Mendapat restu

Zaneta me ngetuk tepian meja dengan tak karuan, se sekali me natap orang-orang yang ber lalu lalang di sekitar meja nya dengan gusar pula. "Apa kali ini semua ... akan ber jalan baik?"

"Aku juga tidak yakin, tapi Alwar me milih untuk menyaran kan itu tadi."

Lagi-lagi Zaneta ber hela, kepala nya men dadak pusing men dengar balasan Lindka dari telepon.

Bagai mana bisa ia me rasa baik-baik saja di sini, sementara Diero ber ada ber sama Ayah nya yang bisa saja 'menelan' calon-suami nya itu bulat-bulat?

Zaneta sadar bahwa Ayah nya sangat selektif untuk urusan se macam ini, apa lagi jika sudah menyangkut hubungan yang lebih serius— jenjang per nikahan.

Tapi, mau bagai mana lagi ... itu memang kesalahan nya yang baru kali ini me nunjuk kan 'wujud' calon suami pada Tuan Romero.

"Ber doa saja banyak-banyak, semoga 'mangsa'-mu selamat," harap Lindka dari seberang. "Kalau be gitu sudah dulu, aku masih banyak kerjaan. Nanti malam kita me ngobrol lagi."

Zaneta me nyeruput milkshake pesanan Ayah nya hingga kering isi nya. Semua jadi se makin rumit dari yang ia bayang kan, rupa nya.

Jika boleh jujur, Zaneta tidak mengasihani Diero. Ia hanya lebih menyayangkan rencana per nikahan nya yang bisa saja gagal be gitu saja jika klien nya itu tidak be kerja dengan baik.

Tentu saja, ia sudah meng habis kan be berapa tahun tabungan pribadi nya untuk itu, ke rugi an bukan lah kata yang ingin ia kehendaki untuk akhir dari semua ini.

Per nikahan nya harus lah ber hasil, meski pun harus me nimbun ber bagai kebohongan.

***

Pintu ter buka kembali, ber sama dengan masuk nya Zaneta pada ruangan itu, keheningan yang ia dapat kan mem buat firasat buruk nya se makin ber kecamuk tak karuan.

Apa lagi saat menangkap Diero yang ber diri di dekat nakas, dengan Ayah nya yang mem buang pandangan ke luar jendela.

Zaneta hapal sekali, jika sudah ber gelagat be gitu... ada se suatu hal tidak baik yang ter jadi.

Diero menyambut hadirnya dengan tatapan datar, tak terlalu meladeni Zaneta yang mengernyit tak-habis-pikir ke arahnya. Pasti ada yang tak beres.

Zaneta meletakkan milkshake di atas nakas lalu menghampiri Tuan Romero dengan gusar. "Papa ...?"

Bukannya menjawab, Tuan Romero malah meng gertak kan rahang. Membuat suasana pada ruangan itu semakin mencekam dan kelam rasanya. Seakan harga dirinya baru saja disenggol oleh lawan bicaranya beberapa saat lalu.

Tentu saja pelaku yang satu-satunya Zaneta salahkan dalam hal ini adalah Diero.

Membuat keadaan Ayahnya semakin bertambah buruk adalah hal yang sangat tidak ia sukai, apalagi jika yang melakukannya adalah orang asing yang baru pertama kali berhadapan dengan Ayahnya.

Apa anak ini tak mengindahkan pesannya tadi? Zaneta melemparkan tatapan menusuknya pada Diero beberapa detik.

"Baru kali ini aku ber temu dengan anak lelaki berperilaku brengsek semacam ini." Tuan Romero berdecak kecewa.

"K-kenapa, Pa?" tanya Zaneta lembut.

"Laksanakan pernikahan kalian ... lima hari ke depan."

"Apa?!"

"Dia tak mau mengalah padaku. Dia berhasil mendapat restu dariku. Jadi, laksanakan lah segera pernikahan kalian."

"Papa ... Serius?" Bagaimana bisa?

BERSAMBUNG ...

Terpopuler

Comments

lovely

lovely

smoga aja diero yg jatuh cinta duluan 😇

2022-12-06

1

Sri Ayudesrisya46

Sri Ayudesrisya46

woow apa yg terjadi? diero ga mau kalah dengan papa romero? hhmm sangat penasaran apa yg terjadi sebenarnya

2022-12-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!