Roxy mematutkan dirinya di depan cermin, menatap seberapa tampan dan gagahnya diri. Senyum terulas sembari merapikan dasi.
Roxy melangkah menuruni anak tangga di Vila kediaman nya. Lalu berjalan dengan sangat bersemangat. Di depan bangunan mewah itu, Supri menyambutnya sembari membuka pintu mobil Alphard.
"Supri. Hari ini, aku ingin menyetir sendiri."
"Eehh?" Supri tampak pucat. "Apa saya di pecat tuan?"
Roxy mengulas senyum lagi dan menggoyangkan jari di depan wajah supirnya.
"No! No! No! Aku hanya ingin menyetir sendiri." Ucap Roxy tampak sangat berbahagia."siapkan Lamborghini ku. Yang warna kuning." Sambungnya mengedipkan sebelah matanya.
'ada apa dengan tuan Roxy, kenapa ia begitu genit dan bahagia sekali?' pikir Supri.
Roxy menyetir dengan perasaan bahagia. Memacu dengan kecepatan sedang, ia melewati toko bunga, lalu berhenti untuk membeli sebuket bunga.
"Sebuket bunga. Dia pasti suka." Gumam Roxy tersenyum-senyum. "Tunggu, kenapa hanya sebuket, jika lebih banyak, dia pasti lebih suka."
Roxy kembali memasuki toko bunga itu, lalu menambah beberapa buket bunga lagi dan nyimpannya di jog penumpang. Senyum di wajahnya terus terukir.
Roxy memandang gerobak tempat Ayla berjulan nanti. Bunga-bunga itu sudah berpindah di sana. Hingga penuh tanpa ruang tersisa. Senyum Roxy makin melebar.
"Baiklah, sebelum dia datang, sebaiknya aku pergi." Dengan terkekeh-kekeh Roxy melangkah meninggalkan lapak Ayla.
Beberapa jam kemudian,
Ayla memandang lapaknya. Mulutnya ternganga melihat banyaknya bunga yang bertumpuk di gerobak tempat dia berjualan.
"Astaghfirullah! Siapa yang menyampah di sini?" Gerutu Ayla sembari menyingkirkan bunga-bunga itu. Memberesi gerobaknya dan mengumpulkan semua bunga pada trashbag.
"Wah, apa ini?" Seru Jupe mendekat, melihat banyaknya bunga yang masih tersisa di tas gerobak Ayla."Banyak banget bunga nya."
"Tau nih, siapa yang nyampah di sini."
"Nyampah?"
"Apa lagi coba kalau bukan? Sebanyak ini." Sahut Ayla kesal.
Jupe justru terkikik.
"Masa bunga sebagus ini kamu bilang nyampah sih? Banyak lagi." Ucap Jupe geli.
Ayla tersadar, "benar Jup."
"Kira-kira siapa ya, Ay.... Jangan-jangan...."
"Astaghfirullah....."
Kening Jupe berkerut.
"Aku baru saja masuk kemari, masa sudah ada yang kirim sajen sih."
"Haaahh? Sajen?"
"Apa menurut mu ini bukan kerjaan orang yang merasa tersaingi jualannya? Lalu tabur-tabur bunga sebagai syaratnya agar jualan saingan tidak laku."
"Astaghfirullah...." Jupe menepuk jidatnya."Bukan itu. Kalau seperti itu harusnya hanya kelopaknya saja bukan berujud bunga yang utuh dan buket seperti ini."
Mulut Ayla melebar.
"Ini pasti pengagum rahasia mu."
Ayla bungkam, melihat lagi bunga-bunga yang segar dan indah itu. Ia menerka-nerka siapa orang yang melakukan ini. Lalu ia teringat akan Roxy.
"Tak mungkin ini ulah pria mesum itu kan?"
Benar, bagi Ayla yang sudah beberapa kali mendapat pelecehan dari Roxy, menganggap pria itu hanyalah orang mesum yang gila wanita. Lututnya tiba-tiba saja terasa lemas.
"Apa keberadaan ku di sini sudah di atur oleh nya?" Ayla bergumam sembari menutup mulutnya. Sebelah tangannya yang lain bertumbu pada pinggiran gerobak untuk menahan tubuhnya yang lemas seketika.
"Ayla, kamu baik-baik aja? Kamu pucat banget loh."
Ayla menggeleng."Aku baik-baik aja, hanya lemas."
"Lemas? Kamu duduk dulu aja deh." Saran Jupe pada Ayla sembari membantu Ayla duduk di kursi.
"Ayla kenapa, PE?" Tanya Siti yang baru saja datang.
"Lemes."
"Wuuaaa..... Bunga mawar, banyak banget...." Seru Siti begitu melihat bunga yang masih teronggok di atas gerobak dan di trashbag.
"Kerjaan siapa ini? Romantis banget." Sambungnya berbinar."Ayla, kamu udah ada penggemar ya?"
Ayla hanya tersenyum canggung.
Menjelang makan siang. Dikarenakan lapaknya masih baru dan berada di sisi bagian tak ramai oleh staf. Pekerjaan Ayla tidak terlalu sibuk.
"Dia,, sudah pasti tau keberadaan ku di sini. Pasti dia yang meminta bos untuk menempatkan ku di sini. Bagaimana cara ku lepas darinya? Dia benar-benar pria mesum yang berbahaya." Gumam Ayla pada dirinya sendiri."Aku tidak ingin terlibat terlalu banyak interaksi dengannya."
Tiba-tiba saat ia sedang duduk melamun itu, terdengar suara yang cukup mengusiknya. Dan memaksa Ayla melihat ke depan. Mata Ayla melebar, dari arah kantin untuk para staf tampak Roxy berjalan ke arahnya. orang-orang di sekitar bergumam mengagumi sosok yang sedang berjalan itu.
"Dia tidak mungkin akan ke sini kan?" Gumam Ayla lemas, melihat dari balik kaca transparan yang menjadi pembatas antara kantin staf dan kantin pekerja kasar seperti ob,Cs, dan operator.
Detak jantung Ayla semakin cepat, ia terus berdoa semoga Roxy tidak mendekat padanya. Hanya akan berhenti di sudut kantin dan makan di sana. Namun, ternyata, pria itu semakin dekat dan semakin mendekat.
"Ya Alloh....." Tubuh Ayla terasa sangat lemas dan tak bertenaga. Hingga ia terduduk ke belakang.
Roxy berhenti tepat di depan gerobak Ayla. Memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Lalu tersenyum dengan penuh percaya diri.
"Apa kau suka bunga nya? Apa kau terkejut?"
"Jadi kamu yang menyampah tadi?" Ayla terbangun diri duduk nya.
"Menyampah? Itu bunga mahal, apa bahkan wangi nya tak tercium oleh hidung mu? Bagaimana bisa kamu menyebutnya menyampah?" Protes Roxy.
Ayla bungkam, mengatur sejenak rasa di dadanya. Lalu menatap pria tampan yang hanya bersekat gerobak di depannya.
"Apa kamu kemari untuk membeli sesuatu atau hanya untuk menggodaku?"
Roxy tersenyum menyebalkan. "dua duanya. Beri aku masing-masing satu." Sahut Roxy menarik kursi bekas Ayla duduki tadi. Lalu menjatuhkan bobotnya di sana.
"Hanya ada sosis dan pukis."
"itu cukup." menatap tanpa melepas senyum di wajah tampannya. jika wanita normal pasti akan langsung menjatuhkan diri dalam pelukan nya. Sayang nya, Ayla sudah terikat oleh Alfa.
"Bagaimana? Apa aku menjadi pembeli pertamamu?" Tanya Roxy sembari menatap lekat Ayla dengan begitu percaya diri.
"Pembeli pertama? Tidak sudah ada lima orang yang membeli tadi." Jawab Ayla acuh seraya menyiapkan pesanan Roxy.
Roxy tampak kecewa dan kesal.
"Padahal aku sudah sengaja lebih awal datang." Gumam nya membuang muka ke samping.
"Ini!" Ayla menyerahkan pesanan Roxy setelah beberapa saat.
Roxy menerima lalu mengambil dompet dan menarik satu kartu.
"Cash!"
Roxy menatap Ayla yang memotong pergerakan mengambil kartu hitam platinum itu. Wanita itu juga menatapnya.
"Kami tidak menerima kartu. Di pasar hanya terima uang cash."
Roxy tetap mengulurkan kartu itu pada Ayla.
"Kami hanya menerima cash, tuan Roxy." Ucap Ayla penuh kesabaran tanpa menerima kartu itu dan membiarkan tangan Roxy mengambang.
"Aku sudah mentransfer uang ke rekening bosmu."
"kalau begitu untuk apa masih mau memberiku? Apa anda sedang pamer tuan Roxy?"
Tepat saat itu, hp Ayla berbunyi. Ayla mengambil hp dan mengeceknya. Pesan dari mas Bos masuk mengabarkan jika Roxy sudah membayar untuk pembelian satu Minggu kedepan. Ayla mengusap wajahnya. Roxy tersenyum senang.
"Ini untuk mu. Ambil."
"Tidak!" Tolak Ayla cepat."terima kasih sudah membeli pada kami, tuan Roxy."
Karna Ayla tak kunjung menerima nya, Roxy akhirnya memilih meletakan kartu itu di atas gerobak.
"Untuk mu. Belilah apappun yang kamu mau dengan itu." Ucap Roxy berbalik dan melangkah. Senyum terbit di wajah tampannya. Tiba-tiba saja lengannya di tarik dari belakang. Roxy menoleh, Ayla lah pelakunya. Mengambil tangan Roxy dan mengembalikan kartu itu padanya.
"Terima kasih atas kebaikan anda, tuan Roxy. Tapi saya tidak butuh."
***
Roxy menatap black card yang Ayla kembalikan dan kini berada di atas meja kerjanya. Wanita yang menolak dirinya berkali-kali, membuat harga dirinya jatuh dan ia masih saja mengejar tanpa menyerah.
"semua wanita menyukai uang, lalu kenapa dia menolaknya?" bergumam sendiri.
"Jika tidak suka uang kenapa harus bekerja keras untuk mendapatkannya?" bergumam lagi dengan nada kesal.
Pertama kalinya, ada yang menolak pesona dan kebaikan nya. Semakin membuat Roxy tergila-gila.
"Ayla syakilla Khairunnisa... Kau memaksaku melakukan ini." Gumam Roxy dengan tatapan tajam nya.
"Veloz."
Veloz mendekat.
"Suami Ayla dan selingkuhan nya. Atur agar mereka bertemu dengan Ayla, atur sewajar mungkin hingga mereka tak sadar semua sudah di rencanakan."
"Baik." Tunduk Veloz dengan senyum di wajahnya. Ia sangat mengenal tuannya selama ini Roxy bertindak di luar kebiasaannya. Dan kini, pria licik itu kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Elisanoor
sepanjang baca novel baru kali ini dukung pebinor 😆
2023-10-27
0
buna Risma
dosa gak sih kl ngedukung pebinor🤭
2023-10-23
0
buna Risma
wah bunga mu di anggap sampah roxy😀
2023-10-23
0