Bab 10. Pertolongan Nenek Tua

Malam hari menjelang Qori, Bu Lela, Bik Eva dan sang suami pulang ke rumah Karmila lagi.

Sampai di rumah saat mereka mengucapkan salam dan mengetuk pintu tidak ada yang menjawabnya. Oleh karena itu Qori langsung mencoba memutar handle pintu.

Pintu terbuka membuat semua orang kaget. Ternyata rumah Karmila dalam keadaan tidak terkunci.

"Loh Karmila sama Faiz enteng banget sih. Masa pintunya tidak dikunci sedangkan mereka pasti sudah tidur," protes Bik Eva sambil menebak-nebak.

"Iya ya, bagaimana kalau ada pencuri ataupun perampok masuk? Teledor banget sih mereka," tambah Bu Lela.

"Jangan-jangan terjadi sesuatu sama kak Karmila." Qori langsung berlari ke arah kamar sang kakak.

"Sudahlah kita masuk saja," usul paman sebab melihat Bu Lela dan istrinya malah terbengong di depan pintu.

"Hah, baik Pak. Ayo Bu Lela!"

Bu Lela pun mengangguk dan ketiganya masuk bersama-sama.

"Kenapa kamu berbalik, ada apa?" tanya Bu Lela melihat Qori kembali dengan tergesa-gesa.

"Nggak ada apa-apa Bik," jawab Qori dan berjalan keluar rumah.

Semua orang mengernyit dan berjalan terus hingga sampai di depan pintu kamar Karmila.

"Sepertinya kita juga harus melakukan hal yang sama. Keluar sebab takut menganggu keduanya," ujar paman ikut berbalik.

"Ada apa sih?" Bik Eva malah melongo ke dalam kamar karena penasaran.

"Oh mereka sedang berpelukan, biarkan saja," ucap Bik Lela melihat Faiz dan Karmila tidur saling berpelukan. Entah mengapa mereka memilih tidur dengan posisi seperti itu sedangkan selang infus masih menempel di pergelangan tangan Karmila.

"Biarkan saja asal kita jangan berisik," ucap Bu Lela sambil duduk di kursi ruang tamu diikuti oleh Bik Eva dan paman.

"Oh ya Bu Lela, malam ini kami bertiga akan kembali ke kampung. Saya nitip Karmila ya," ujar paman pada mertua keponakannya itu.

"Secepat itu kalian akan kembali?" tanya Bu Lela kaget.

"Iya sebab kan Faiz tidak jadi mati. Itu berarti tidak ada acara tahlilan yang harus diurus, bukan? Lagipula Faiz sudah kembali sehingga kita tidak perlu mengkhawatirkan keadaan Karmila karena kami yakin Faiz bisa menjaganya."

Bu Lela terdiam mendengar perkataan paman.

"Iya Bu Lela, besok kami ada orang yang bekerja di sawah. Jadi tidak enak kalau mereka bekerja sementara tidak ada kami di sana. Lagi pula Qori besok ujian jadi kami tidak bisa berlama-lama di sini," tutur Bik Eva panjang lebar.

"Ya saya sendirian dong di sini," keluh Bu Lela.

"Ya tidak sendirian lah Bu Lela, kan ada Karmila sama Faiz putramu, kenapa Bu Lela malah merasa sendirian begitu?" protes paman.

"Hah, baiklah," ujar Bu Lela sambil menghembuskan nafas berat.

"Bu Lela tadi siang kan juga sudah bermain ke rumah tetangga? Itu artinya Bu Lela sudah banyak kenalan di tempat ini."

Bu Lela hanya mengangguk meskipun dalam hati tidak ikhlas jika ketiganya meninggalkan dirinya di kediaman Faiz dan Karmila saat ini.

Mereka bertiga mengobrol panjang lebar sebelum akhirnya pamit pada Karmila dan Faiz sebab ketika dilihat keduanya masih terlelap dalam tidurnya.

Suara Bu Lela, paman dan Bu Lela terdengar berisik sehingga membangunkan Faiz.

Faiz menyingkirkan tangan Karmila yang memeluk dirinya dengan hati-hati sebab takut tidak sengaja menyentak selang infus di tangan wanita itu.

"Bang Faiz mau kemana?" Karmila mengencangkan pelukannya agar Faiz tidak meninggalkan dirinya lagi.

"Jangan tinggalkan aku lagi," gumamnya masih dengan mata tertutup.

"Tenanglah aku tidak akan kemana-mana. Sepertinya mereka ada di ruang tamu," ucap Faiz meyakinkan Karmila.

"Siapa yang berada di ruang tamu?" tanya Karmila lagi masih dengan mata tertutup.

"Sepertinya ibu, bibik dan juga paman," sahut Faiz membuat Karmila langsung duduk.

"Pelan-pelan Dek nanti infusnya copot. Siapa yang akan membenarkan? Bukannya suster yang merawat dirimu sudah tiada?"

Karmila mengangguk lemah. Dia sedih mendengarkan bahwa suster Anita sudah tiada. Padahal tadi siang dia masih mengobrol dengannya dan suster Anita sangat baik menurut Karmila.

"Tapi tenanglah aku akan mencari perawat yang baru untukmu," ujar Faiz sambil berjalan keluar.

"Bang kalau benar paman ada di luar, tolong suruh ke sini ya!"

Faiz mengangguk. "Baiklah."

"Semoga terbukti bukan paman yang membunuh suster Anita. Tuhan kabulkan doaku ini." Karmila menadahkan tangan ke atas lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangan tersebut sebagaimana orang berdoa biasanya.

"Nak Faiz sudah bangun, kebetulan kami mau pamit pulang!" seru paman saat Faiz melangkah ke arahnya.

"Karmila ingin paman menemuinya di kamar." Bukannya merespon perkataan paman dari istrinya itu malah mengutarakan keinginan istrinya.

"Baik sekaligus saya mau berpamitan."

Faiz mengangguk dan kembali ke kamar. Paman, Bik Eva dan Bu Lela pun turut masuk ke kamar Karmila.

"Paman bebas?" tanya Karmila sumringah saat sang paman hendak menghampiri dirinya di ranjang.

"Iyalah, paman kan bukan pembunuh," ujar sang paman dengan begitu antusias.

Faiz yang berada di samping Karmila nampak kaget.

"Apa pelakunya sudah diketemukan?" tanya Karmila tak percaya, tetapi bagaimanapun alasannya dia tetap senang sang paman bebas.

Karmila tahu dan yakin pamannya itu tidak mungkin berbuat jahat. Karmila sangat mengenal kepribadian pamannya itu karena sejak kecil dirinya memang tinggal bersama paman dan bibinya dan selama itu pula Karmila tahu bahwa pamannya tidak pernah berbuat yang neko-neko apalagi berbuat hal di luar nalar. Bukan hanya seratus persen seribu persen pun Karmila yakin bahwa sang paman adalah orang baik-baik.

"Saya percaya sama paman bahwa Paman tidak mungkin melakukan yang dituduhkan, tetapi bagaimana caranya paman membela diri hingga bebas sedangkan semua bukti sudah mengarah pada paman?"

"Semua ini tidak lepas dari pertolongan nenek tua. Dia yang bersaksi di depan polisi bahwa dia melihat orang yang membunuh suster Anita itu bukanlah saya."

"Jadi siapa pelaku yang sebenarnya katanya?" tanya Karmila penasaran.

Sebelum menjawab sang paman memandang tajam ke arah Faiz membuat perasaan laki-laki itu mendadak tidak nyaman dan gelisah.

"Kenapa Abang jadi gusar? Apa Abang mengenal nenek itu?" tanya Karmila penasaran.

"Ah tidak, saya tidak mengenalnya," bohong Faiz.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!