"Tadi ... menelepon siapa?"
"O-oh?" Uhuk!
"Di balkon. Kau bertelepon, kan?"
"Apa? Ah, itu..." Diero salah tingkah. Dasar wanita, suka sekali menjelma sebagai setan sewaktu-waktu. "... Ibuku." S*al, mengapa rasanya seperti dipergoki berselingkuh saja?
"Tapi Lindka bilang ... kau yatim piatu."
"Itu " Diero kembali diam Gantian ia yang mati kutu. "S*alan, apa hal semacam itu juga harus kulaporkan padamu?" hardiknya.
"Menurutmu?"
"Menurutku itu berlebihan, Bung." Diero menyalak sinis.
Zaneta bertumpu pada punggung kursi, lalu bersahut tenang. "Aku ‘kan hanya bertanya. Kau seperti janda yang datang bulan." Ya, benar Diero terlihat panik.
Tentu saja Diero panik. Ia seperti dieksekusi, menunggu keputusan; mati bunuh diri atau dibunuh. "Karena mencampuri urusan orang lain, tidak ada dalam kontrak kemarin!"
Zaneta mengangguk. "Baiklah. Aku tak akan menyenggol urusanmu. Sewot sekali,“ cibirnya.
Diero berdecak sinis. Tak ada pilihan yang membuatnya aman. Serba salah.
"Dan... kau juga tak boleh menyenggol privasiku." kembali Zaneta menyambung.
"Tentu saja."
Itu terdengar lebih baik. Daripada saling mencampuri tanpa batas, padahal mereka sama-sama orang asing yang terpaksa harus mengenal.
Jadi, adil 'kan?
Piring milik Zaneta masih bersisa banyak. Mendadak selera makannya lenyap drastis. Entah mengapa.
Benda mati tak berdosa itu pun berpindah pada wastafel. Zaneta langsung mencucinya, membiarkan Diero yang masih mengesekkan garpu dengan kasar.
Mungkin merasa tersinggung.
Lagi. Zaneta berhela pendek. Mendiamkan diri sebentar setelah meletakkan piring pada rak. Merenung.
Mungkin inilah perasaan gelisah yang sejak tadi menghinggapinya.
Kabar tentang mata-mata Tuan Romero yang sudah tiba di Sisilia telah sampai ke telinganya.
Sebenarnya, ia memang tak sepenuhnya yakin dengan Ayahnya yang bisa semudah itu melepasnya ataupun merestui hubungannya dengan sang pilihan hati.
Rasa curiga beliau pastilah ada, terlebih ia baru saja mengenalkan sang menantu setelah beberapa tahun lamanya.
Zaneta memang harus menelan resiko bulat-bulat, bahwa ia akan diawasi setiap waktu. la merasa lebih mencurigakan dari buronan yang paling ditakuti seantero negeri.
Namun, untuk memberitahu hal ini pada Diero, apa Uncle-Tua itu bisa menerimanya?
Jangankan menerima, menanggapi hal kecil seperti tadi saja sudah darah tinggian.
Bulan madu impian yang Zaneta rancang seumur hidup telah rusak ditangannya sendiri.
Lantas, bukannya tak peka.
Sejak belasan menit lalu, Diero memang sudah menyadari perangai tak biasa dari sang istri. Seakan rasa gelisah itu dapat menular juga padanya.
Sayangnya pria itu memilih untuk tak menggubris.
Harga dirinya sudah terlanjur dicoreng oleh Zaneta barusan. Gengsi.
Saat sudah setengah berjalan, Zaneta berhenti. Berbalik. "Kau... benar-benar tak ingin meniduriku?"
Oh?
Apa? Diero terbengong. "Uhuk." Terlambat untuk batuk.
Tak ada tanggapan, Zaneta berlesu. Semakin berkecil hatilah wanita itu.
Dan, ya... lagi-lagi sikap pesimistik itu kembali menggelora dalam benak, bahwa, sepertinya ia memang ditakdirkan menjadi perawan tua. Selamanya.
Menyedihkan, bukan? Bahkan stranger tampan saja menolak untuk menidurinya. Zaneta seperti ditampar oleh batu-bata.
Berkali-kali.
“Kau ... tidak ... minum?" Diero menyodorkan cangkir. Canggung.
Bahkan ia pun tak mengerti dengan atmosfer semacam apa yang melingkupi mereka. Sungguh.
Zaneta menarik napas. Panjang. Sudah putus asa, sepertinya.
Tubuh mungil itu kembali memunggung, berbalik menuju ke kamar. Gontai. Rasa malu ini lebih membekas daripada luka fisik yang tertoreh.
Dan, begitulah.
Brak!
Siapa lagi penghuni ruangan yang tak terlonjak akibat suara yang ditimbulkan selain Diero La Martin sendiri?
Bantingan pintu itu berhasil menjadi akhir dari perhelatan mereka malam ini.
Gila, ini belum melewati sehari. Namun, panasnya udara bukan main, alias efek dari emosional mereka.
"Dasar tak waras...." Diero menepuki dada, sembari melirik liar ke sekitar.
Sepertinya, ia harus lebih menyayangi jantungnya untuk beberapa hari ke depan.
Bersambung ....
Ya, mungkin begitulah reaksi (Diero) laki-laki yang ketahuan selingkuh. Ditanya baik-baik, malah marah-marah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments