Papa

Kali ini Zaneta bersungguh-sungguh dengan ucapannya.

Sebelum melanjutkan perjalanan menuju Rumah Sakit, mereka menyempatkan diri untuk berbelanja. Bahkan Diero diminta untuk berganti pakaian. Semuanya.

Terkadang 'kegilaan' wanita itu memang di luar batas normal.

Setelan semi-formal dengan berbagai merk kelas-atas sudah melekat pada tubuh Diero. Sangat sepadan dengan Zaneta yang bertampilan seperti tante sosialita.

Sekarang mereka terlihat lebih cocok, tak seperti tadi yang sangat timpang.

Diero membenahi seatbelt, membiarkan Zaneta membelah jalanan kota Paris dengan kecepatan empat-puluhan. “Papamu sakit apa?"

"Diare."

Hampir saja lidahnya tergigit, menahan tawa. Ehm, ngomong-ngomong menertawakan orang tua klien sendiri termasuk dosa, tidak? Ck. "Jadi ... papamu belum tahu calon suamimu?“

Zaneta menggeleng enteng. Alunan lagu folk Italia menggema pelan dari speaker-lagu kesukaan Zaneta.

"Sama sekali?"

Zaneta menggeleng lagi. “Kami sibuk." tatapannya tetap terfokus pada rambu hijau.

"Whoa, gila." Diero mengernyit ganjil. Jelas saja ia heran, baru kali ini ia mendapati ada wanita yang dengan 'berani'-nya mengajukan pernikahan tanpa memperkenalkan calon lebih dulu. Pantas saja ditinggalkan, gumamnya sinis.

"Memang gila." Zaneta berhela kecil, mengambil jeda untuk memutar kemudi. “Jika nanti papaku bertanya apa pun, jawablah menurut keyakinan mu. Selebihnya biar aku yang mengurus."

"Huh, bahkan aku tak tahu apa saja yang harus dijawab."

"Kau bilang kau aktor teater 'kan? Aku tak meragukanmu lagi karena aku yakin kau sangat mahir mengelabui. Dan... berhasil tidaknya skenario kita tergantung dari jawabanmu." Zaneta mengangguk kecil menikmati alunan lagu.

Apa-apaan maksudnya barusan? Baru beberapa jam saja, rahang Diero sudah tak habis-habisnya terbuka karena perbuatan 'calon istri'-nya itu. Ngilu rasanya.

Jika saja ada Nenek Milyuner yang membutuhkan pria muda untuk di jadikan simpanan, ia lebih memilih untuk mengajukan diri daripada berhadapan dengan wanita muda yang ternyata punya otak-diluar-batas-normal seperti ini.

Alias gi*a. Sangat.

Alwar benar-benar brengsek kali ini.

Tungkai sepasang 'kekasih' itu tiba pada satu ruang VVIP di lantai empat.

Diero tak tahu disebut kode apa ruangan itu, tak peduli tepatnya. Rasa gusarnya sekarang sudah terlalu mendasar pada seribu pertanyaan yang nanti berkecamuk memenuhi kepala.

Karena Zaneta benar-benar akan lepas tangan nantinya.

Hu pasti.

"Papa?" Sapaan Zaneta menggema pada ruangan yang-Diero anggap luasnya sebesar ruang tamu dan kamar apartemennya—terlihat sepi.

Gorden pada sisi jendela yang tersingkap kecil karena tiupan angin, kasur tak berpenghuni, serta uap dari penghangat ruangan menyapa mereka kala itu.

Semoga sudah pulang, doa yang sejak tadi Diero panjatkan.

"Oh, Zaneta."

Setelah menyenggol lengan Diero, Zaneta segera menghambur pada pelukan pria yang baru saja muncul dari balik pintu. Sial, mengagetkan saja. Hampir jantung pria itu berhenti berdetak karena kemunculan orang-tua itu.

HUH

Ayah dan anak itu saling melepas kehangatan lewat pelukan, tanpa memperdulikan ataupun sengaja mengabaikan seorang pria yang membungkuk hormat sejak beberapa detik terakhir.

Masa bodoh, pikir mereka.

Merasa tak diberi tanggapan apa pun, Diero kembali tegak. Mengusapi punggungnya yang sedikit pegal karena 'penghormatan' tadi. Seperti dipermainkan, tepatnya. Kepalanya sudah gatal sekali rasanya, amarah sudah mencapai titik puncak. "Aku ... Diero La Martin, calon suami putri Anda," katanya.

Berhasil. Suara itu dapat merenggangkan pelukan Tuan Romero pada putrinya, kemudian memberi tatapan lama ke arah pria berambut gelap itu. Baru sadar ada orang lain, rupanya. "Sepertinya ... kita pernah berjumpa, bukan?"

"A-apa?"

Kembali Tuan Romero menelisik, lebih lama dari yang tadi. Ditambah pula dengan kerutan pada dahi yang semakin terlihat jelas, semakin takutlah 'calon' Zaneta itu.

Mati kau, Diero. Diero menetralkan diri se-tenang mungkin. Apa ini akhir dari segalanya? Sial, jangan dulu. Bahkan dia baru memulai, tidak lucu jika dia langsung kalah sebelum 'berperang'.

"Ah, saat kecil dulu." Tuan Romero mengangguk sebentar. "Benar, apa kau yang... sering didandani ... jadi perempuan itu?"

"Aaah... hahahahahaha ...," Tawanya sumbang. "... bukan," tutupnya datar. Apa lelucon semua orang tua 'rendahan' seperti ini? Sungguh, tak lucu sama sekali.

Jadi, bukan? Mendadak perangai Tuan Romero berubah masam, seakan menemukan kebohongan kecil yang baru saja ia dapatkan. "Zaneta, tolong belikan Papa milkshake di kafetaria."

Bagaikan putri Paduka yang patuh, begitulah Zaneta sekarang. Memilih seribu-kali kemungkinan untuk lebih menuruti perintah Ayahnya, daripada menemani pria yang memberinya tatapan mengenaskan sekarang.

Ini seperti mengumpankan seseorang ke kandang singa.

Dan lebih sialnya... hanya kedikan bahu yang Diero dapatkan ketika ia memohon bantuan kali ini.

Zaneta benar-benar meninggalkannya, menepati ucapan, serta membiarkannya 'berjuang sendirian menghadapi 'singa-tua' yang bisa saja mengaum kapan saja.

Baru ia sadari, mencari uang ternyata bisa se-horror ini rupanya.

Kembali lah dua pria berbeda generasi yang mengisi kamar itu. Diero tetap berdiri di dekat sofa, bahkan untuk bergerak sedikit saja ia sudah was-was.

Hanya bisa mengatur napas sebaik mungkin, mencoba menggali wibawanya kali ini. Bendera putih hampir saja ia kibarkan.

Tuan Romero terduduk kembali di atas kasur, setelah menggantungkan infus yang ia lepas barusan.

Posisi duduk beliau bersila, seperti calon mertua yang akan menghakimi calon menantu dalam sekali hukuman. Memang akan begitu.

"Kau tahu, apa kesalahanmu?"

Suara berat itu nyaris membuat Diero ter lonjak. Drum di dalam jantungnya semakin bertabuh kacau, untung saja ia tak mengompol di celana. Apa ia pura-pura sekarat saja agar terhindar dari malaikat-maut satu ini? "T- Tidak?" gelengnya bingung.

Sungguh ... Anda salah 'mangsa' kali ini, Tuan Romero. Tuan Romero melempar pandangan ke luar jendela.

"Enam tahun mememani putri-ku, dan baru kali ini kau berani menjumpai ku?"

Enam tahun? Ia harus bersumpah bahwa Zaneta benar-benar gi*a kali ini. Nekad dan gi*a.

Pantas saja mantannya pergi begitu saja, mengingat kegilaan dari wanita itu yang sangat di luar batas manusia. Untuk kali ini, Diero benar-benar berpihak penuh pada mantan Zaneta itu.

'kami sibuk.'

"A ... aku sibuk."

Brak!

"Brengsek, semudah itu kau mengatakan hal itu dan sekarang seenaknya ingin membawa putriku ke pelaminan begitu saja?" gertak Tuan Romero sembari memberi telunjuk tepat ke arah Diero. "Bahkan aku yang punya berkali-kali lipat kesibukan dari seorang Presiden saja masih dapat meluangkan waktu untuk menghubungi Zaneta."

Itu benar... dan Anda juga seharusnya menyadari bahwa putri Anda juga gi*a, Tuan Romero. "M-maaf," sahutnya santun.

Sebenarnya, Tuan Romero sudah menahan rasa geramnya sejak tadi. Untung saja, pemukul golf-nya tak ikut terbawa ke sini. Jika tidak, mungkin alat itu sudah mengarah tepat pada 'calon-suami' putrinya tersebut.

Dari mana Zaneta bisa menemukan 'bentukan-manusia' semacam ini? Begitulah pemikiran beliau. "Kemari kau."

Diero menunjuk diri sendiri. Takut-takut. Menoleh pada sekitar pun tak ada gunanya, karena hanya dia sasaran empuk yang di situ. "A... aku?" berada

"Cepat, Brengsek. Biar kuberi kau pelajaran."

Ketahuilah, keadaan pria itu benar-benar tidak baik-baik saja. Dibalik semburat tenang yang ia tunjukkan, nyatanya nyalinya perlahan mengeriput.

Pria bertubuh agak tambun di depannya ini lebih terlihat seperti seorang pemimpin mafia kelas-kakap, yang bisa saja menembakinya dengan senapan jika melakukan salah gerakan sedikit saja.

Hening.

Ekor mata Tuan Romero bergerak cepat menyadari bahwa Diero menghampirinya secara perlahan.

Kasur yang beliau tempati pun mulai berderit, pria berkemeja karamel itu pun duduk di tepi kasur. "Kau lancang juga rupanya."

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

lovely

lovely

visualnya Thour bule ganteng kesukaan 😍

2022-12-06

1

Sri Ayudesrisya46

Sri Ayudesrisya46

eits mau diapain tuh diero oleh pak romero?

2022-12-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!