Alfa memang pergi meninggalkan rumah Agya. Namun ia tak kembali ke kontrakan Ayla. Alfa lebih memilih pulang ke rumah ibunya malam itu.
"Alfa?"
Alfa memasuki rumah setelah mencium tangan sang ibu.
"Uwais sama Ayla mana?" Tanya ibu celingukan di belakang Alfa.
"Aku cuma sendiri buk." sembari duduk di dekat pintu.
"Loh, kenapa?" Tanya ibu menutup pintu depan.
"Aku tidur sini ya buk."
"Kamu baru pulang kerja?" Tanya ibuk lagi duduk di sebrang anaknya."jam segini?"
Alfa bergeming.
"Kamu nggak lagi bertengkar dengan istrimu kan?" Selidik sang ibu.
Alfa mendesssaahh pelan.
"Jadi kalian bertengkar? Kenapa?"
"Itu buk, masalah nafkah."
"Astaghfirullah, apa Ayla mempermasalahkan uang tambahan buat ibuk?"
"Ya gitu deh, malas aku mbahasnya buk. Capek, ngantuk. Tidur dulu ya." Seraya beranjak dari duduknya dan berjalan ke kamar.
"Keterlaluan sekali Ayla, masak perkara uang lima ratus ribu saja sampai ribut. Apa dia memang sepelit itu?" Geram ibu gemas."Besok biar kutemui dia."
***
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam." Sahut Ayla seraya menyibak gorden jendela dekat pintu utama untuk melihat siapa tamu nya pagi ini.
Ayla terkejut, dan buru-buru membuka pintu rumah. Bu Ignis tampak berdiri di depan pintu dengan wajah di tekuk-tekuk. Ayla buru-buru mencium tangan mertuanya itu meski Ibu tampak enggan dan langsung mencleos masuk ke dalam lalu duduk di sofa dekat pintu.
"Ibuk datang kok nggak bilang-bilang. Ayla bikinkan minum dulu ya."
"Nggak usah repot-repot, Ay. Ibuk nggak lama." Sela Bu Ignis sembari membuka tas bahu dan mengeluarkan lembaran uang merah lalu meletakan dengan kasar di atas meja tamu."Ini!"
Ayla tampak memandang bingung, ibu dan uang di atas meja.
"Uang apa ini buk?"
"Kamu ini keterlaluan ya Ay, perkara uang 500ribu saja sampai ribut sama Alfa. Sampai dia pulang ke rumah ibu semalam. Kamu pakai buat apa sih nafkah dari Alfa sampai kurang dan ributkan uang buat ibuk?"
Ayla terbengong, tak tau harus berkata apa. Entah drama apa yang suaminya mainkan pada ibunya sampai sang mertua memaki dirinya seperti ini.
"Kamu itu jadi istri harus pandai mengatur uang, juga harus tau, Alfa itu anak sulung ibuk. Ibuk janda dan masih ada Feri yang sekolah. Kalau bukan dari Alfa dari mana ibuk bisa sekolahkan adik satu-satunya itu? Kamu jangan egois Ayla."
Ayla memilih diam, biarkan saja sang mertua berbicara sampai puas dan selesai. Barulah ia akan menjelaskan duduk permasalahannya belakangan. Kenapa dan juga kecurigaan nya pada Alfa yang mungkin memiliki hubungan lebih dengan sahabatnya Agya.
Setelah serangkaian kalimat yang tak mengenakan keluar dari mulut sang mertua, dan Ayla lihat, wanita tua itu sudah sedikit berkurang emosinya yang sempat terluapkan. Kini saatnya Ayla membuka suara.
"Ibuk sudah selesai? Biar Ayla jelaskan ya buk, apa yang sebenarnya terjadi. Terserah ibuk mau percaya padaku atau mas Alfa." Ucap Ayla mencoba tenang."pertama, sejak kapan mas Alfa nginap di rumah ibuk?"
"Apa maksudmu? Ya dari semalam lah, karena itu ibuk tau dari Alfa kalau kamu mempermasalahkan perkara uang 500ribu itu." Tukas Bu Ignis masih dengan wajah ketus beremosi.
"Mas Alfa sudah pergi dari rumah sejak empat hari yang lalu buk."
"Apa?" Bu Ignis terkejut."Jangan ngibul kamu,Ayla."
"Demi Alloh buk. Ibuk boleh tanya sama Uwais. Dia anak kecil nggak akan ada pikiran untuk berbohong. Pikirannya masih polos dan suci." Jawab Ayla tenang dan halus, walau bagaimanapun, Bu Ignis adalah orang tua yang patut ia hormati. Karena Ibu suaminya, adalah ibu Ayla juga. Orang yang harus dia hormati dan hargai.
"Dan, Ayla tidak pernah mempermasalahkan berapapun nafkah yang mas Alfa berikan buk. Ayla juga iklas jika itu untuk ibuk ataupun buat Feri." Tegas Ayla lagi.
Ayla menarik nafas dalam, rasa sesak kembali menyusup di dadanya mengingat sikap Alfa padanya kala itu. Dan betapa remeh pandangan Alfa padanya, tanpa berkaca berapa nominal uang nafkah yang di beri.
"Ibuk mungkin tak akan percaya jika selama ini mas Alfa hanya memberi Ayla 800ribu untuk sebulan, termasuk tagihan listrik dan kontrakan."
"Apa?" Mata Bu ignis melebar tak percaya. "Nggak mungkin! Gaji Alfa saja 3juta. Nggak mungkin dia cuma kasih kamu 800ribu."
"Itulah kenyataannya, buk. Ayla bahkan baru tau jika gaji mas Alfa 3juta waktu itu. Ayla hanya mempertanyakan, dan mas Alfa marah. Lalu pergi. Entah menginap di mana dia jika tak ada di rumah ibuk."
Dada Bu Ignis naik turun, tangannya bahkan berubah pucat karena menggengam terlalu kuat menahan emosinya.
"Kamu jangan memfitnah anak saya, Ayla."
"Jika ibu tidak percaya juga tidak apa-apa. Saya harus berangkat bekerja buk." Ayla menggeser uang yang ibu letakan di atas meja ke arah mertuanya."Uang ini, ibuk bawa saja. Untuk kebutuhan ibuk dan Feri. Jika masih kurang, Ayla masih punya sisa gaji Ayla kemarin."
***
"Apa keluhan mu, Roxy?"
"Terapi macam apa yang kau berikan padaku, hah?" Roxy menarik kerah leher dokter Raize dengan penuh emosi."Kenapa sedikitpun tak berimbas padaku?"
Wajah Raize bahkan terkesan datar.
"Aku berpikir, mungkin saja kamu lebih tertarik pada pria."
Roxy sangat geram mendengar ucapan dokter sekaligus sepupunya itu.
"Yeaahh, sepertinya aku tertarik padamu, sepupu." Roxy meraih dagu Raize sedangkan Raize tersenyum geli karena sikap Roxy seperti akan menciumnya saja.
"Hei, kau mau kakek salah paham pada kita? Lakukan saja biar kita di kubur hidup-hidup."
Roxy berdecih sembari melepas kasar sepupunya itu.
"Bukankah kamu sedang mendekati seorang wanita sekarang?"
"Heemm...." Roxy membuang mukanya kesamping."Menggelikan sekali, dia bahkan berdiri hanya dengan melihat wajahnya." Sembari menunjuk juniornya dengan malas.
Raize tergelak hingga memegangi perutnya. Ia tau bahkan banyak wanita seksi yang menari dan merayu Roxy tak berhasil membuat benda itu bergerak, tapi hanya melihat wajah saja bisa langsung berdiri. sungguh lelucon yang menggelitik.
"Itu arti nya kau mungkin di kutuk." Tertawa semakin keras dan lebar."Apa yang sudah kau lakukan di masa lalu?"
"Sialan!" Roxy menendang kaki Raize sedangkan pria itu memiringkan tubuhnya menghindar hingga Roxy hanya dapat menendang udara. Tak puas, Roxy memanjangkan kaki nya yang satu lagi hingga mengenai bagian tubuh lain Raize.
"Sialan kau, Roxy, ngajak gelut rupanya." Raize mengambil bantal sofa dan melemparkannya ke arah Roxy.
Mereka saling melempar seperti dua bocah yang sedang bertengkar. Hingga salah satu bantal Roxy mengenai Guci mahal milik sang kakek dan pecah berjamuran di lantai.
"Apa-apaan ini?" Suara lantang pria berusia 78 tahun, membuat permainan lempar Bantal dua pria dewasa itu terhenti.
"Siapa pelakunya?" Kakek Yaris menunjuk guci mahal nya yang sudah berubah menjadi serpihan.
"Dia!"
"Dia!"
Baik Raize maupun Roxy saling tunjuk.
Kakek Yaris tertawa kecil.
"Sepertinya sudah lama kakek tidak mendisiplinkan kalian! Bocah tua nakal!"
Raize dan Roxy bergidig ngeri membayangkan hukuman apa yang akan mereka terima.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Carlina Carlina
ha ha haaaa 😅😅😂😂😂😂😂🤣🤣🤣
2024-10-09
0
Anye
koq nama² org di dlm cerita ini semua merk mobil😁
2024-01-18
0
Anye
koq nama² org di dlm cerita ini semua merk mobil😁
2024-01-18
0