Keesokan paginya, Roxy bersiap hendak berangkat ke kantornya. Ia berhenti di depan mobil yang terparkir tepat di halaman vila dengan sopir yang baru.
"Siapa kamu?" Tanya Roxy pada sopir baru yang berdiri di sisi badan mobil membukakan pintu untuk Roxy.
"Saya sopir anda tuan Roxy." Jawab sopir itu.
"Veloz!" Panggil Roxy dengan nada lebih tinggi.
"Iya tuan?" Menunduk di belakang Roxy.
"Kemana sopir yang kemarin?"
"Saya menggantinya."
"Siapa yang menyuruhmu mengganti?"
Veloz mengernyitkan dahinya. "Kemarin bukankah Anda..."
"Aku tidak memerintahkanmu untuk mengganti."
"Jadi...."
"Siang ini sopir itu harus bertugas kembali." Ucap Roxy memasuki mobil.
Veloz tersenyum kecut. "Baik tuan."
Roxy memasuki kantornya pagi itu. Dari arah pintu lobi, beberapa karyawannya menyambut dengan membentuk barisan memanjang dan menunduk hormat padanya. Roxy melangkah tanpa memperdulikan mereka. Hingga sampai di ruangannya.
"Tuan jadwal hari ini adalah pertemuan dengan perusahaan Velov.corp. Dan beberapa kunjungan ke cabang Roxy. CORP." Terang Veloz berdiri di depan meja kerja Roxy.
"Baiklah, atur saja."
Selama melakukan kegiatannya, Roxy terus merasa tak tenang. Ia beberapa kali melihat jam di lengannya.
"Tuan, saat nya makan siang dengan nona muda Vega." Ucap Veloz membuka lagi jadwal Roxy seusai rapat dengan beberapa klien nya.
"Baiklah." Roxy tetap melanjutkan langkahnya.
Roxy menatap wajah sopir nya yang berdiri di sisi badan mobil. Wajah sopir yang dulu membuatnya menunggu di pelataran masjid dan melihat wanita berjilbab hingga jantung Roxy bermasalah.
Sopir itu menunduk hormat padanya. Lalu membuka pintu untuk tuan Roxy.
Dalam perjalanan yang hening. Roxy menatap sang supir.
"Siapa namamu?"
"Supri, tuan." Jawab sang supir dengan sangat ragu dan takut salah.
"Bekerjalah dengan baik." Gumam Roxy dari jog belakang.
"Baik tuan. Terima kasih karena bersedia memanggil saya lagi. Dan maaf, saya tidak akan melakukan kesalahan lagi." Tunduk sang supir.
"Heemmm..." Roxy berdehem.
Di sebuah restoran.
Roxy duduk berhadapan dengan seorang wanita cantik dan sangat anggun. Dialah Vega, wanita karir yang di utus ayahnya untuk berunding dengan Roxy melalui makan siang bersama.
"Jadi, bagaimana dengan penawaran kami tuan Roxy?" Ucap Vega dengan senyum yang menambah kecantikannya.
"Tidak buruk, aku akan meminta Veloz segera menyiapkan berkasnya." Ucap Roxy datar.
'Kenapa dengan wanita ini aku juga tak merasakan apapun?' gumam Roxy dalam hati memindai wanita cantik di hadapannya yang kini sedang menyantap makan siang.
"Kedepannya, kita akan sering bertemu. Mohon kerja sama nya." Ucap Vega lembut.
"Tidak masalah." Angguk Roxy tetap profesional dalam bisnisnya.
Seusai dari makan siang, Roxy kembali ke kantornya. Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Roxy melirik sang supir yang tampak tenang menyetir. Roxy meminta untuk melewati jalan masjid tempat Supri si supir berhenti.
Roxy memandang jalanan, mengingat lagi masjid itu semakin dekat di depan.
"Supri?"
"Iya tuan?" Sahut Supri tanpa menghentikan laju mobilnya.
"Itu ada masjid."
"Iya tuan."
"Kenapa kamu tidak berhenti?" Roxy menoleh seolah tak rela melewati masjid itu begitu saja.
"Kenapa saya harus berhenti tuan?" Supri balik bertanya dengan sangat bingung.
"Kamu.... Tidak melakukan sholat mu itu?"
"Oohh, itu tuan, tadi sudah."
"Sudah? Kenapa sudah? Apa kamu takut ku marah, jadi kamu melakukannya lebih awal?"
"Bukan begitu tuan, untuk Zuhur sudah lewat dan untuk Ashar belum masuk waktu sholat." Supri menjelaskan tanpa mengurangi fokusnya menyetir.
Roxy mengernyitkan dahi nya. "Kapan masuk nya?"
"Itu, biasanya nanti sekitar jam tiga sore."
"Jam tiga sore...." Roxy bergumam menyentuh bibirnya.
Jam dua lebih empat puluh menit.
Roxy yang saat itu sedang meting melirik jam yang melingkar di lengannya. Lalu menatap karyawannya yang sedang melakukan presentasi.
"Meting cukup sampai di sini." Ucap Roxy berdiri dari duduknya. Semua peserta meting tampak terkejut, karena meting masih berjalan dan tuan Roxy justru menyudahi. Tidak seperti Roxy yang biasanya.
"Tuan Roxy, ada apa? Kenapa tiba-tiba menghentikan meting?" Tanya Veloz menyusul langkah cepat Roxy.
"Aku mau pulang." Jawab Roxy singkat. Veloz makin tak mengerti dan bingung. Tak biasanya tuannya itu meninggalkan meting dan pulang lebih awal.
Dalam perjalanan kembali ke vila. Roxy melihat jam di lengannya. Sayup terdengar suara azan.
'Ini suara yang sama dengan yang aku dengar ketika Supri meminta ijin berhenti. Berarti harusnya... Sekarang...' gumam Roxy dalam hati melirik ke arah sang supir.
Detik demi detik Roxy menunggu dan terus menatap Supri. Namun lelaki itu tidak mengatakan apapun, bahkan saat mobil yang di kendarainya melewati masjid yang sama.
"Supri!"
"Iya tuan."
"Ini sudah masuk jadwal sholat mu bukan?"
"Iya tuan."
"Kenapa kamu tidak berhenti?"
"Saya bisa melakukannya setelah sampai di rumah tuan."
Roxy tersenyum kecut. "Sebaiknya kamu lakukan sekarang, tidak baik menunda-nunda."
Supri terdiam sesaat."Jadi saya boleh ijin menunaikannya sekarang tuan."
"Heemm...."
"Terima kasih tuan." Ucap Supri tetap melaju.
"Kenapa kamu tidak putar balik?" Tanya Roxy karena Supri tetap melajukan mobil.
"Saya akan cari masjid di depan."
"Putar balik saja. Tadi kita melewati masjid yang kemarin. Di depan belum tentu ada masjid lagi."
"Baik tuan." Jawab Supri patuh tanpa merasa curiga, Supri hanya tak ingin membuat tuannya marah dan kehilangan pekerjaan seperti sebelumnya. Jadi, Supri memilih jalan aman dengan menurut tanpa membantah.
Supri memarkirkan mobil Alphard hitam itu di halaman masjid. Lalu ijin memasuki masjid. Sedangkan Roxy dan Veloz tetap tinggal di dalam.
Roxy mengedarkan pandangan matanya di setiap sudut. Halaman masjid terlihat sepi karena para jamaah sudah mulai menunaikan sholat. Roxy terus mencari si wanita yang membuatnya jantungan. Roxy hanya ingin memastikan saja. Karena itu ia terus mencari kesempatan untuk bisa melihat wanita dengan penutup kepala.
Roxy keluar dari mobil. Dari dalam masjid tampak wanita berjilbab yang berhasil membuat Roxy jantungan itu sedang memakai sepatunya. Gegas Roxy mendekat, jantungnya masih terus berdetak semakin kencang seiring jarak yang semakin tipis.
Karena tak melihat ke depan dan membenahi sepatunya sambil berjalan, wanita itu menubruk tubuh Roxy. Wanita itu terkejut dan hampir jatuh. Tangan Roxy reflek melingkar di pinggang si gadis. Hingga buah dada si gadis menempel di tubuh Roxy.
"Empuk sekali, apa ini, rasanya sangat lembut dan nyaman." Gumam Roxy dalam hati.
"Maaf..." Ucap gadis itu menjauhkan tubuhnya dari Roxy dengan mendorong lengan Roxy.
"Maaf, aku tidak melihat dengan benar."ucap wanita itu lagi dengan wajah yang gugup dan canggung."Terima kasih aku tidak jadi jatuh."
"MMM.. tidak apa." Jawab Roxy datar.
Wanita berjilbab hitam itu berjalan melewati Roxy. Tangan Roxy menahan lengannya.
"Tunggu."
Wanita itu menoleh dan menarik tangannya dari cengkeraman Roxy. Namun, tangan Roxy yang lain memeluk tubuhnya.
"Apa-apaan kamu ini!" Pekik sang gadis mendorong kuat-kuat tubuh Roxy dan langsung pergi melewati Roxy setelah mengatakan itu semua dan menendang betis Roxy. Pandangan mata Roxy terus mengikuti langkah kaki si wanita dari tempat nya berdiri tak dia rasakan sakit di betis karena tendangan gadis itu.
"Tuan, apa yang terjadi?" Veloz membuyarkan pandangan Roxy dari wanita itu.
"Tidak ada. Aku hanya menubruk seseorang."
"Perlukah saya bereskan?" Tanya Veloz ikut memandang ke arah yang sama.
"Tidak perlu, ayo kembali."
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Carlina Carlina
kok bisa gitu sih rox🤔🤔😂😂😂
2024-10-03
0
JandaQueen
wah mendadak ustadz dia...
2024-03-03
0
。.。:∞♡*♥
aneh banget pikirnya nih bos 🤭
2023-10-24
1