"kakek! mari kita diskusikan ini. Aku punya informasi yang akan membuat kakek senang. Dengan syarat, jangan hukum kami." uccap Raize mencoba bernegosiasi dengan sang kakek.
kakek Yaris menatap tajam pada dua cucunya bergantian.
"Tergantung bagaimana informasi yang kau tawarkan. kakek dengarkan." ucap Kakek duduk di kursi single. Seketika Raize tersenyum.
"Hmm... Jadi begitu? Kamu hanya bereaksi pada wanita bernama Ayla itu?" Kakek manggut-manggut setelah mendengar Raize membuka aib Roxy yang sudah di tutup rapat-rapat. Pada dasarnya Raize bermulut ember.
Awalnya, Roxy hanya ingin konsultasi diam-diam pada dokter spesialis. Namun, sangat sial bagi Roxy, dokter itu malah di gantikan oleh Raize. Hingga Raize yang sudah membaca Trak medisnya tau, terus menertawai dan kini justru membocorkan nya pada sang kakek.
"Pantas saja kamu selalu sendiri, kakek pikir kamu menyimpang. Tapi kakek lega."
Raize masih terkekeh-kekeh, "dia tidak menyimpang kek, hanya loyo. Wuahaha."
"Mampus kau Raize." Umpat Roxy melempar sebuah vas bunga di sampingnya ke arah Raize. Yang sudah tentu pria itu langsung menghindar hingga satu lagi korban porselin yang berjatuhan.
"Sudah, ayo gelut!" Raize menggulung lengannya.
"Gelutlah kalian kalau mau kakek kubur hidup-hidup!"
Seketika Raize maupun Roxy duduk manis. Mereka masih ingat, saat kecil dulu, sang kakek mengatakan akan mengubur hidup-hidup karena mereka terus bertengkar. Dan mereka benar-benar di kubur hidup-hidup hingga sebatas dada oleh sang kakek. Tanpa perduli mereka menangis dan meraung minta ampun ataupun kehujanan.
Meski begitu, walau sering berkelahi, namun mereka saling menyayangi. Dua cucu kakek Yaris itu memang yang paling di sayang. Karena itu mereka mendapat didikan yang keras.
"Lalu di mana gadis bernama Ayla itu?" Tanya kakek Yaris setelah ketiganya sedikit tenang."biar kakek ikatkan dia untuk mu. Jangan sampai keduluan orang lain. Bukankah hanya dia yang bisa membuatmu tergugah?" Menatap lekat Roxy.
"UMM... Yeeaahhh,, aku akan menangani nya sendiri. Kakek tak perlu ikut campur." Ucap Roxy sedikit salah tingkah. Khawatir jika sang kakek sampai tau jika wanita itu sudah bersuami. Maka habislah riwayatnya jika sampai kakek tau Roxy hendak merusak rumah tangga orang.
****
"Setidaknya, untuk saat ini kakek tidak menentang." Pikir Roxy begitu ia sudah berada di dalam mobil menuju kantornya.
Di sisi lain,
Siang itu hujan cukup lebat, dan angin berhembus kencang. Ayla yang hanya berkerja menjaga stan di pinggir jalan dengan payung seadanya. Mencoba menahan agar gerobaknya tidak tumbang oleh terpaan angin dan hujan. Tubuhnya sudah basah sebagian.
Angin yang berhembus cukup menggoncang kan gerobak dan payung hingga hampir terbang terbawa.
"Alhamdulillah, tidak ada petir. Hanya angin kencang dan hujan. Aku masih bisa bertahan." Gumam Ayla."Lindungi kami....."
Saat ini Ayla memang hanya berjaga sendiri, Uwais anaknya ikut sang adik. Dan itu membuatnya bersyukur, setidaknya ia hanya perlu njaga diri dan gerobaknya agar tak ikut terbawa angin.
Suara dentang atap gerobaknya yang terbuat dari seng itu terus berbunyi oleh tiupan angin seolah sebentar lagi kan lepas.
"Aaahhh, ya ampun bagaimana ini?" Gumam Ayla mengigil takut melihat arus air yang cukup deras di bawah kakinya.
Payung besar yang menaungi dirinya dan sebagian gerobak pun terus bergoyang-goyang oleh tiupan angin yang kuat. Membuat tangannya yang dingin, kaku dan mati rasa.
"Aku udah tidak kuat lagi." Gumam Ayla, tak mampu menahan ganggang payung besar itu hingga hampir tumbang oleh terpaan angin.
"Ya ampun! Apa kau gila masih bertahan di sini?" Suara yang cukup Ayla kenal pemiliknya dan tangan yang kekar ikut menahan batang payung. Hingga benda itu tak tumbang oleh terpaaan angin karena tangan Ayla sudah mati rasa oleh dingin.
Ayla menoleh pada asal suara bariton yang kini terdengar memgumpat-umpat dengan bahasa yang Ayla tak begitu paham.
"kamu..... Ngapain di sini?"
"Apa menurutmu aku sedang tidur?" Bernada jengkel."Apa kau sudah gila bertahan di sini? Di tengah hujan, angin dan basah."
"Aku bekerja di sini, sekarang gerobak ini juga dalam tanggung jawabku. Jadi aku menjaganya." Jawab Ayla dengan bibir yang bergetar karena dingin. Wajah wanita itu sudah tampak sedikit biru, dan tubuhnya mengigil.
"Kenapa hujan angin nya tak berhenti juga." Gumam Roxy di selingi umpatan. "God dam* it! Junior sialan, tenanglah." Sembari melirik Baju Ayla yang basah hingga lekuk tubuhnya terlihat sangat jelas.
'Bahkan dalam keadaan basah dia terlihat sangat menantang,meski seluruh tubuh nya Tertutup kain..... junior sialan, kenapa hanya begini saja kau reaksi?' batin Roxy menelan ludahnya susah payah, ekor matanya terus melirik pada Ayla sudah basah oleh air hujan yang tertiup angin. 'Bagaimana jika ada yang melihat nya seseksi ini?'
Roxy melihat sekeliling sembari tangannya masih terus menahan batang payung dan gerobak yang bergoncang karena angin. Kebanyakan kendaraan berhenti dan menepi menghindari terpaan angin yang cukup kencang siang itu. Kini ia bahkan tak berani melirik Ayla karena tak mau junior nya semakin meronta-ronta.
"Berteduhlah di sana!" Ucapnya tanpa menoleh pada Ayla."kau sudah menggigil."
"Aku baik-baik saja." Tolak Ayla."Kenapa kau di sini? Apa kau begitu bebas sampai bisa berkeliaran di jam kerja."
"Ck! Pekerjaanku memang berkeliaran." Decih Roxy. "Berteduhlah di sana!" Sembari menoleh pada Ayla. Tubuh yang basah dan menggigil itu membuat Roxy semakin berhasrat pada gadis di dekatnya. Berkali-kali menelan ludahnya karena menahan gejolak yang semakin besar.
"Pegang yang kuat!" Ucap Roxy melepas satu tangannya pada pegangan lalu mulai membuka kancing jasnya, melepas tanpa membiarkan Ayla kepayahan menahan sendiri gerobaknya.
Roxy tak akan membiarkan tubuh seksi versinya itu menggoda lebih banyak mata untuk melihat. Meski sejujurnya, itu hal yang biasa, karna tubuh Ayla tertutup kaus panjang, jilbab dan jeans, hanya saja mereka basah.
Dengan sebelah tanganya Roxy menyelimuti tubuh basah Ayla dengan jasnya. Ayla menatap aneh pada Roxy.
"Jangan melihat ku seperti itu, tubuhmu basah. Bagaimana jika sampai ada yang tergoda."
"Ck! Tergoda bagaimana? Aku masih menutup auratku, kau saja yang cabul." Balas Ayla namun tetap menerima dan memakai jas Roxy yang kebesaran itu. Tanpa memperdulikan tatapan mata Roxy yang melebar tak terima.
"Berteduhlah di sana."
"Tuan! Apa yang terjadi?" Supri yang sedikit cemas karena tuannya yang tiba-tiba meminta berhenti dan langsung keluar dengan cepat, namun tak juga kembali, kini ikut menyusul tuannya.
"Bagus kau di sini! Bantu aku menahan benda sialan ini. Anginnya terlalu kencang."
"Baik tuan."
Supri dengan patuh ikut menahan Gerobak. Sedangkan Roxy berganti memandang Ayla.
"Berteduhlah di sana!" Titah Roxy menunjuk sebuah bangunan minimarket tak jauh dari tempat Ayla berjualan. "Kami yang akan menjaga di sini."
Ayla bergeming. Roxy geram.
"Mbak, mbak nya ke sana saja deh." Bujuk Supri karena melihat bosnya sudah sangat suram dan marah. Namun, Ayla hanya membalas dengan senyuman.
Hujan telah mereda, angin pun sudah tak berhembus seperti sebelumnya. Ayla masih menggigil namun tetap ingin melanjutkan berjualan. Roxy menjadi sangat tak tega, hingga ia memutuskan untuk membeli semua dagangan Ayla, agar wanita itu kembali ke rumah. Dan tidur di bawah selimut yang hangat.
Supri sang supir yang kebagian untung. Karena sebagian besar jajanan Roxy, dia yang menampungnya. Roxy hanya mengambil masing-masing satu porsi.
"Veloz!"
"Iya tuan." Tunduk Veloz mengikuti langkah tuannya yang berjalan cepat menuju ruang meting.
"Siapkan satu ruang di kantin untuk satu gerobak. Dan hubungi nomor ini untuk datang ke kantor." Ucap Roxy meyerahkan hp nya yang terpampang nomor milik bos Ayla.
"Baik."
"Pastikan petang ini dia datang." Titah Roxy berhenti sejenak menatap Veloz dan bicara penuh penekanan. "Harus, petang ini."
"Baik."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
tari dewi
ada veloz.agya.ayla. alfa..xenia
mungkin akan ada lg inova.supra mio.avanza🤣🤣🤣
2023-10-19
2
sherly
ternyata emang nama yg dinovel nih merk mobil...
2023-10-19
0
guntur 1609
ngancang...ngancang dah. si juniir roxy
2023-10-15
0