Tidak berselang lama seseorang membuka pintu kamar itu. Rupanya Sumirah.
"Loh, di mana mbakyumu?" tanyanya.
"Mbak Sekar … mbak Sekar ehm …"
"Di mana Sekar?"
"Mbak Sekar pergi, Mbok."
"Pergi? Pergi kemana? Ke warung?" tanya sang ibu lagi. Gendhis menggelengkan kepalanya.
Tiba-tiba pandangan Sumirah tertuju pada pintu lemari yang terbuka.
"Astaghfirullahaldzim. Nduk … kenapa lemari ini kosong? Di mana baju-baju mbakyumu?"
"Mbak Sekar pergi, Bu."
"Ya Allah Gusti!" Sumirah terduduk lemas di atas tempat tidur.
"Ada apa, Bu ne?" tanya Darman yang baru saja memasuki kamar itu.
"Mbak Sekar pergi, Pak."
"Pergi kemana?" tanya Darman.
Gendhis menggelengkan kepalanya.
"Mana anak gadis kalian!" teriak Wiguna dari arah ruang tamu.
"Bagaimana ini, Pak?" ucap Sumirah.
"Saya hitung sampai tiga. Jika dalam hitungan ke tiga, anak kalian tidak juga keluar, kedua anak buahku akan menyeretnya! Satu … Dua … Ti …"
Darman dan Sumirah pun keluar dari dalam kamar Sekar bersama Gendhis yang mengenakan kerudung hingga nyaris menutupi seluruh bagian wajahnya.
"Kamu pasti masih malu-malu ya?" Wiguna terkekeh. Sementara Gendhis masih menundukkan kepalanya.
"Bagaimana kalau acara pernikahannya kita adakan Minggu depan? Kamu setuju 'kan?" bisik Wiguna pada Gendhis yang duduk persis di sebelahnya.
"Kita akan mengadakan pesta besar-besaran selama tiga hari tiga malam," imbuhnya.
Gendhis yang dikira Sekar itu masih saja tak bersuara.
Wiguna terus berbicara hingga suatu ketika ia menyadari jika postur tubuh gadis yang duduk di sebelahnya itu sedikit berbeda. Secara fisik kedua kakak beradik itu memang jauh berbeda. Sekar berperawakan tinggi dan bertubuh langsing. Sementara sang adik Gendhis, yang bertubuh gempal dan sedikit lebih pendek.
Tiba-tiba saja pria yang dulunya kawan baik Darman itu menyingkap kerudung yang dikenakan Gendhis. Ia meradang saat melihat wajah siapa yang berada balik kerudung itu.
"Brengseeeek! Berani kalian menipuku 'hah!"
"Sekar minggaat," ucap Darman.
"Bangsaaaat!"
"Ini pasti rencana kalian."
"Kami sama sekali tidak tahu Sekar pergi kemana," jelas Sumirah.
"Omong kosong! Mulai hari ini kebun kalian menjadi milik saya!"
"Mana bisa begitu. Nilainya jauh lebih besar dari hutang kami," protes Darman.
"Ayo kita pergi!" seru Wiguna pada kedua anak buahnya. Tidak lama kemudian ketiganya pun meninggalkan rumah tersebut.
"Di mana pun kamu berada, semoga Gusti Allah selalu melindungimu, Nduk," lirih Sumirah.
****
Sementara itu Sekar terus berjalan tanpa tujuan. Hingga suatu ketika ia menghentikan langkahnya karena merasa perutnya begitu lapar. Ia baru ingat jika ia telah melewatkan makan malamnya.
Di saat itulah pertolongan datang. Tiba-tiba saja seorang perempuan tua melintas di hadapannya.
"Kamu pasti lapar ya, Nduk?" tanyanya.
"I-i-iya, Nek."
"Kebetulan nenek punya dua nasi bungkus pemberian seseorang. Kamu bisa memakannya satu," ucap nenek itu seraya menyodorkan satu bungkus nasi pada Sekar.
"Malam-malam begini Nenek kok masih di luar?" tanya Sekar.
"Rumah nenek di dekat sini."
Tiba-tiba pandangan perempuan renta itu tertuju pada tas yang berada di tidak jauh dari sisi Sekar.
"Kamu dari mana dan mau ke mana, Nduk?" tanyanya.
"Saya minggaat dari rumah karena saya tidak ingin menikah dengan seorang pria lintah darat."
"Ya sudah, ini sudah malam. Kamu mampir saja ke kebun nenek."
"Tapi, Nek saya tidak ingin merepotkan."
"Tidak merepotkan, nenek tinggal sendirian saja di rumah," ucap perempuan tua itu. Sekar mengangguk setuju.
Keduanya pun lantas berjalan menembus kegelapan semakin jauh masuk ke dalam hutan.
Bersambung …
Hai, pembaca setia, jangan lupa beri dukungannya ya. Beri like, komentar positif, fav, dan hadiah. Sekecil apapun dukungan kalian akan sangat berarti bagi Author. 🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Dewi Misreni
si nenek mencurigakan 🤔🤔
2022-12-10
2