"Sial! Kenapa waktu tiga jam lama sekali! Apa waktu ini berhenti berputar?" Gumam Roxy menggerutu.
Roxy ingat masih Menyimpan nomor pemilik STAN wanita itu bekerja.
"Aku ingin wanita itu mendatangiku... Maka dia akan datang padaku."
Roxy menekan nomor pemilik STAN untuk menelpon.
("Selamat siang.")
"Siang, aku ingin memesan makanan."
Roxy tersenyum puas lalu meletakkan hp nya di atas meja. Selang tiga puluh menit. Bagian resepsionis menghubunginya, karena ia sudah berpesan agar di hubungi jika seorang pengantar makanan datang.
Roxy mengecek CCTV memastikan orang yang mengantar orderannya adalah wanita itu. Roxy menyungging senyum.
"Suruh dia masuk keruangan ku."
Roxy merapikan pakaiannya, berdiri dan melihat lagi penampilannya di cermin. Sebenarnya tanpa begitu pun, Roxy sudah sangat tampan dan rapi.
Siapa yang tidak akan tertawan pada pria berperawakan kekar, berkulit bersih dan berwajah tampan yang berkarakter kuat, memiliki karisma, mata elang yang mendominasi dan alis tebal. Di tambah latar finansial nya yang sangat mendukung. Semua wanita bertekuk lutut padanya, harus nya!
Ingat! Harusnya!
Hingga pintu ruangan yang di dominasi warna gelap itu terbuka.
Sekertaris wanita nya, masuk dan membungkuk hormat padanya.
"Tuan Roxy, pesanan anda udah tiba." Lapor wanita berbadan proporsional dengan baju formal dan Rok span tinggi atas lututnya.
"Suruh pengantar makanan itu masuk." Ucap Roxy tanpa membalikkan tubuhnya dari tempat dia berdiri.
"Baik." Sekertaris nya itu sedikit menoleh ke arah pintu. "Masuklah." Sembari membuka lebar pintu agar sang gadis bisa masuk dengan tentengan di tangannya.
Selepas wanita itu masuk, sang sekertaris undur diri.
"Ini pesanan anda tuan, di mana saya bisa meletakan nya?"
"Di atas meja tamu." Sahut Roxy berbalik. Sementara sang wanita pengantar makanan itu masih sibuk memindahkan pesanan di atas meja.
Roxy mendekat semakin dekat mengikuti detak jantungnya yang terus berpacu. Ia harus memastikan lagi bahwa hanya pada gadis itulah dia bereaksi. Lalu ia berdiri tepat di belakang sang gadis. Merasa ada yang aneh, gadis itu menegakkan punggung yang semula membungkuk. Lalu berbalik. Seketika ia terlonjak mendapati tubuhnya dalam pelukan Roxy.
"Le-lepaskan aku... A-apa yang anda lakukan?" Gadis itu terus mencoba melepaskan diri dari pelukan Roxy.
"Jadilah wanita ku."
Gadis itu melebar matanya, semakin memberontak untuk terlepas. Namun sia-sia hingga diri nya kelelahan karena terus berteriak dan memberontak.
"Jadilah wanitaku."
"Apa masalah mu? Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Teriak gadis itu terus memberontak, lalu terisak kecil karena tenaganya telah habis tanpa bisa lepas dari pelukan Roxy.
Roxy melepas pelukannya, menahan lengan atas sang gadis.
"Jadilah wanita ku. Itu bukan hal yang sulit bukan? Kenapa kamu menangis?"
Roxy menatap bingung gadis itu. Banyak wanita yang melemparkan diri ke dalam pelukannya meski pun Roxy tak menghendaki. Justru gadis di depannya ini malah menangis. Dan terus menolak dengan keras.
'Tunggu, apa mungkin ini air mata bahagia, karena aku sudah memintanya untuk menjadi wanita ku?' gumam Roxy dalam hati. Ia lalu tersenyum kepedean.
'Yeaahh, tidak mungkin ada wanita yang bisa menolak pesonaku. Aku memiliki segalanya. Sudah pasti dia sedang menangis bahagia.' hati nya kembali bergumam.'Drama yang kau mainkan sangat luar biasa, sayang.'
Roxy mengangkat dagu sang gadis, tanpa ijin lagi dengan tingkat kepedean yang sudah meninggi pula. Roxy menautkan bibir sang gadis .
"Manis." Pikir Roxy semakin memperdalam ciumannya.
Mata gadis itu kembali melebar di tengah derai air matanya. Dengan sisa-sisa kekuatannya, gadis itu mendorong jauh tubuh kekar Roxy dan melayangkan pukulan.
PLAK!
Wajah Roxy bergeser ke samping. Terkejut? Tentu saja. Sakit? Tamparan dari gadis itu tak seberapa. Namun, itu melukai harga diri dan hati nya. Tidak pernah ada seorang pun yang pernah menyentuh wajahnya sekasar itu.
Roxy menatap dingin sang gadis dengan mata elang.
"Apa maksud nya ini?"
"Anda sudah sangat lancang! Beraninya melakukan pelecehan pada seorang wanita pengantar makanan! Di mana moral anda?" Suara gadis itu bergetar antara menahan amarah dan ketakutannya. Takut? Iya, pasti. Ia sudah menampar wajah seorang bos. Ia tau bos, karena untuk menemui nya saja Gadis itu sampai harus menuju ke puncak tertinggi. Dan meminta ijin di sana sini.
"Apa anda memiliki keterbelakangan EQ?"
"Pppfffftt....." Di ambang pintu Veloz menutup mulut nya menahan tawa. Roxy langsung memberinya tatapan tajam.
Veloz menyaksikan bagaimana Roxy mendapatkan sebuah tamparan keras di wajahnya. Masih juga mendapatkan makian yang sangat menggelitik untuk membuat Veloz tertawa. Dari tempat Roxy berdiri, tatapan sadis terarah pada sang asisten setia hingga Veloz bergidig.
Roxy terdiam memandang gadis di depannya yang bermata indah namun menatap dengan menyalang dan sembab.
Gadis itu berjalan melewati Roxy begitu saja. Lalu pergi keluar dari ruangan Roxy.
"Haruskan aku melakukan sesuatu padanya?" Tanya Veloz yang terpaksa menyingkir dari ambang pintu saat gadis itu lewat tanpa dirinya mencegah.
Roxy menatap pada bungkusan makanan di meja tamu nya. Lalu tersenyum tipis.
"Dia akan datang padaku!"
_________
Roxy menatap pintu ruangannya. Menunggu sang gadis membuka kembali pintu itu dengan Duduk bersandar pada meja kerja.
"Kenapa dia belum juga kembali." Gumam Roxy melihat jam di lengannya.
"Tunjukkan cctv padaku."
Veloz mengangsurkan tablet yang memantau cctv pada sang bos. Roxy mengecek setiap cctv yang memantau setiap sudut yang mungkin di lewati gadis itu.
Roxy tertegun melihat sang gadis hanya mematung di depan lift. Keningnya berkerut.
"Apa yang dia lihat? Kenapa menatap begitu lama ke arah itu?" Pikir Roxy. Ia lalu mengecek CCTV ke sisi yang menjadi pusat Gadis itu melihat.
"Tidak ada apapun disana." Gumam Roxy. "Mungkin beberapa saat sebelumnya."
Roxy serius melihat tablet nya, Veloz yang penasaran ikut Melihat tablet bos. Namun ia tetap tak mengerti. Keduanya terlalu fokus pada tablet hingga terdengar suara pintu yang di buka dengan kasar.
BRAK!
Roxy dan velos terlonjak kaget menatap ke arah pintu. Di ambang pintu, gadis cantik itu berdiri di belakangnya sekertaris Roxy menyusul dengan wajah tegang dan takut.
"Nona, kamu nggak bisa melakukan ini!" Tegur sekretarisnya gugup lalu menunduk pada Roxy yang masih terlihat kaget."Maaf tuan saya akan memanggil keamanan."
"Tidak perlu." Ucap Roxy begitu tersadar. Lalu mengibaskan tangannya.
"Saya kembali untuk mengambil uang yang terlewat." Ucap gadis itu.
"Masuklah."
Dengan ragu gadis itu masuk dua langkah lalu berhenti begitu saja dan menengadahkan tanganya.
"Uang nya tuan."
"Bagaimana ya, aku berubah pikiran setelah kau kau menamparku tadi. Jadi bawa pulang saja barangnya."
"Apa? Anda sudah memesannya, bagaimana bisa membatalkan begitu barang sudah sampai di sini!" Dada gadis itu naik turun karena emosi.
Roxy berjalan mendekat. "Aku belum menyentuhnya."
"Tapi anda sudah memesannya, lagi pula bagaimana saya tau anda belum menyentuhnya?"
"Itu salahmu kenapa main pergi saja."
Gadis menahan amarahnya, terlihat tangannya yang menggenggam erat hingga buku-buku jarinya tampak memutih.
"Berikan saya uangnya. Saya yakin itu pasti bukan uang yang banyak, mengingat anda CEO dari perusahaan sebesar ini."
Roxy mengambil dompetnya, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang merah. Mendekatkan nya ke tangan Gadis itu, namun segera menariknya begitu tangan mungil itu hendak mengambilnya. Gadis itu menatap tajam pada Roxy.
"Dengan satu syarat. Jadilah wanitaku. Maka tidak hanya uang ini yang kamu dapatkan."
Gadis itu tampak beremosi. Lalu menarik nafas panjang,
"Saya ambil kembali saja barangnya." Sembari melangkah mendekati meja. Namun lengannya tertahan oleh tangan Roxy.
"Kenapa? Kenapa kau lebih memilih merugi dari pada menjadi wanitaku? Apa aku begitu buruk? Kau akan dapatkan semuanya jika menjadi wanitaku." Ucap Roxy yang tercabik harga dirinya karena mendapat penolakan dari gadis biasa. Padahal dialah yang selama ini di kejar bahkan oleh artis papan atas seperti Xenia sekalipun.
Gadis itu menarik kasar tangannya hingga terlepas.
"Saya tidak tertarik." Lalu ia melanjutkan langkahnya dan mengambil kembali kantong-kantong yang berada diatas meja. Lalu berbalik.
Roxy merasa sangat terhina, menarik lagi tangannya sang gadis.
"Aku sudah merendahkan diri meminta mu menjadi kekasihku. Kenapa kau masih tidak mau?"
"Saya, sudah menikah, saya memiliki seorang suami dan seorang anak."
"Apa?" Roxy tercengang. Rasanya dunianya runtuh begitu saja. Saat gadis yang berhasil membuatnya tergugah justru sudah memiliki anak dan suami.
Apakah dia akan menjadi pria yang merebut istri orang?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Carlina Carlina
roxy 🤦🤦🤭main jadi wanita ku ajasediki dulu dong istri irang tuh 😂😂😂😂
2024-10-04
1
Novika Riyanti
jangan ketawa 😂😂😂😂
2023-11-23
0
Novika Riyanti
lah kapok😂😂
2023-11-23
0