(POV Ayla)
Dengan langkah gontai, Ayla berjalan keluar dari gedung Roxy. Lalu membawa laju motornya ke pasar sore. Disana dia mulai menjual semua pesanan Roxy yang dia bawa kembali, karena Ayla sangat marah pada Roxy hingga lagi-lagi ia memilih tidak mengambil uang itu karena Roxy memintanya menjadi kekasih.
"Sebenarnya, apa yang ada di dalam otak pria bule itu? Kenapa ia menginginkan ku? Apa dia punya penyakit mental atau semacamnya?" Gumam Ayla.
"Mbak, pukisnya masih?" Tanya salah seorang pengunjung di pasar sore.
"Iya masih." Ucap Ayla bersemangat.
Ayla pun memutuskan untuk lebih bersemangat menjual dagangannya dan melupakan semua hal buruk yang terjadi. Senyum Ayla mengembang saat bungkusan-bungkusan yang Roxy pesan terjual dan hanya menyisakan dua porsi sosis.
"Baiklah ini cukup, akan ku berikan dua sisa sosis ini untuk Uwais. Dia pasti senang."
Ayla pun menghitung uang yang akan ia setorkan pada bosnya. Lalu menarik tuas gas motornya menuju rumah sang bos.
"Ini mas."
"Apa ini?"
"Uang." Jawab Ayla bingung karena bosnya malah bertanya.
"Iya,maksudnya uang apa?"
"Dagangan. Pesanan dari tuan Roxy dan penjualan hari ini."
"Oohh," bos Ayla itu menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Ada berapa, ay."
"Empat ratus tiga puluh dua ribu, mas." Jawab Ayla menyerahkan uang di tanganya.
Bos nya itu menghitung uang lalu menyerahkan beberapa tumpuk uang pada Ayla. Ia hanya mengambil seratus tiga puluh ribu saja.
"Loh kok?" Ayla menerimanya dengan bingung.
"Tuan Roxy sudah mengirimkan uangnya padaku lewat rekening."
"Apa?" Ayla tercengang.
"Katanya tadi kamu sempat tak sengaja menumpahkan sebagian pesanan. Dan beliau memintaku untuk tidak memarahi mu. Apa kamu merasa bersalah sampai memberiku uang ini, ay?"
Ayla tertunduk. Bingung, itu yang jelas.
"Lain kali lebih berhati-hati lah. Untuk tuan Roxy sangat baik dan tidak mengkoplain pada kita. Dia justru mau jadi langganan."
"Apa?" Ayla mengangkat kepalanya menatap sang bos.
"Tapi, beliau mau kamu yang menjadi kurir, sebagai bentuk permintaan maaf mu karena udah mengacaukan beberapa pesanan. Mau ya Ay, ini menyangkut nama baik kedaiku juga, aku tak mau kehilangan pelanggan."
Ayla pias dan lemas.
****
"Mas."
"Apa Ay?"
Dengan hati-hati Ayla mendekat membawa secangkir kopi hitam dan pisang goreng hangat untuk suaminya.
"Kopi nya mas." Meletakkan di atas meja depan suaminya yang sedang menonton tivi.
"Makasih Ay." menatap Ayla lembut, lalu kembali menatap tv.
Ayla menarik nafas dalam. Menyakinkan dirinya bahwa untuk menjalin sebuah hubungan hanya butuh percaya dan jujur. Karena itu, Ayla memberanikan diri untuk bertanya langsung pada suaminya. Terlepas entah bagaimana nanti reaksi Alfa. Semoga saja suaminya itu akan jujur.
"Mas, ini..." Ayla menyodorkan lembaran kertas yang ia temukan di saku celana seragam sang suami.
Alfa menoleh, lalu matanya melebar melihat benda di tangan Ayla. Dengan cepat menyautnya dalam genggaman. Lalu menatap Ayla tak suka.
"Aku menemukannya di saku celana seragam mu."
Alfa mengalihkan pandangannya, menghindari pandangan mata Ayla. Entah karena rasa bersalah atau karena perasaan yang lain.
"Apa benar gaji mu sebanyak itu?"
Alfa bergeming.
"Mas..."
"Iya, nggak pantas kamu tanyain itu." Menatap Ayla nyalang. Aneh, kenapa suaminya justru yang marah. Padahal, Ayla-lah yang sudah di bohongi.
"Apa? Nggak pantas?"
"Jangan pernah mengusik gaji mas, Ayla. Mas udah kasih kamu nafkah yang pantas. Di gaji mas juga ada hak ibu dan adik-adik mas." Ucap Alfa dengan nada tinggi dan beremosi.
"800ribu itu pantas menurut mas?" Tanya Ayla tercengang dengan penuturan suaminya.
"Iya, bukankah dari situ kita bisa makan layak, bahkan terkadang kita masih bisa makan ayam dan ikan dalam satu bulan? Kita bisa bayar token listrik? Semua kebutuhan kita terpenuhi. Bahkan kamu bisa beli bedak."
Ayla tertawa, Alfa tak tau atau memang tak mau tau jika semua kekurangan selalu Ayla tutupi dengan gaji nya yang berjualan di pinggir jalan ikut orang. Kini ia merasa sangat kesal begitu mengetahui gaji suaminya sangat besar menurut nya.
Tiga juta rupiah dan dirinya hanya di jatah 800 ribu. Bulan ini bahkan hanya 500ribu. Dan masih pula sempat mentransfer Agya sahabatnya. Hebat!
Selama ini, Ayla selalu mengalah, untuk tak membeli barang yang di ingini. Membeli kosmetik murah hanya agar dapurnya tetap mengepul. Namun, sepertinya ia salah.
"Mas Alfa tau jika aku kerja kan?"
"Alah, gaji kamu paling cuma berapa sih?" Ucap Alfa meremehkan.
"Baiklah kalau begitu, bagaimana jika mas aja yang belanja dan mengatur keuangan. Aku hanya akan memasak apa yang ada di rumah."
"Apa? Enak aja, terus kamu ngapain? Kalau belanja aja mas yang lakukan?"
Ayla sudah terlanjur geram dan marah dengan sikap Alfa. Semua yang ia lakukan sama sekali tidak di hargai oleh suaminya.
"Apa mas Alfa pikir yang aku lakukan hanya belanja? Banyak mas, masak, bersih-bersih, aaahhh, kayaknya Ayla juga harus menjelaskan jika bersih-bersih itu banyak macam nya. Nyapu, ngepel, nyuci baju,nyuci piring, nyu....."
"Udah, udah, udah. Nggak usah kamu sok sibuk gitu. Mas lebih capek dari kamu. Mas kerja menghasilkan uang buat ngidupin kamu juga."sela Alfa masih meremehkan Ayla.
Ayla tertawa, merasa sangat geram dan heran dengan suaminya.
"Lalu satu juta yang mas transfer ke rekening Agya itu apa?"
"Itu bukan urusanmu Ayla. Itu uang mas! Gaji mas." Tukas Alfa semakin meninggi."Terserah mas, mau mas apain."
"Astaghfirullah!!" Ayla mengurut dadanya. "Itu hak Ayla mas! Hak Ayla sebagai istri mas. Dan hak uwais, anak mas!" Sela Ayla tak kalah vokal."Yang sudah mas abaikan."
Alfa tampak beremosi. Dada naik turun dan nafasnya memburu, mata Alfa melotot bahkan hampir keluar dari tempatnya.
"Aku kepala rumah tangga, jangan mengaturku, Ayla!" Hardik Alfa sebelum beranjak dari tempatnya dan pergi ke kamar dengan membanting pintu.
Ayla mengatur nafas dan emosinya. Merasa di bodohi dan tak dihargai oleh sang suami. Ayla menyentuh dada nya yang terasa sakit, atas perlakuan Alfa selama ini. Tubuhnya serasa lemas karena ini pertama kali nya Alfa Semarah itu padanya. Aneh, harusnya Ayla yang marah. Kenapa jadi terbalik?
Tak lama Alfa keluar dari dalam kamar dengan jaket dan tas di punggungnya. Melewati begitu saja Ayla yang masih duduk diruang tamu. Lalu terdengar suara motor Alfa yang kian menjauh.
Alfa minggat! meninggalkan istri dan anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Elisanoor
jadi ai Alya udah gw ulek itu,kere aja so so an ngasih cewe laen lu dasar pria miskin banyak lagu luh 😆
2023-10-27
0
zian al abasy
kurang ajr emng si alfa suami gk tau dri gk pny otak..ckup uang 800 sebulan alfa bego😠😠😠
2023-10-27
0
Khalimatus Sa'diyah
kalau ceritanya gini, g salah kalau Roxy merebutnya .
2023-10-20
0