Rumah Di Lahan Pekuburan

Rumah Di Lahan Pekuburan

Bab 1. Rumah Baru

"Bagaimana, apakah kamu suka dengan rumah ini?" tanya Faiz pada sang istri yang bernama Karmila. Mereka adalah sepasang pengantin baru yang ingin belajar mandiri sehingga memutuskan untuk berpisah tempat tinggal dari kedua orang tua masing-masing.

"Suka banget Bang, rumahnya luas dan rapi sekali. Catnya juga Mila suka, warna hijau selalu menyejukkan mata. Jadi, bila nanti rumah ini menjadi milik kita, sepertinya tidak perlu mengubah cat tembok." Karmila tampak tersenyum sumringah sambil mengedarkan pandangan ke seluruh halaman rumah yang banyak ditanami tanaman hias. Sungguh Karmila menyukai bunga-bunga yang tampak bermekaran itu.

"Baik kalau kamu suka saya akan menegosiasikan harganya dengan pemilik rumah ini," ujar Faiz dijawab anggukan Karmila.

Faiz mengambil ponsel di saku celananya dan segera menelepon pemilik rumah.

"Bagaimana Bang, harganya mahal nggak?" tanya Karmila penasaran. Dia tidak ingin kecewa lagi. Sudah ada beberapa rumah yang mereka datangi dan selalu tidak pas dengan keuangan mereka, padahal Karmila sudah kadung menyukai rumah-rumah itu.

"Harganya 100 juta," jawab Faiz membuat mata Karmila berbinar-binar. Dia yakin kali ini bisa mendapatkan rumah ini.

"Nggak bisa ditawar Bang?" tanya Karmila lagi.

"Nggak bisa, itu sudah harga terendah katanya. Pemilik rumah tidak ingin menjual rumah ini seharga dibawah 100 juta. Menurutku rumah di pinggiran kota seperti ini sudah cukup murah loh dengan harga segitu apalagi rumahnya cukup luas," ungkap Faiz.

"Ya udah deh Bang, ambil saja." Karmila memutuskan, dan Faiz langsung menelpon kembali pemilik rumah untuk memberitahukan bahwa mereka setuju akan membeli rumah tersebut.

"Sudah, sekarang kita pulang dulu. Besok kita akan langsung menempati rumah ini sekaligus akan membayar harganya. Bu Sinta akan kemari besok dan akan menyerahkan kunci rumahnya."

"Iya Bang," jawab Karmila lalu menggandeng tangan Faiz menuju mobil mereka yang terparkir di pinggir jalan. Hanya mobil carry sederhana bukan mobil mewah seperti milik para bos.

Malam hari menjelang, Karmila tidak dapat menutup matanya. Dia terus saja memikirkan rumah itu sambil tersenyum sendiri. Rasanya tidak sabar ingin segera pindah ke rumah baru.

"Bang Faiz, Mbak Karmila kenapa sih dari tadi senyum-senyum sendiri saja?" tanya Qori yang tidak sengaja melihat ekspresi wajah kakaknya ketika melintas di depan kamar sang kakak.

Faiz yang masih fokus pada pekerjaan yang harus dibawa pulang hanya mengendikkan bahu.

"Aneh," batin Qori lalu bergegas pergi.

***

Siang hari Faiz izin pada bos di kantornya untuk pulang dan pindah rumah. Bosnya tidak keberatan dan mengizinkan Faiz hanya masuk kerja sampai siang saja.

Setelah membayar dan mendapatkan kunci rumah kini rumah tersebut resmi menjadi milik keduanya. Faiz dan Karmila masuk ke dalam dan membersihkan rumah tersebut dari debu-debu kemudian menata barang-barang yang dibawanya.

Setelah selesai Faiz mandi dan merebahkan tubuhnya di kasur sedangkan Karmila memilih berjalan-jalan di sekitaran rumah. Kemarin mereka hanya mengecek bagian dalam rumah dan tidak sempat berkeliling di sekitar rumah tersebut.

Deg.

Jantung Karmila seakan berhenti berdetak melihat ternyata di samping rumah mereka ada lahan pemakaman yang luas. Entah mengapa mendadak hati Karmila menjadi cemas.

"Ada apa?" tanya Faiz yang tiba-tiba muncul dan sudah ada di belakang Karmila sambil menepuk bahu istrinya.

Karmila tampak kaget. "Ah Abang ini ngagetin saja."

"Kamu mikirin apa sih dari tadi bengong aja saya lihat," protes Faiz.

"Ah, nggak ada apa-apa Bang. Ya sudah, adik masak dulu ya."

Baru saja Karmila hendak ke dapur Faiz mencegah. "Tidak usah masak aku beli saja." Karmila yang memang kelelahan habis bersih-bersih rumah mengangguk mengiyakan.

Faiz masuk ke dalam rumah dan mengganti pakaian setelah itu mencari makanan di warung terdekat tanpa membawa Karmila.

Karmila masih berdiri di samping rumah, rasanya dia enggan masuk ke dalam rumah padahal hari sudah menjelang Maghrib.

"Itu apa?" Tiba-tiba Karmila melihat asap putih yang keluar dari kuburan. Seketika tubuhnya gemetaran menyaksikan hal aneh yang seumur hidup tidak pernah dia saksikan.

"Bang Faiz," rengek Karmila padahal sudah tahu suaminya tidak ada di rumah.

Terdengar suara getaran yang keras dari area pemakaman. Meskipun ketakutan, Karmila tetap mengintip dari balik pagar tembok rumahnya. Ternyata suara berisik itu berasal dari keranda mayat yang bergerak.

"Astaghfirullah hal adzim, pertanda apa ini?" Segera Karmila berlari ke dalam rumah dan menutup semua pintu. Ia bahkan juga menutup matanya dengan bantal dengan tubuh bermandikan keringat.

"Bang Faiz cepat pulang, aku takut." Karmila menangis ketakutan. Keringat dingin semakin mengucur dari seluruh tubuhnya.

Perasaan takut menjadi lebih dalam ketika ponselnya tampak berbunyi. Karmila takut akan mendengar suara aneh dari dalam ponselnya.

"Halo, benar ini hape dari istri pemilik ponsel ini?" tanya suara dari seberang telepon membuat hati Karmila menjadi was-was.

"Iya benar, ada apa ya?" tanya Karmila mencoba menetralisir rasa ketakutannya.

"Maaf Mbak saya hanya ingin mengabarkan bahwa suami Mbak kecelakaan dan sekarang sudah ada di rumah sakit," ucap suara dari seberang sana.

Sontak saja Karmila langsung menjerit histeris mendengar kabar buruk dari suaminya itu. Setelah itu Karmila menangis sesenggukan. Ponselnya terjatuh sudah sampai-sampai dia lupa menanyakan dimana rumah sakit tempat suaminya dirawat sekarang.

"Halo Mbak! Halo!" Penelpon dari ujung sana tampak panik mendengar jeritan Karmila yang kemudian berganti hening, tidak ada suara lagi dari penerima telepon.

Penelpon tampak khawatir dan takut terjadi sesuatu dengan istri dari orang yang ditolongnya itu. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak tahu dengan posisi Karmila sekarang. Segera dia mengirimkan alamat rumah sakit melalui chat agar bisa dibaca oleh Karmila nantinya. Sedangkan Karmila langsung pingsan setelah puas menangis.

Karmila tampak terpejam, tetapi dia begitu merasakan ada yang mengangkat tubuhnya dan dimasukkan ke dalam keranda mayat. Setelahnya keranda itu terbang dan membawa tubuh Karmila melayang-layang di udara.

Karmila membuka mata, menyadari dirinya sedang berada di dalam keranda, dia menjerit meminta tolong.

"Tolong lepaskan aku!" teriaknya.

Dari samping keranda yang hanya tertutup sebelah itu Karmila dapat melihat beberapa macam roh halus. Pocong, kuntilanak, kuyang, genderuwo yang biasanya hanya bisa dilihatnya di televisi kini malah menatap dirinya dengan tatapan tajam, bahkan sesekali mereka tampak tertawa-tawa menunjukkan deretan gigi mereka yang menjijikkan.

"Tolooooong!" jerit Karmila ketakutan.

"Berteriaklah sekencang mungkin dan semua itu hanya percuma saja karena tidak ada yang mungkin mendengar jeritanmu, hahaha...." Suara mereka menggema memenuhi udara.

Karmila tampak ketakutan, sekujur tubuhnya basah sudah bermandikan keringat dingin. Tubuhnya gemetar dengan kencang.

"Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya dalam hati.

Keranda semakin kencang diputar sehingga kepala Karmila menjadi pusing dan terasa berat hingga kesadarannya hilang sudah.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Bunga Tanjung Biru

Bunga Tanjung Biru

slm kenal dari Semarang barat.....
sy paling suka baca cerita horor tpi paling tkut klu denger keranda mayat ....
awal ceritanya bagus banger smoga sampai akhir cerita tdk mngecewakan....

2023-09-21

1

Tatya Faza

Tatya Faza

hadir thor...
semangat dengan karya barunya..

2022-12-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!