#MDS 10#

Seperti hari-hari biasanya, setelah kedua orang tuanya berangkat ke sawah dan adiknya Gendhis berangkat ke sekolah, Sekar akan memasak dan membereskan rumah. Saat itu ia membereskan dapur setelah memasak ketika tiba-tiba terdengar suara langkah kaki seseorang dari arah halaman belakang rumahnya.

"Jangan-jangan ini si Husein lagi. Kali ini aku harus berhasil menangkapnya," gumamnya.

Sekar pun mengambil sebatang balok untuk berjaga-jaga kalau saja laki-laki itu menyerangnya. Benar saja, laki-laki yang berada di sana memanglah Husein, pencuri pakaian dalamnya. Anehnya kali ini pemuda tuna wicara itu tidak menutupi wajahnya dengan apapun.

"Kali ini kamu mau lari ke mana 'hah!" seru Sekar seraya mengarahkan balok kayu itu ke arahnya. Tanpa diduga, Husein justru merebut paksa balok itu dan melemparnya begitu saja ke atas tanah. Ia lalu membekap mulut Sekar lalu menariknya menuju kamar mandi yang berada di belakang rumah. Sudah bisa ditebak apa yang ingin dilakukannya kepada gadis berusia 20 tahun itu.

Husein berusaha keras membuka paksa pakaian Sekar. Tentu saja Sekar tak menerima begitu saja perlakuannya. Dengan sekuat tenaga ia mendorong pemuda itu hingga tercebur ke dalam kolam berukuran 2x3 meter itu.

"Tolong! Tolong!" teriaknya.

Beberapa warga yang kebetulan tengah berada di kebun belakang rumahnya pun bergegas menghampirinya.

"Ono opo, Nduk?" tanya salah satu warga.

"Si Husein mau melecehkan saya," ucapkan seraya mengacungkan jari telunjuknya pada Husein yang terlihat kepayahan berusaha keluar dari kubangan air.

"Anak-anaknya pak Lurah kok nggak ada yang bener. Yang satu mati gen*et saat me*um, yang satunya lagi mau memperko*a anak gadis. Ayo kita seret dia ke kantor kelurahan!" seru salah satu warga.

"Kamu nggak apa-apa to, Nduk?" tanya warga lainnya.

"Alhamdulillah tidak apa-apa, Pak."

"Ya sudah kami akan membawa Husein ke kantor kelurahan. Kamu juga ikut sebagai saksi."

"Nggih, Pak."

Pak Handoko murka saat mendengar penuturan warga jika putranya Husein ditangkap karena berusaha memperko*a Sekar di dalam kamar mandi rumahnya. Rupanya peristiwa itu juga berdampak buruk bagi karirnya. Warga meminta Pak Handoko untuk segera lengser dari jabatannya.

"Sebagai kepala desa seharusnya keluarga Bapak memberi contoh yang baik untuk warganya. Kalau begini kami minta maaf, kami tidak bisa lagi mempercayai Bapak untuk memimpin kampung kami," papar salah satu warga.

"Mana bisa begitu, masa jabatan saya masih 2 tahun lagi," protes pak Handoko.

"Maaf, Pak kepercayaan kami sudah terlanjur hilang. Kami sudah menghubungi polisi, beberapa saat lagi mereka akan datang untuk menjemput Husein. Percobaan pemerko*aan putera Bapak pada Sekar ini akan menjadi pertimbangan kecamatan untuk mencopot jabatan Bapak."

"Brengs*k kamu Sekar!" seru pak Handoko yang ternyata didengar oleh salah satu warga.

"Loh, bukannya nyalahin anaknya, malah nyalahin si Sekar yang jelas-jelas nyaris menjadi korban kebej*tan anaknya," ucapnya.

Entah siapa yang memberitahu, Zainal tiba-tiba saja muncul di tempat itu.

"Sekar, kamu nggak apa-apa 'kan?" tanyanya dengan raut wajah khawatir.

"Ehm … gak apa-apa kok, Mas."

"Alhamdulillah, saya tadi dari sawah langsung ke sini begitu mendengar ada warga yang bercerita peristiwa percobaan pemerko*aan padamu," paparnya.

"Zain ini sudah memiliki calon istri, kenapa dia masih peduli padaku? Apa jangan-jangan dia menyukaiku? Sekar bangun! jangan mimpi kamu! Mana mungkin laki-laki seperti menyukai gadis sepertiku!" batin Sekar.

"Kamu kenapa, Kar?" tanya Zain saat mendapati gadis itu menepuk wajahnya sendiri.

"Ah, ti-ti-tidak apa. Rasanya gerah."

"Ya sudah, ayo aku antar pulang," ucap Zain.

"Ti-ti-tidak usah. Aku bisa pulang sendiri kok."

"Tidak apa. Sekalian aku mau kembali ke sawah."

Sekar akhirnya mengangguk setuju.

"Bapak-bapak, kami pamit dulu, Assalamu'alaikum."

Sekar dan Zainal pun lalu meninggalkan tempat tersebut.

Di sepanjang perjalanan keduanya hanya saling diam. Selain sungkan, sepertinya Sekar ataupun Zain tidak memiliki keberanian untuk memulai obrolan.

"Ehm … Mas Zain."

"Ya."

"Dengar-dengar mas Zain sudah dijodohkan dengan mbak Hanum ya?"

Zainal membuang nafas.

"Itu keinginan abah dan umi. Jujur, aku tidak menyukai Hanum."

"Loh, memangnya kenapa? Mbak Hanum itu kan cantik, berpendidikan tinggi, anak pak ustadz lagi."

"Sebenarnya dari dulu sudah ada seorang gadis yang mengisi hatiku," ujar Zainal.

"Oh ya?"

Jantung Sekar rasanya mau melompat saat pemuda tampan itu tiba-tiba menatap lekat matanya.

Bersambung …

Hai, pembaca setia, jangan lupa beri dukungannya ya. Beri like, komentar positif, fav, dan hadiah. Sekecil apapun dukungan kalian akan sangat berarti bagi Author 🥰🥰🥰

Happy reading…

Terpopuler

Comments

Suhaetieteetie

Suhaetieteetie

jngn2 pak kades dendam nih sama sekar gara2 dilengserin jabatanny sama warga

2022-12-06

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!