"Ah tidak, saya tidak mengenalnya," bohong Faiz.
"Sudahlah tidak apa kalau kalian berdua memang tidak mengenalnya sebab kalian kan juga baru pindah ke rumah ini," ujar paman.
"Dan kami semua ke sini ingin memberitahukan padamu Karmila dan juga padamu Nak Faiz bahwa sekarang juga kami akan kembali ke kampung dengan membawa serta Qori." Bik Eva menyambung pembicaraan suaminya.
"Sekarang juga Bik? apa tidak baiknya ditunda sampai besok saja?"
"Maaf Nak Karmila kau tahu sendiri kan Qori masih sekolah dan besok sudah mulai ujian. Paman juga ada orang kerja di sawah besok jadi tidak bisa ditinggalkan begitu saja," jelas paman.
"Baiklah Paman kalau memang itu alasannya tapi mohon maaf ya kami berdua tidak bisa memberikan oleh-oleh pada Paman sebab belum sempat ke mana-mana," ujar Karmila.
"Tidak apa-apa Nak Karmila, kami tidak mengharapkan hal itu. Melihat Nak Faiz masih bisa mendampingimu membeli dan keadaanmu yang sudah mulai membaik kami sudah sangat bahagia. Jaga diri kalian Dan juga jaga bayi dalam janin Karmila agar baik-baik saja."
"Iya paman terima kasih atas segalanya. Paman begitu baik bagi Karmila, sampai sekarang Karmila belum bisa membalas budi terhadap kebaikan-kebaikan Paman semoga Allah yang membalasnya nanti."
"Aamiin."
"Sudah ya Nak Faiz, Karmila kami langsung pamit pulang," ujar Bik Eva kemudian.
"Iya Bibik dan paman hati-hati ya!"
"Iya kalian juga hati-hati dan selalu akur ya, kalau ada masalah bisa telepon paman dan juga bibi."
"Iya Paman," jawab Karmila dan Faiz serentak.
"Saya pergi ya Bu Lela."
Mereka semua saling bersalaman hingga akhirnya Paman dan Bik Eva berbalik dan hendak melangkah ke luar rumah.
"Qori mana?" Tiba-tiba Karmila teringat pada sang adik.
"Tadi katanya mau mencari udara segar di luar nanti saya akan minta dia ke sini untuk pamit pada kalian." jelas Bik Eva
"Oh."
"Sudah ya Nak!"
"Iya Bi."
Bibi dan paman melanjutkan langkahnya dengan diantar oleh Faiz dan Bu Lela keluar rumah.
"Paman sudah mau pulang?" tanya Qori sambil berlari-lari ke arah paman dan bibinya. Entah jalan-jalan kemana anak itu sehingga membuat wajah gadis itu terlihat sumringah.
"Kenapa senyum-senyum terus, ketemu cogan?" tanya sang paman menggoda Qori.
"Nggak paman hanya senang saja mendengar suara seseorang bernyanyi dengan merdu tadi. Suaranya benar-benar membuat Qori terhanyut dalam lirik tembang Jawa kuno yang seorang wanita nyanyikan."
"Memang kamu mengerti?" tanya Bibi tidak paham dengan penjelasan Qori. Bagaimana mungkin Qori paham tentang lirik lagu bahasa Jawa halus sedangkan bahasa jawa saja tertatih-tatih."
"Tidak sih Bik, hanya saja saya seolah mengerti. Akh, tidak tahu juga bagaimana caranya Qori bisa menjelaskan. Ya sudah saya ke Kak Karmila dulu." Tanpa menunggu jawaban dari paman dan bibinya, Qori langsung berlari ke dalam rumah untuk pamit kepada kakak dan abangnya.
***
Malam menjelang, paman dan bibi serta Qori sudah berada dalam perjalanan pulang.
Kini di rumah itu hanya menyisakan Karmila, Faiz, dan Bu Lela.
Sejak Bik Eva dan paman pulang, Bu Lela tidak pernah meninggalkan kamar Karmila.
"Ibu istirahatlah di kamar sebelah. Memangnya ibu tidak capek duduk terus-menerus?"
"Kamu mengusir ibu ya Nak Karmila? Kalau Nak Karmila tidak mau ibu tinggal di sini besok saya akan pulang," ujar Bu Lela. Maklumlah dia sedikit sensitif karena hanya tinggal dia sendiri yang menemani Faiz dan Karmila di rumah ini sedangkan perasaan takutnya masih menggerogoti. Dia bahkan masih takut pada putranya sendiri.
"Bukan begitu maksud Karmila Bu. Karmila hanya takut ibu kecapekan dan sakit karena menjaga Karmila terus," ujar Karmila merasa tidak enak karena telah membuat mertuanya salah paham.
Bu Lela diam, dia tidak tahu harus berkata apa.
"Lebih baik ibu istirahat saja Bu, di kamar sebelah ada televisinya. Ibu bisa menonton acara yang ibu sukai di sana," ujar Faiz.
"Baiklah." Akhirnya Bu Lela bangkit dari duduknya.
"Saya antar Bu," ucap Faiz.
Bu Lela menatap Faiz dengan perasaan yang entah seperti apa. Antara senang dan takut melihat Faiz bangkit dari kematian.
"Ibu kenapa menatapku seperti itu?" tanya Faiz langsung. Dia tahu bahwa ibunya sedang mengalami perasaan takut pada anaknya sendiri.
"Ibu jangan takut, saya tidak mungkin berbuat jahat pada ibu," ujar Faiz membuat Bu Lela mengernyit kemudian gugup karena Faiz bisa menebak apa yang menjadi pikiran Bu Lela saat ini.
"Ah tidak siapa juga yang takut sama anak sendiri," bohong Bu Lela.
"Kalau memang begitu saya antar!"
Bu Lela terpaksa mengangguk dan membiarkan Faiz berjalan di depannya.
"Ini kamarnya Bu. Kamar ini lengkap dengan kamar mandi dan ibu juga bisa beristirahat sambil menonton televisi. Nanti kalau sudah waktunya makan malam Faiz akan memanggil ibu."
"Baik Fa, kau kembalilah pada istrimu. Mungkin saja dia membutuhkan dirimu," ujar Bu Lela.
"Baik Bu. Kalau begitu saya pamit. Ibu bisa panggil saya kalau ada apa-apa."
Bu Lela mengangguk lemah.
Faiz berbalik dan meninggalkan kamar yang kini ditempat oleh Bu Lela.
Bu Lela menghidupkan televisi sebelum akhirnya membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
"Ah, rasanya nyaman ketika punggung ini merasakan empuknya kasur." Bu Lela tampak menguap.
Dia menekan tombol remote untuk mencari channel yang mungkin saja acaranya dia sukai.
"Ah, tumben nggak ada acara yang bagus." Masih menekan tombol remote di tangannya.
"Hihihihihi."
"Astaghfirullah hal adzim." Segera Bu Lela memencet tombol off sebab begitu kaget dengan layar televisi yang memuat cerita horor. Niatnya ingin mencari hiburan agar melupakan rasa takutnya, eh rasa takut itu malah bertambah sebab tidak sengaja malah menonton acara film horor.
"Lebih baik aku tidur saja semoga saja malam ini cepat berakhir dan besok saya akan pulang ke rumah saya sendiri. Alasan apa ya yang akan saya utarakan pada Karmila dan Faiz agar mereka mengizinkan saya pulang? ya Tuhan semoga saja besok saat saya membuka mata keadaan Karmila sudah benar-benar sehat sehingga saya tidak perlu bersandiwara untuk mendapatkan izin dari mereka agar bisa pulang ke rumah."
Bu Lela menguap lagi dan mungkin karena sudah kelelahan akibat banyak berpikir akhirnya wanita itu terlelap dalam tidurnya.
"Hiii ... hiiii ... hiii, hik, hiks, hiks."
Tepat tengah malam, Bu Lela yang tadinya tertidur pulas terbangun sebab dikejutkan dengan suara perempuan yang menangis tersedu-sedu. Semakin lama suara tangisan itu terdengar sangat menyeramkan di telinga.
Bu Lela pikir itu hanya mimpi buruk sehingga dia langsung membuka mata dan duduk. Namun, dalam keadaan sadar Bu Lela mendengar suara tangisan itu makin lama makin keras.
"Ini bukan mimpi." Tubuh Bu Lela bergetar karena ketakutan.
Suasana di dalam kamar semakin mencekam karena lampu di dalam kamar kemudian hidup mati hidup mati sendiri. Begitupun dengan televisi yang sudah mati malah menyala sendiri, tetapi tidak muncul gambar melainkan hanya garis-garis yang memenuhi layar.
"Apa ini?" Keringat dingin bercucuran dari seluruh tubuh Bu Lela.
"Karmila Tolong!" Kata-kata permintaan tolong ini terpekik di tenggorokan dan tidak bisa keluar dari mulut Bu Lela. Mendadak wanita ini menjadi bisu.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments