Faiz pun langsung berlari ke arah Bu Lela.
"Minggir!" seru Faiz sambil menyenggol bahu nenek tua itu hingga tubuhnya oleng dan membentur dinding.
"Kau tidak sopan sekali pada orang tua!" protes nenek tua itu. Dia benar-benar tidak suka dengan sikap Faiz.
Faiz tidak menggubris ocehan nenek tua itu dan sekarang fokus membuka tali yang menggantung di leher Bu Lela.
"Hah, hah, hah." Terdengar deru nafas tersengal-sengal dari mulut Bu Lela. Wanita itu langsung terjatuh bersandar di bahu Faiz dalam keadaan pingsan.
"Dek Karmila, tolong buka pintu mobil!" Faiz langsung menggotong tubuh Bu Lela menuju mobil.
"Ada apa?"
"Ada apa?"
Warga langsung berlarian dan berkerumun saat melihat pria itu menggendong tubuh Bu Lela dengan panik dan tergesa-gesa dari dalam rumah.
"Ada apa?" tanya warga yang lainnya yang masih penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi di rumah itu.
"Nenek tua itu mencoba melakukan pembunuhan kepada ibuku!" teriak Faiz membuat semua warga langsung menoleh kepada nenek tua.
"Dia berbohong, saya tidak pernah ada niatan untuk membunuh siapapun. Saya ke sini ingin membantu Bu Lela agar selamat dari maut yang mengancamnya," bantah nenek tua.
"Dasar gila! Nenek ini memang selama ini mencurigakan," ujar seorang warga.
"Dan sekarang terbukti dia hampir membunuh ibu saya," ujar Faiz sambil memasukkan Bu Lela ke dalam mobil lalu membaringkannya sedangkan dirinya sendiri melangkah ke arah depan dan duduk di kursi kemudi sedangkan Karmila masuk di mobil bagian belakang untuk menjaga Bu Lela.
"Kalian semua saya minta tolong jaga nenek itu agar jangan sampai lolos! Dia harus mempertanggung jawabkan apa yang telah diperbuatnya kepada ibuku!" Bola mata Faiz terpancar kilatan amarah.
Orang-orang mengangguk dan ada beberapa yang langsung mengekang tubuh nenek tua itu agar tidak kabur.
"Lepaskan aku! Aku bisa menjelaskan semuanya pada kalian!" teriak nenek tua sambil berusaha melepaskan diri.
"Kau tidak akan bisa lepas Nenek tua! Selama ini, para warga, kami semua, mengincar dirimu. Kami curiga karena setiap ada orang yang meninggal dengan cara aneh kau selalu yang pertama ada di tempat kejadian," seru warga lainnya.
"Jadi mana mungkin kami bisa melepaskan dirimu begitu saja?"
"Jagalah! Saya akan kembali setelah memastikan keadaan ibuku dan memastikannya agar mendapatkan perawatan terbaik," ujar Faiz lalu menyetir mobilnya keluar pekarangan menuju rumah sakit terdekat.
"Bang apa mungkin nenek itu ya melakukannya? Sepertinya saya lihat nenek itu adalah orang baik," ujar Karmila di tengah perjalanan.
"Kalau bukan dia, siapa lagi? Di rumah itu hanya ada dia, kamu dan aku. Apa kau menuduhku?" Faiz tidak suka Karmila membela nenek tersebut.
"Bukan begitu maksudku Bang, tapi bisa saja ibu bunuh diri," tebak Karmila.
"Mana mungkin ibu akan melakukan itu? Tidak ada motif yang bisa mendorongnya," ketus Faiz.
"Bisa saja Bang ibu ingin mengakhiri hidup karena kesal, marah atau malu karena saat ini ibu sudah menjadi orang bisu," jelas Karmila.
"Dan kamu tahu siapa yang membuat ibu bisu?" tanya Faiz sambil terus mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang lebih tinggi lagi.
Karmila menggeleng.
Faiz yang melihat Karmila menggeleng lewat spion kaca langsung tersenyum.
"Siapa lagi kalau bukan ulah nenek itu?"
Karmila mengernyitkan dahi, bingung dengan tuduhan Faiz.
"Ibu bisu sehabis bersama nenek tua itu. Kita tidak tahu nenek tua itu melakukan hal apa hingga ibu kehilangan suaranya."
"Iya juga ya, tapi kita tidak boleh curiga sama orang tanpa ada bukti yang jelas."
"Hah, terserahlah Dek! Kamu mau percaya atau tidak padaku. Yang jelas nenek itu tidak suka kita tinggal di rumah itu. Tahu, kan apa yang diucapkan ibu setelah kembali dari rumah nenek itu? Ibu mengatakan nenek itu meminta kita pergi dari rumah itu secepatnya. Itu artinya apa? tua itu tidak suka jika ada orang yang menetap di rumah yang sudah kita beli itu."
"Tapi apa alasannya Bang?"
"Entahlah saya juga tidak tahu. mungkin nenek itu ingin menempati rumah itu sendiri. Sudahlah kita sudah sampai."
Faiz memarkirkan mobilnya lalu menggendong tubuh Bu Lela ke dalam ruang ugd rumah sakit
"Suster! Suster! Tolong ibu saya!" teriak Faiz seperti orang panik.
Suster pun langsung berlari ke arah Faiz dan membantu pria itu membawa tubuh Bu Lela ke atas brankar.
"Sus mana dokternya? Tolong segera sampaikan pada dokternya bahwa ibuku keadaannya sangat parah. Ibu membutuhkan penanganan yang lebih cepat."
"Baik Mas dan Masnya silakan tunggu di luar biar kita bisa cepat dalam menangani keadaan darurat ini."
Faiz mengangguk dan Karmila menarik tangan Faiz keluar ruangan. Seorang dokter terlihat tergesa-gesa memasuki ruangan tersebut.
"Dok tolong sembuhkan ibu saya!"
"Saya pasti akan berusaha tapi tolong Masnya jangan menghalangi saya masuk!"
Faiz mengangguk dan membiarkan dokter pria itu masuk ke dalam ruangan UGD.
Dokter masuk ke dalam lalu menutup pintu.
Di luar ruangan Faiz mondar-mandir tak tentu.
"Bang duduklah! Saya tahu Bang Faiz sedang sedih saat ini, tapi jangan panik dan serahkan penanganannya pada dokter. Karmila yakin dokter pasti akan melakukan yang terbaik untuk ibu."
"Bagaimana saya bisa tenang melihat keadaan ibu seperti tadi? Dek Karmila, kalau kamu berada di posisi Abang pasti kamu akan panik seperti Abang saat ini."
"Iya Bang Karmila mengerti, tapi dengan panik seperti ini tidak akan bisa merubah keadaan. Daripada mondar-mandir seperti itu lebih baik Abang shalat dan mendoakan ibu agar sehat kembali. Karmila lihat Abang beberapa hari ini lalai akan shalat."
"Sudahlah Dek Karmila saat ini saya tidak ingin berdebat dan juga sedang tidak ingin mendengarkan ceramah."
Karmila menghela nafas berat mendengar pernyataan Faiz. Dia tidak menyangka suaminya berubah secepat itu. Dulu sebelum menikah Faiz adalah pria yang rajin shalat, tapi yang terjadi saat ini berbanding terbalik dengan Faiz dulu.
Semenjak Faiz pindah ke rumah itu dan mengalami kematian pria itu benar-benar berubah.
"Keluarga pasien?" tanya dokter sambil membuka pintu.
"Iya Dok, bagaimana dengan keadaan mertua saya?" tanya Karmila sambil mendekat ke arah dokter.
"Maaf dengan ini saya terpaksa saya harus memberitahukan semuanya. Semoga keluarga diberi ketabahan terhadap kondisi ibu itu saat ini."
Karmila ternganga mendengar penjelasan dari dokter.
"Ibu mertua saya tidak meninggal, kan Dok?" Pikiran Karmila sudah sangat buruk saat ini.
"Tidak, tetapi beliau tidak bisa bicara, lumpuh dan kehilangan daya ingatnya. Beliau akan hidup dalam keadaan depresi karena trauma dengan apa yang dialaminya saat ini. Menurut pemeriksaan kami, ibu mertua Anda baru saja mengalami tindakan kekerasan."
"Apa bisa sembuh Dok?"
"Bisa tapi kemungkinan sembuh hanya 30% dan kalaupun sembuh membutuhkan waktu yang lama."
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments