"Ayah..." Seru Uwais girang melihat Alfa sudah pulang ke rumah. Bocah berusia 3tahun itu langsung memeluk ayahnya dengan sangat gembira dan tertawa riang.
"Kangen ayah ya, nak?" Alfa berbalik membalas pelukan Uwais.
"Ingat pulang juga kamu mas?" Suara Ayla di belakang Uwais. Sangat kesal.rasanya dengan suaminya itu. Pergi hampir seminggu tanpa menghubungi istri dan anak, walau sedang marah, tetap saja, harusnya demi anak Alfa pulang, atau setidaknya menelpon memberi kabar. Bukan malah membiarkan dan tak perduli meski Ayla sudah memendam ego dan terus membujuk agar pulang demi Uwais.
"Suami pulang bukannya di sambut malah bicara ketus." Melepas pelukan Uwais. Lalu bicara pada putranya." Nak, ayah haus, ambilin ayah minum ya."
"Ummm..." Angguk Uwais lalu berlari ke dalam.
Alfa menatap Ayla. "Lain kali jangan menentang mas sebagai kepala keluarga. Kamu harus ingat ay. Mas ini imam mu. Dan kamu makmum ku, harus selalu patuh apapun yang imamnya lakukan." Berucap dengan penuh penekanan.
"Selama imamku berlaku benar dan adil, maka makmumnya akan selalu patuh. Bukankah itu sudah Ayla lakukan selama ini mas? Dan apa yang Ayla dapat sekarang?"
"Mas capek. Males berdebat sama kamu." Kata Alfa berjalan ke kamarnya.
Ayla marah dan juga kesal, Alfa tetap saja merasa benar meski sudah menzolimi dirinya. Tapi, Ayla harus menahan diri, semua demi Uwais. Anak itu masih membutuhkan kasih sayang ayahnya. Akan Ayla kesampingkan semua ego dan amarahnya.
***
Hp Alfa berdentang pertanda pesan di aplikasi hijau itu masuk. Alfa sedang bermain dengan Uwais di ruang tamu, sedang Ayla kala itu tengah melipat baju di kamar. Rasa curiga Ayla tentang hubungan sang suami dengan sahabatnya belum sirna. Ayla mengambil hp Alfa lalu melihat di layar tanpa membuka pesan itu agar Alfa tak curiga.
("Mas, makasih ya, cincin nya bagus. Kapan mas nginep sini lagi?")
Deg!
Tubuh Ayla serasa lemas seketika. Rasa cemburunya kini timbul bersamaan dengan rasa sakit yang mendera di dada.
"Mas Alfa bahkan membelikan Agya cincin? Untuk makan kami saja dia begitu pelit, bisa-bisanya malah memberi Agya cincin. Dimana sebenarnya otak mas Alfa?" Ayla bergumam dengan menahan nyeri di dada.
Ingin rasanya Ayla mendatangi Alfa saat ini juga, lalu melepar hp ke wajahnya dan mencaci suaminya itu. Tapi, lagi-lagi Uwais membuatnya tertahan. Hingga hanya sesak yang kini Ayla rasakan.
"Aku nggak bisa tinggal diam. Aku harus menemui Agya."
***
"Ada apa Ay?" Tanya Agya sahabat Ayla yang kini sedang duduk di taman kota sembari berulang kali melihat tangan yang melingkar cincin di jari manisnya. Seolah ingin menunjukkan ia memiliki cincin dari Alfa pada Ayla.
Ayla menatap wajah Agya, lalu berpindah pada cincin di tangan sahabatnya itu. Sakit? Sudah tentu, ia yang istri sah, ia yang terus berhemat agar tidak kekurangan, justru wanita lain yang menikmati uang suaminya. Dan sekarang, wanita itu sedang pamer cincin padanya.
"Katakan dengan jujur padaku, Ya, sudah berapa lama kamu dan mas Alfa berhubungan?"
Agya mengganti tatapannya dari Cincin di tangannya ke arah Ayla.
"Hubungan yang bagaimana maksudmu? Kita ini berteman Ay, dan aku dengan mas Alfa juga cuma teman kerja biasa." Kilah Agya lempar pandangannya ke arah lain.
"Jangan membodohi ku Ya, aku tau hubungan kalian lebih dari itu." Ucap Ayla mengeluarkan hp lalu menunjukkan hasil screenshot chating yang dia kirim dari hp suaminya. Tentu saja tanpa sepengetahuan Alfa.
Mata Agya melebar, melihat percakapan dirinya dengan Alfa. Termasuk tentang cincin pemberian Alfa yang kini melingkar di jari manisnya.
Agya terdiam, tak bisa berkelit lagi. Ia melihat jauh ke depan pada Uwais dan beberapa anak kecil yang sedang bermain bersama.
"Maaf Ay, mas Alfa yang merayu ku duluan. Aku sudah menolak, tapi, kamu tau sendiri, wanita jika terus di beri perhatian pasti akan luluh juga." lirih Agya menunduk.
"Meski kamu tau dia suamiku dan ayah Uwais?" Mata Ayla memanas dan berembun. Hatinya sakit bagai teriris sembilu mendengar pengakuan dari sahabat nya sendiri.
Ayla menatap Agya yang bahkan tak melihat padanya. Entah karena rasa bersalah, atau karena memang tak mau memandang nya, entahlah.
"Berapa lama kalian sudah berhubungan?" menepis segala rasa marah dan sakitnya.
"Enam bulan. Tapi, mas Alfa sudah mendekat sejak setahun yang lalu."
Ayla tertawa kecil tanpa suara. Ia ingat, setahun yang lalu, Alfa menganggur dan mulai bekerja melalui outsourcing. Dan Alfa memangkas habis jatah bulanan Ayla dengan alasan gajinya hanya satu juta setengah, yang nyatanya itu bohong.
Sedikitpun, Ayla tidak curiga, ia percaya apapun yang di katakan suaminya. Dan memilih bekerja sembari menjaga Uwais yang saat itu masih berusia 2tahun. Semua demi membantu suaminya. Beruntung, Ayla memiliki bos yang sangat baik.
Ayla mengusap kasar wajahnya. Ingin menangis tapi, ia tak mau melakukan di depan Agya. Sahabat yang menusuk nya dari belakang.
"Ya, aku ingin meminta padamu." Ucap Ayla setelah gemuruh di dadanya sedikit berkurang."Tinggalkan mas Alfa. Biarkan dia kembali pada kami keluarganya."
Agya langsung menoleh pada Ayla. Merasa ia juga korban dari Alfa. Sudah berhubungan hingga sejauh itu, tak mungkin Agya mau melepas Alfa begitu saja. Mereka bahkan sudah berhubungan selayaknya suami istri.
"Kamu nggak bisa memaksaku ay, aku tau aku memang salah karena berhubungan dengan mas Alfa. Tapi...." Agya menjeda ucapannya karena ia juga merasa sesak."aku nggak bisa, aku mencintai nya, kami bahkan udah berhubungan selayaknya suami istri."
"Astaghfirullah...." Ayla mendessaaahh pelan mendengar hubungan suami dan sahabat nya sudah sejauh itu. Nggak hanya bertambah sakit, tapi juga rasa marahnya ikut meningkat. Namun, Ayla lebih pintar menyembunyikan nya. sangat tak layak jika bertengkar di tengah keramaian terlebih di depan anaknya.
"Karena itu, jangan memintaku untuk meninggalkan ataupun melepaskannya." Lanjut Agya lagi.
"Mas Alfa suami ku Ya." Suara Ayla bergetar, hatinya sangat sakit oleh penghianat suami dan sahabatnya.
"Dia juga sudah merenggut kesucian ku, ay." Agya tak kalah pilu menatap sahabatnya. Keduanya saling menatap dengan harapan dan rasa yang sama pada satu pria.
Ayla lalu memutus kontak mata mereka dengan menatap Uwais. Lama menatap bocah yang riang tanpa tau kemelut sedang melanda dua wanita yang terjerat oleh permainan cinta Alfa.
"Kami sudah punya Uwais, Ya. Tolong, demi bocah yang tidak tau apa-apa itu. Pertimbangkan permintaanku. Selama ini aku tak pernah meminta apapun pada mu, Ya. Kali ini, ku mohon, lepaskan suamiku pada keluarga nya." Pinta Ayla memohon.
Setelah pertemuan dengan Agya, Ayla bermaksud mendatangi rumah bosnya. Karena pria yang seumuran dengannya itu meminta Ayla untuk datang. Ia hendak menstater motornya dengan membonceng Uwais, sang mertua datang ke rumah.
"Ayla."
"Ibuk." Ayla bergegas turun dari motor, lalu mencium tangan mertuanya. Begitupun dengan Uwais yang juga mencium tangan neneknya.
"Mau kemana?"
"Ke rumah bos, buk, anter setoran. Hari ini kebetulan libur. Jadi Ayla mau anter karena udah di minta sama mas bos." Jelas ayla.
"Ibuk kangen sama Uwais, Uwais tinggal di rumah aja ya." Ucap Bu ignis sembari mencubit gemas cucunya.
"Uwais mau? Tinggal sama nenek ya di rumah."
"Ikut, ikut unda." Uwais merengek.
"Eeh, nenek mau jajan loh di warung depan gang sana. Yuk ikut nenek, nanti nenek belikan jajan." Bujuk Bu ignis.
"E-tim."
"Iya, boleh, beli es krim." Angguk Bu ignis menggendong Uwais. Ayla tersenyum, meski Alfa menghianati nya, tapi sang mertua begitu baik dan menerima dirinya dan Uwais. Itu cukup membuat Ayla bersyukur.
"Sudah, sana pergi." Bisik Bu ignis sembari menjauh agar Uwais tak menangis jika melihat bundanya pergi.
"Nitip Uwais ya buk, kunci di tempat biasa." Balas Ayla, menatap sang mertua yang makin menjauh.
Sesampainya di rumah bos.
"Apa mas? Aku pindah lapak?"
"Iya, nanti kita ke tempat yang baru. Skalian angkut bahan dan barang-barang kesana." Ucap bosnya Ayla.
"Tapi kenapa mas? Di sana juga bagus kok pembelinya."
"Iya, sana udah ada yang ngisi. Aku suka dengan cara kerjamu. Karena itu, aku tempatkan di tempat yang baru untuk menarik pelanggan dan menstabilkan dulu. Di tempat lama biar orang baru aja karena tinggal nerusin."
Ayla masih sedikit tak tenang, padahal ia sangat nyaman berada di lapak saat ini. Sudah satu tahun ia di sana dan tiba-tiba harus pindah rasanya tak rela. Tapi ia menurut saja pada bosnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Elisanoor
pen gw jambak itu si Agya laknat 😆
2023-10-27
1
zian al abasy
agya wanita gk tau malu..bner"yng nmnya pelakor smua gk pny hti .mirisss bnget yng ktnya lbih pinter tp syang pnter buat jd pelakor..
2023-10-27
1
Ummi Nza
cih males banget mohon2 minta laki2 yg udh selingkuh.. buktikan wanita itu kuat alya jng cemen
2023-10-07
1