Sisilia (Sicily), me rupa kan nama dari se buah pulau di Selatan Italia. Pulau yang ter letak di Laut Tengah ini lebih di juluki se bagai Pulau Asal Mafia, tetapi kebenaran nya tidak lah se seram itu.
Di beri julukan asal mafia, karena gangster yang merajalela di kota-kota besar di Amerika Serikat dan Eropa semenjak awal abad ini men duduki daerah itu atau di sebut daerah ber kembang biak nya keturunan mafia.
Namun, seiring ber jalan nya waktu, tampilan mengerikan ulah para mafia itu ber ganti dengan setiap sudut tempat yang menawar kan keindahan pantai, gunung, juga bangunan tua.
Tentu saja bangunan-bangunan tua itu me rupa kan jejak arsitektur dari ber bagai bangsa asing di Sisilia ber abad-abad silam.
Sisilia bukan lah sarang mafia seperti desas-desus kebanyakan.
Satu jam waktu telah di tempuh lewat jalur udara. Setelah makan siang, akhir nya mereka menetap kan tujuan akhir di Palermo. Oh, belum ter nyata. Masih ada be berapa rute lagi yang harus mereka tempuh.
Baru tiba saja, angin segar khas Sisilia serta lagu-lagu folke Italia yang di main kan musisi jalanan sudah me nyambut mereka kala itu. Nyaman sekali.
Tak ada obrolan yang ber arti sejak Leo ber sama mereka, hanya interaksi dua pihak antara guide itu dengan Zaneta.
Minus Diero? Hmm, pria itu masih larut dalam rasa kesal. Untung saja pemandangan yang disuguhkan di luar jendela mobil meng obati segala nya. Hah...
"Bukan kah ... ini Pulau Mafia itu?" Diero ber bisik kecil pada Zaneta. Ber wanti-wanti mana tahu Leo men dengar obrolan nya, pada hal mengerti bahasa nya saja tidak.
Zaneta mengangguk. "Hm."
"Lucky Luciano, Vito Genevese ... ah, aku teri ngat nama-nama itu."
"Iya, benar. Tumben Uncle pintar."
Diero ber decak sinis. "Aku pintar dan tampan, memang cocok sekali men jadi suami mu."
Me lihat sepasang suami-istri yang saling me lempar kan cekcok kecil dari pantulan kaca, Leo menanggapi nya dengan senyuman ramah. Ter lihat cocok, memang.
Lucky Luciano, gangster ter kenal di Amerika, juga Vito Genevese; bos besar dari kelompok mafia narkotika yang menguasai Amerika memang masih me ninggal kan jejak legenda di sana.
Dan tentu saja itu mem buat Zaneta se dikit kaget karena wawasan Diero yang juga luas. Tak hanya me mikir kan uang dan uang saja rupa nya. Se dikit takjub.
Ketakutan itu masih mem benak pada Pria itu di se belah Zaneta, takut-takut kejadian mengerikan seputar mafia-Sisilia yang pernah ia baca mem buntuti per jalanan bulan-madu mereka kali ini.
Ya, meski pun ini hanya bulan-madu lelucon ... tapi jauh-jauh saja hal se macam itu.
Meski pun ia miskin, tak mau bagi nya nyawa ter buang di negeri orang. Meski pun itu hanya me numpang lokasi wafat. Hih!
"Kenapa Tuan La Martin?"
"Oh... k-kau..." Diero tergagu menanggapi Leo yang baru saja ber ucap bahasa yang sama seperti diri nya. Lekas saja ia me lempar tatapan pada Zaneta, me rasa di tipu. Ya, tentu saja. Jadi...
"Leo teman Papa, bahkan dia lebih mahir mengumpat bahasa Prancis di banding diri mu. Mau ku tunjuk kan?"
Oh. "T-tidak...." S*al, jadi sejak tadi Leo tahu apa yang dia bicara kan? Ck, semoga per kataan nya tadi tak menyinggung pria lajang be rambut ikal itu. Mulut nya ter kadang suka di luar kendali, memang.
"Julukan mafia sudah men jadi makanan se hari-hari kami. Tapi, tenang saja ... kami sudah ber usaha meng hilang kan julukan buruk itu agar mafia Sisilia tinggal lah legenda," sahut Leo santun.
Diero meng angguk. Jadi ... Tak perlu bagi nya untuk me minta maaf kan? Dalam kata lain, Leo sudah memaklumi lebih dulu. Harga diri nya tak meluncur curam kali ini.
"Awal nya julukan Mafia itu bukan lah ber asal dari para pen jahat, Tuan La Martin."
"Lalu?"
"Dalam buku Joe Dorigo-Mafia, ter dapat dua pandangan tentang asal-usul julukan itu ter hadap Sisilia. Pertama, itu ber asal dari akronim Perancia Italia yang di dominasi oleh Dinasti Angevin Perancis. Ada juga yang mem beri pandangan ... itu ter jadi karena p*************n di Hari Paskah 1282."
"Pe... pemer..." Diero ber gidik.
"Ada be berapa serdadu Prancis yang memperkoas gadis Sisilia saat hari per nikahan nya. Ibu dari sang korban meneriaki di jalan sambil ber lari, Ma fia! Ma fia!, yang artinya; putri ku! putri ku! Amarah rakyat Sisilia pun me muncak, dan esok hari nya ratusan orang Prancis ter bunuh." Leo memutar pelan kemudi. "Awal mula nya, mafia me rupa kan ikatan masyarakat Sisilia yang ter bentuk untuk menentang kekuasaan tuan tanah di abad tujuh-belasan."
Lagi. Leo me lanjut kan obrolan. "Memang gangster di Sisilia me miliki jumlah sekitar seribuan lebih, tapi hubungan dengan hal apa yang di urai kan se belum nya tak be gitu ter lihat. Yang jelas, kata 'mafia' di abad sekarang ber makna pada kekerasan dan darah."
Zaneta ter senyum kecil me lirik bibir Diero yang akhir nya ter kunci oleh pen jelasan Leo. Entah me ngapa, me lihat respon Diero yang be gitu saja perut nya hampir ter gelitik. Lucu saja.
"Maaf bukan nya ingin men dahului pengetahuan Anda, Tuan La Martin. Untuk berikut nya, akan ku per kenal kan banyak sisi ter sembunyi dari Sisilia. Yang pasti, Tuan dan Istri Tuan La Martin tak akan kecewa telah me milih Sisilia untuk meng habis kan waktu ber bulan-madu."
Diero mengangguk kecil. Ucapan Leo terlalu manis bagi nya, hampir ia diabetes akut. "Oh, tak apa. Kami akan menebar banyak benih cinta di sin-aaakkh!' Diero mengaduh kecil tat kala menemukan kaki nya yang ter injak be gitu saja oleh Zaneta. Entah itu sengaja atau pun tidak, tak akan ia ampuni.
"Ti amo, la zio (Aku men cintai mu, Paman)." Zaneta ter senyum lembut se telah meng injak brutal kaki suami bayaran nya. Dengan 'pemanis-buatan', lebih tepat nya.
Lagi-lagi pura-pura tak ber salah. Atau mungkin itu bagian dari per mintaan maaf? Ah entah lah.
Ti amo ... ti amo... kepala mu. Paru-paru Diero te rasa sesak kali ini, pada hal ia baru saja di suguhi oleh wajah mengerikan itu.
Jika tak ada orang ke tiga di antara mereka—Leo, mungkin be ribu bahasa hujatan dari seluruh dunia akan ia tumpah kan pada wanita ini.
Seperti yang di kata kan oleh Leo tadi, Sisilia me rupa kan destinasi wisata yang menyimpan ber bagai 'kejutan' menakjubkan yang sayang jika di lewatkan.
Salah satu kota yang wajib di singgahi lebih dulu adalah Palermo, kota di mana kursi pemerintahan otonomi Sisilia ber pusat.
Palermo ter letak di pantai utara, menyimpan pesona elegan dan klasik lewat bangunan serta Gereja-Gereja yang ber diri kokoh di pusat kota. Di kota ini pula tempat kasus pembunuhan marak ter jadi, dikarenakan markas besar para mafia kelas-kakap Italia bernaung di sana.
Nampak bangunan-bangunan ber sejarah dengan arsitektur menawan meng hiasi kota, mem buat lidah tak ber henti ber decak.
Gereja-gereja yang kokoh ber diri dengan arsitektur megah, semarak nya barisan pasar, gudang makanan lezat, identitas kota me narik, dan kesekian hal lain daya tarik pada kota itu yang amat me nambah. Namun, untuk kali ini seperti nya Diero harus menahan diri. Palermo hanya men jadi persinggahan singkat mereka kala itu, barang-barang bawaan mereka haruslah diselamatkan lebih dulu.
Leo sempat mengatakan bahwa perampok di Italia masih tidak-tahu-'malu', alias nekad sekali dan ter kadang lebih brutal.
Penginapan Tuan Romero berada di Taormina, itu berarti mem butuh kan waktu sekitar 2.1 jam dengan kecepatan kendaraan rata-rata 80km/ jam untuk tiba ke sana.
Baiklah, La Martin. Tahan dulu kegilaanmu. Jangan tunjukkan bahwa ini pertama kali bagimu, meskipun memang baru pertama.
Bersambung ....
Siapa di sini yang suka cerita tentang Mafia? Kalau aku sih, jangan ditanya.
Mau aku konfirmasi dulu. Sebelumnya latar belakang cerita ini di Italia, tapi aku ganti ke Prancis, oke?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments