Bab 10 - Hamil

Rima yang baru meninggalkan rumah, dengan segala persiapannya mengemasi semua pakaian. Tak terasa air mata menetes di saat dia kembali menoleh melihat rumah yang penuh dengan kenangan bersama sang suami. Rumah yang hanya menjadi tempat berteduh, mendapatkan siksaan dari suami yang ringan tangan. Setidaknya dia sudah berjuang mendapatkan hati sang suami, namun hanya menerima rasa sakit setelah di khianati. Dia menyeka air matanya, pergi dan tidak akan menoleh. 

"Bismillahirrahmanirrahim, disinilah aku memulai dan disini pula lah aku mengakhiri. Maafkan hambamu ini ya Allah, pergi tanpa berpamitan pada mas Arman." Lirihnya pelan. 

Rima mengunci pintu dan meletakkannya anak kunci di sela pot bunga yang terbuat dari semen, tempat rahasia yang hanya diketahui olehnya juga Arman. Dia memegang kepala dan merasa dunia seakan berputar, memandang lurus ke depan seraya memijat kepalanya. 

Seketika itu pula dia ambruk dan pingsan, tergeletak di atas lantai beserta koper bawaannya. 

Beberapa lama kemudian, Rima menatap sekeliling ruangan yang sangat dikenalnya. Sudut mata tak sengaja memandang seorang pria yang tengah duduk tak jauh darinya. "Mas Arman?" dia segera duduk dan malu bertemu dengan suaminya itu. 

"Setelah memelet ku kamu ingin pergi dari rumah?" kalimat sederhana yang keluar dari mulut Arman, menatap sang istri dengan ekspresi yang tak bisa di di gambarkan. 

"Bu-bukan itu Mas, ta-tapi aku___." 

"Sudahlah, tidak perlu menjelaskan apapun." Tutur Arman yang menyela perkataan yang di ucapkan oleh Rima. 

"Maaf Mas." Rima kembali menundukkan wajahnya, tidak memiliki keberanian apapun setelah perbuatan khilaf yang di lakukannya. 

"Apa begini caramu? Kabur dari masalah." 

"Aku bukanlah istri yang baik, sudah cukup aku mengejar cinta yang selalu jauh dari jangkauan. Untuk itu, mari kita cerai." Putus Rima yang menghela nafas berat, ada rasa tidak rela mengganjal di hati, namun keputusan itu sudah benar menurutnya. 

Arman sedikit shock mendengar kata cerai, memang dia tidak menyukai cara Rima yang sangat kotor dan menggagalkan pernikahannya dengan Sulastri, ada rasa di hati yang tak mampu dijelaskan. 

"Kamu talak aku Mas." Rima memberanikan diri berkontak langsung menatap mata Arman, tekat sudah bulat. 

"Aku tidak bisa menceraikanmu." 

"Kenapa?" Rima tak mengerti, apa yang terjadi pada Arman. Bukankah selama ini pria itu ingin sekali membuangnya? Dirinya cuma di anggap sebagai samsak rasa kesal, tapi mengapa hal yang di ucapkan malah terjadi sebaliknya? Entahlah, dia juga tidak bisa memahami suaminya itu. 

"Ada janin yang tumbuh di rahimmu." 

Deg

Rima sangat terkejut, kedua mata yang seakan keluar dari tempatnya. Hamil? Tidak bisa di bayangkan kalau ada janin yang tumbuh dan membuat hubungan keduanya tidak bisa di lepas begitu saja. 

Mengelus perut yang masih rata dengan butiran air mata haru, kabar membahagiakan dan juga menyedihkan baginya. 

"Aku hamil? Ya Allah, apakah ini salah petunjuk mendapatkan kesempatan memperbaiki pernikahan kami?" batin Rima yang sangat terharu. 

"Kamu pingsan di teras rumah, aku memanggil bidan dan mengatakan kalau kamu sedang berbadan dua." Jelas Arman tanpa ekspresi. "Aku tidak bisa menceraikanmu karena janin yang ada di rahimmu, secepatnya aku akan urus perceraian kita sesuai apa yang kamu minta setelah anak itu lahir." Ucapnya seraya berlalu pergi meninggalkan Rima yang menatap kepergiannya dengan guratan kesedihan. 

Rima kembali membelai perutnya dan meneteskan air mata, kabar baik datang bersamaan dengan kabar buruk. "Sayang, maafkan Ibu. Ini semua karena Ibu kamu lahir tanpa kedua orang tua yang hidup bersama. Ibu akan melakukan segala upaya untuk merawatmu, dan membesarkanmu menjadi orang sukses dunia juga di akhirat." Gumamnya pelan. 

Rima mengalihkan pandangannya ke jendela, cobaan yang kembali mengikatnya dan mengingatkan akan kesalahan yang diperbuat. Menangis dalam diam tanpa ada bahu untuk bersandar, dan memutuskan menemui Aisyah dan meminta saran. 

Sementara disisi lain, Arman sangat pusing memikirkan masalah baru setelah masalah lama belum terselesaikan. Duduk santai di teras rumah, kepulan asap yang berada di sekeliling sedikit memberikan rasa ketenangan. 

Arman memikirkan masalah hutangnya yang belum lunas, di tambah dengan pekerjaan menumpuk. Masalah Rima menodai makanan untuk memelet nya tak bisa diterima. 

"Lebih baik aku cerai dan mencari wanita lain, masalahnya ada pada janin yang ada di rahimnya." Arman mengusap wajahnya kasar, tidak tahu harus bagaimana bereaksi mengenai kehamilan istri yang tidak di inginkan. 

****

Wanita yang menutupi wajahnya dengan selendang merah, wajah yang hancur ulah dari Rima yang membalikkan keadaan. Sulastri datang menemui mak Itam untuk membalaskan dendam, mendengar beberapa orang merekomendasikan wanita uzur yang tingkat ilmu hitamnya sangat di akui. 

"Tujuan apa yang membawamu kemari?" tanya mak Itam sembari menyirih, mulut yang memerah itu tersenyum ke arah pasien berikutnya.

"Mak, kedatangan ku kesini untuk meminta tolong." 

"Hem, aku tahu. Kamu datang untuk memulihkan wajahmu itu 'kan?" mak Itam tersenyum karena dirinya lah yang melakukan serangan itu pada Sulastri. 

"Iya Mak, sekaligus membalaskan dendam pada Rima." 

Mak Itam semakin tersenyum dengan banyaknya orang bodoh yang datang menemuinya, melupakan ajaran dari baginda nabi Muhammad. "Bisa saja, tapi aku ingin mahar yang besar." 

"Apapun itu Mak, aku tidak peduli yang penting dendamku terbalaskan dan mas Arman kembali memilihku." Tekad Sulastri yang menggebu-gebu. 

Mak Itam melirik ke arah lain seraya tersenyum setelah membuat kesepakatan pada sekutunya yaitu makhluk gaib yang mencintai Rima. 

"Kamu pulang saja, datanglah besok pagi dan menyiapkan persyaratan yang aku minta." 

"Terima kasih Mak, aku pamit dulu." 

Setelah kepergian Sulastri, tiba-tiba tubuh mak Itam terpental hingga terbatuk, melihat sang pelaku yang tak lain adalah sekutunya. 

"Ada apa denganmu?" 

"Kau sudah tahu kalau aku mencintai Rima, mana mungkin bisa berbuat jahat padanya?" tukas makhluk gaib dengan tatapan penuh kemarahan. Ya, dia telah mencintai Rima sejak lama, melakukan sekutu hanya untuk mendekati wanita itu. 

"Jangan gila, alam kalian sangat berbeda. Kamu tidak akan bisa bersama dengannya, apalagi dia tidak menjalankan ritual itu." 

"Aku tidak peduli."

"Terserah, kalau kamu tidak mau aku bisa menyuruh Braja saja." 

"Coba saja kalau bisa." Ucap Makhluk halus yang memiliki tubuh besar dan tinggi seraya berwarna hitam legam yang bernama Darma. Berlalu pergi meninggalkan tempat itu dalam kemarahan, setelah bersetubuh dengan Rima dirinya masih menyatu dan menganggap sebagai istrinya. 

"Makhluk kaparat, berani sekali dia padaku." Monolog mak Itam yang meludahkan sirihnya, menyiapkan kembang tujuh rupa dan tujuh mata air berbeda, juga dupa. Melakukan ritual untuk memanggil makhluk lainnya bertujuan menyerang Rima, dia juga sangat kesal pada pasiennya yang satu itu, sudah berhijrah dan meninggalkan rutualnya. 

Terpopuler

Comments

Nour Janah

Nour Janah

apakah anak dedemit atau anak arman kah

2023-03-03

1

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

oh..jdi s Rima udah ngerjain ritual malem jumat kliwon toh thor...
berarti itu anak nya dedemit dong..bukan anak nya Arman...

2023-01-18

0

Ray

Ray

Dunia di luar nalar / ghoib🤔Tapi masih banyak manusia yang masih bersekutu dengan setan demi kejayaan, kekayaan, kekuasaan. Tahta dan Wanita😱🤔🙏

2023-01-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!