#MDS 07#

Sementara itu pak Burhan dengan ditemani pak Darman tiba di rumah bu Nining. Pak Burhan geram ketika mendapat jawaban jika Lilis puterinya sama sekali tidak mendatangi rumahnya.

"Awas Kowe Lis, mengko Yen ketemu, tak ajar Kowe!" batin pak Burhan.

(Awas kamu Lis, kalau nanti ketemu, bapak hajar kamu!)

"Jadi, kemana lagi kita harus mencari Lilis, Pak? Apa kita harus mencarinya ke Tegalwangi?" tanya pak Darman.

"Ya, satu-satunya jalan kita harus mencarinya ke rumah mbakyu saya."

Langkah mereka terhenti saat tiba-tiba sebuah mobil polisi melintas di depan mereka.

"Loh, kok ada mobil polisi di kampung kita. Memangnya ada apa, Pak?" tanya pak Burhan.

"Oh ya, Bapak belum tahu ya, tentang penemuan mayat di gubuk milik saya menjelang Maghrib tadi."

"Penemuan mayat?"

"Ya, sepasang muda-mudi ditemukan tewas saat melakukan hubungan badan dalam keadaan alat kelam*n mereka masih saling menempel."

"Innalillahiwainnailaihirojiun. Siapa muda-mudi itu, Pak?"

"Yang laki-laki Hasan, anaknya pak Lurah, kalau yang perempuan belum jelas identitasnya. Tapi dari ciri-cirinya dia memiliki tanda lahir di bagian punggung dan bo*ongnya," jelas Pak Darman.

Entah mengapa jawaban itu membuat hati pak Burhan resah sekaligus penasaran.

"Sawah Pak Darman di sebelah mana?"

"Lumayan jauh dari sini. Memangnya kenapa, Pak?"

"Saya penasaran ingin melihat siapa mayat itu."

"Kita tunggu saja di sini, tidak lama lagi polisi akan membawa jenazah mereka menuju rumah sakit," ucap pak Darman.

Benar saja, tidak berselang lama tampak beberapa warga membawa kantong jenazah melintas di hadapan mereka.

Demi menjawab rasa penasarannya, pak Burhan pun meminta izin kepada polisi untuk melihat sebentar siapa sebenarnya si mayat perempuan. Tentu saja dia tidak berharap jika mayat itu adalah puteri semata wayangnya, Lilis.

Polisi sempat menolak permintaan pak Burhan, namun setelah diberi pengertian oleh Pak RT, mereka pun akhirnya mengijinkan pak Burhan untuk melihat isi kantong jenazah tersebut.

"Astaghfirullahaldzim!" Tubuh pak Burhan mendadak lemas saat melihat siapa yang berada di dalam kantung jenazah tersebut. Tak lain dan tak bukan perempuan, jenazah perempuan itu adalah puteri kandungnya, Lilis.

"Pak Burhan kenapa? Apa Bapak mengenali jenazah perempuan ini?" tanya Pak Darman.

"Lilis … hu … hu … hu …"

"Lilis? Ja-ja-di, jenazah perempuan ini adalah Lilis puteri Bapak?" tanya Darman lagi. Pak Burhan mengangguk lemah. Semua pasang mata yang berada di tempat itu saling memandang tak percaya jika jenazah perempuan yang tewas itu adalah Lilis. Puteri kandung pak Burhan yang sudah dua kali menjanda.

"Kenapa kamu lakukan ini, Nduk?" ratap pak Burhan.

Tidak berselang lama sepeda motor muncul di tempat itu. Rupanya sang kepala desa, pak Handoko bersama istrinya, bu Miranti.

Sama halnya dengan Pak Burhan, keduanya menjerit misteri saat tahu siapa sosok yang berada di dalam kantong jenazah tersebut.

"Hasan, kenapa kamu pergi secepat ini, Nak?" isak bu Miranti. Hati ibu mana yang tidak hancur jika putra kesayangannya mendengar dengan cara kurang baik bahkan memalukan begini.

"Ini pasti gara-gara putri Bapak yang penggoda itu!" Tiba-tiba bu Miranti menatap tajam mata pak Burhan.

"Loh Ibu kok nyalahin puteri saya. Justru nak Hasan lah yang dikenal suka main-main sama perempuan dan bergonta-ganti pacar. Dia pasti sudah merayu puteri saya hingga semuanya jadi begini." Pak Burhan balik menuduh Hasan.

"Sekarang saya tanya, rumah pak Burhan di mana? Jauh dari sini 'kan? Pasti putri Bapak yang sudah sengaja menggoda anak saya dan mengajaknya bertemu di gubuk pak Darman."

"Sudah, Jangan saling menyalahkan. Kita harus secepatnya membawa kedua jenazah ini ke rumah sakit," ucap salah satu polisi.

"Bapak bisa ikut kami untuk menjadi saksi." Polisi lainnya menimpali.

Pak Burhan masuk ke dalam mobil polisi,

sementara Darman pulang ke rumahnya.

"Gimana, Pak? Apa Lilis ketemu?" tanya Sumirah sesampainya dia di rumah.

"Ketemu, sudah jadi mayat," jawab pak Darman.

"Jadi mayat? maksud Bapak apa?" Giliran Sekar bertanya.

"Jenazah perempuan itu ternyata Lilis."

"Itu tidak mungkin!" bantah Sekar.

"Apanya yang tidak mungkin? Masa Pak Burhan salah mengenali putrinya sendiri."

Sekar terduduk lemas di kursi. Ia tak menyangka jika kawan masa kecilnya itu akan meninggal dengan cara kurang baik begini.

"Bu Wiwik pasti hancur jika mendengar berita ini," ucap Sumirah.

"Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu, Lis," gumam Sekar.

Jangan lupa beri dukungannya ya.

Beri like, komentar positif, fav, dan hadiah. Sekecil apapun dukungan kalian akan sangat berarti bagi Author 🥰🥰🥰

Happy reading…

Terpopuler

Comments

Imma Dealova

Imma Dealova

makasih Mak🤗🔥🔥

2022-12-04

1

IG : miss_el_author

IG : miss_el_author

bunga untukmu... semangat mak 😁😁

2022-12-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!