"Sudahlah ibu tidak perlu mempercayai wanita tua itu. Nenek itu adalah orang gila yang omongannya hanya ngawur saja," pungkas Faiz.
[Tapi saya juga merasa ada yang gan–]
Belum juga Bu Lela menyelesaikan tulisannya, Faiz langsung menyela.
"Sudah ibu masuk kamar mandi, mandi dan ganti baju, pakaian ibu bau keringat."
Bagaimana tidak bau keringat, semalaman tubuh Bu Lela memang bermandikan keringat karena rasa takutnya.
"Sudah mandi sana, kenapa ibu masih bengong sih!" protes Faiz dengan suara sedikit meninggi melihat Bu Lela masih berdiri mematung di dalam kamarnya.
Bu Lela menatap Faiz tak percaya, putranya sekarang seperti bukan putranya yang dulu lagi. Faiz yang dulu tidak pernah berkata dengan nada kasar seperti ini, tetapi sebelumnya pria itu lebih ke arah lemah lembut dalam bersikap.
"Mungkin akibat mati surinya yang membuat Faiz menjadi berubah seperti ini," batin Bu Lela lalu mengangguk dan berjalan ke arah kamar mandi dengan perasaan kecewa. Sebelumnya dia mengambil baju ganti terlebih dahulu yang ada di atas sebuah kursi di ruang tamu.
"Bang Faiz kok ngomongnya begitu sih sama ibu? Kasihan tahu, Bang Faiz lihat sendiri sepertinya ibu kecewa dan sedih," ujar Karmila.
"Ibu tidak apa-apa kok, kamu aja yang sensitif mungkin karena kehamilanmu."
"Oh begitu ya Bang?"
Faiz mengangguk.
"Ya sudah istirahat lagi. Saya mau keluar dulu untuk membeli makanan. Kamu baik-baik ya sama ibu di rumah. Kalau perkembangan kesehatan kamu baik terus kayak gini pasti kamu tidak perlu cairan infus lagi. Nanti sore kita pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaanmu."
Karmila mengangguk sambil tersenyum, dia sangat bersyukur memiliki suami yang perhatian dan siaga seperti Faiz. Saat cairan infus habis Faiz tanpa diminta langsung mengganti dengan cairan infus yang baru. Sepertinya Karmila tidak membutuhkan perawat kalau Faiz terus seperti ini.
Karmila kembali merebahkan tubuhnya dan Faiz berjalan ke luar dari kamar. Sebelum pergi dia mengecek dulu keberadaan ibunya.
"Ibu kenapa tidak mandi di kamar sendiri?" tanya Faiz melihat sang ibu malah pergi ke kamar mandi yang berada di dekat dengan dapur.
[Di kamar mandi sana krannya mati]
Tulis Bu Lela, dia berkilah padahal dia tidak berani masuk ke dalam kamar mandi yang berada di dalam kamarnya itu sebab takut saat mandi hantu perempuan semalam akan muncul lagi.
"Terserahlah," ujar Faiz lalu melirik ke arah kamar kosong yang berada di sebelah kamar mandi berhadapan dengan dapur.
Bu Lela mengangguk dan meletakkan kertas dan pulpen di sebelah kompor sebelum akhirnya masuk melangkah kembali ke dalam kamar mandi.
"Nitip Karmila Bu, Faiz mau pergi beli makanan dulu!" ujar Faiz saat Bu Lela sudah sampai di pintu kamar mandi.
Bu Lela mengangguk lagi dan masuk sedangkan Faiz berbalik dan pergi.
Di dalam kamar mandi Bu Lela membaca doa dalam hati, berjaga-jaga takut hantu semalam tiba-tiba muncul kembali.
"Tidak mungkin, tidak mungkin. Ini kan pagi menjelang siang hari. Mana mungkin ada hantu muncul siang-siang begini." ucap Bu Lela dalam hati lalu bergegas melucuti pakaiannya dan segera mandi.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Bu Lela untuk menyelesaikan mandinya. Bu Lela memakai baju ganti lalu mengambil kertas dan pulpen kemudian segera kembali ke kamar Karmila.
"Cepat banget mandinya Bu," sapa Karmila saat melihat mertuanya sudah kembali ke dalam kamar.
Bu Lela yang malas menulis meletakkan kertas dan pulpen dalam saku bajunya lalu menjawab dengan anggukan saja. Bu Lela meminjam sisir Karmila dan menyisir rambutnya.
Wanita itu kaget melihat rambutnya yang rontok di sisir dalam jumlah banyak dan berubah menjadi rambut palsu. Rambut hitam kasar semacam sanggul yang rontok.
"Ibu kenapa?" tanya Karmila melihat raut wajah Bu Lela pucat seketika.
Bu Lela menggeleng sambil menunjukkan sisir yang ada rambutnya.
"Oh rambut ibu rontok ya?" tanya Karmila sambil meraih sisir dari tangan mertua perempuannya dan memeriksa.
"Mungkin sampo yang dipakai ibu tidak cocok, nanti deh saya akan minta Bang Faiz untuk membelikan ibu sampo khusus rambut rontok." Dalam penglihatan Karmila rambut yang ada di sisir itu adalah rambut asli.
Bu Lela menggeleng sambil melambaikan tangannya ke arah Karmila pertanda apa yang disampaikan Karmila tadi tidak perlu diberitahukan pada Faiz.
"Hmm, ya sudahlah kalau begitu." Karmila menghembuskan nafas berat.
Bu Lela mengambilnya kertas dan pulpen yang dia letakkan tadi dan mulai menulis.
[ Saya pulang hari ini ya, saya harus mengurus kembali tambak udang yang sudah ku titipkan pada tetangga. Tidak enak kalau terlalu lama di sini.]
"Nanti kita ngomong sama Bang Faiz dulu," saran Karmila.
Bu Lela mengangguk dengan pikiran yang campur aduk. Di satu sisi dia harus kembali ke kampung halaman karena khawatir dengan tambak udang yang dikelolanya ditambah lagi perasaan takut jika terus berada di rumah ini. Apalagi nenek tua tadi mengatakan dirinya harus keluar dari rumah ini secepatnya.
Di sisi lain dia juga tidak tega jika harus meninggalkan Karmila berdua saja dengan Faiz sebab bila nanti Faiz kembali bekerja Karmila akan tinggal seorang diri.
Memikirkan itu semua Bu Lela diam karena larut dalam pikirannya begitupun dengan Karmila. Karmila memikirkan bagaimana nasib keuangannya nanti jika dirinya terus lemah seperti itu akibat kandungannya. Dia hanya bisa berharap semoga saja semakin besar kehamilannya dirinya semakin sehat. Jangan sampai sehatnya sampai menunggu dia melahirkan hingga harus menunggu sembilan bulan.
Tidak mungkin kan Faiz akan menungguinya setiap waktu? Dan sekarang mertuanya sudah menyampaikan keinginannya untuk pulang.
"Hai kenapa merenung saja?" tanya Faiz melihat istri dan ibunya malah diam.
"Bang Faiz sudah datang? Cepat banget sih." Karmila terlihat antusias melihat bungkusan yang dibawa Faiz, tiba-tiba perutnya kembali lapar padahal tadi pagi sudah makan dan jam sekarang belum menunjukkan jam makan siang.
[Aku bantu hidangkan ke piring Fa?]
Faiz mengangguk.
Bu Lela pun ikut mengangguk dan langsung meraih bungkusan dari tangan Faiz serta membawa nya ke dapur.
Sepuluh menit berlalu Bu Lela belum kembali juga dari dapur.
"Bang coba lihat ibu, barangkali pusing di dapur dan tidak bisa kembali ke kamar ini."
"Baiklah, Faiz bergegas menyusul Bu Lela.
Sedangkan Bu Lela sendiri, di dapur bukannya langsung membawa makanan yang sudah dituang ke dalam piring dan baskom ke kamar malah mengintip ke kamar kosong yang tadi sempat lirik oleh Faiz sebelum berangkat membeli makanan.
"Sepertiga ada yang disembunyikan Faiz di dalam sini. Lirikannya tadi sangat mencurigakan," batin Bu Lela.
"Hei ibu ngapain di situ?" tegur Faiz saat melihat Bu Lela malah mengintip ke dalam kamar tersebut melalui lubang kunci.
Sontak Bu Lela terkejut. Dengan jantung yang berdebar kencang dia langsung menoleh pada Faiz.
"A ... Argh!" Bu Lela kesal sebab sampai detik ini dirinya belum bisa kembali bicara lagi.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments