sudah berhenti merengek dan menangis. rencana licik Roxy membawa Ayla ke rumahnya berhasil.
Ayla memandang bangunan besar dan luas itu dari luar, begitu keluar dari mobil yang membawanya. Roxy dan Uwais yang duduk di jog belakang keluar bersamaan. Pria itu langsung menggendong Uwais masuk kedalam rumahnya.
"Uwaaaa... Rumah om besar banget."
"Kau suka? Kau boleh tinggal di sini kalau mau." Tawar Roxy lagi sembari melirik Ayla yang membuang muka.
Di dalam rumah itu, Roxy dan Uwais justru bermain bersama, lupa tujuan awal hanya untuk mengambil mainan. Bukan lupa, tapi sengaja agar lupa, karena Roxy hanya ingin bersama dengan Ayla di saat ia tak bisa bertemu di kantor. Skaligus mengambil hati calon anaknya.
Ayla hanya memandang dua orang pria beda generasi itu dari sofa, belakang mereka yang duduk lesehan di atas karpet berbulu. Ayla menghela nafas panjang, pikiranya berkelana ke masa silam, dulu setiap Sabtu dan Minggu Alfa sering berangkat kerja. Sabtu wajib kerja dan dan minggu lembur.
Dan kini Ayla menyadari satu hal, setelah masuk ke perusahaan yang sama. Setiap Sabtu mereka libur. Setahun penuh, Alfa sudah membohonginya tentang itu.
Dan ia tak curiga. Kadang Minggu pun Alfa masuk, dengan alasan lembur. Sudah tentu itu semua di lakukan hanya untuk menghabiskan waktu dengan Agya.
"Tuan Roxy."
"Panggil Roxy." sibuk bermain PS dengan Uwais tanpa menoleh.
"Tuan Roxy, apa setiap Sabtu Minggu kalian selalu libur?"
"Panggil aku Roxy, aku akan menjawab pertanyaan mu."
Ayla terdiam sejenak,
"Roxy, apa setiap Sabtu-Minggu kalian libur?"
"Heemm,, semua, tanpa terkecuali. Termasuk bagian produksi dan OB."
"Kenapa kamu menyebutkan bagian itu dengan jelas?" Tanya Ayla lemas.
"Bukankah itu yang mau kamu tanyakan?" Roxy menoleh menatap Ayla lekat.
"Kenapa masih mau bertahan pada pria yang sudah menghianati mu selama setahun penuh?"
Sore harinya, Roxy mengantar Ayla dan Uwais. Seperti sebelumnya, hanya yang berbeda kini, Ayla dan Uwais yang duduk di jog belakang. Sedangkan Roxy duduk di jog penumpang depan. Supri seperti bisa menjadi supir pribadi yang selalu menyertai.
Uwais tertidur dalam perjalanan, hingga begitu sampai di depan rumah, Ayla mengendong nya. Sedangkan Roxy dan Supri membawakan mainan untuk Uwais dan meletakan di teras.
"Aku pulang dulu."pamit Roxy.
"Terima kasih."
Roxy tersenyum lebar. Mengangkat tangan menyentuh pipi Ayla, gerakan itu dapat Ayla baca, hingga ia memundurkan tubuhnya agar Roxy tak sampai menyentuh.
"Kau pelit sekali." Roxy menyipitkan mata sinis, lalu tersenyum dan menarik tangannya kembali.
"See you later."
Roxy melangkah memasuki mobilnya sembari melambaikan tangan. Dan mobil itu hilang di ujung gang.
Ayla membalik tubuhnya, mengambil kunci pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka dari dalam. Mata Ayla membulat sempurna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
zian al abasy
ya ampun ini bule ko oon ap lp ingatan y msa iy gk tau ap" si tntng khidupan orng.🤣🤣🤣kocak sii bule edan
2023-10-27
0
Bang degol
woyy
2023-10-17
0
guntur 1609
roxy dasar gendeng
2023-10-15
0