Bab 18. Tak Percaya

Itu kan?

Itu kan mayat wanita semalam yang menghantui ku? tanya Bu Lela pada dirinya sendiri.

Tubuh wanita itu bergetar kembali karena ketakutan.

"Apa mungkin Faiz membunuh wanita ini dan menyembunyikan wanita ini dalam peti untuk menghilangkan jejak? Mana mungkin Faiz menjadi seorang pembunuh?" tanya Bu Lela dalam hati.

Bu Lela berjalan mundur hingga tubuhnya membentur dinding.

Bruk.

Pintu seketika tertutup dengan keras membuat Bu Lela kaget dan menoleh.

Kali ini Bu Lela berlari menuju pintu dan hendak berlari dari kamar tersebut.

"Faiz apa yang kamu lakukan Nak?" batin Bu Lela. Wanita itu menggeleng tak percaya. Keringat dingin bercucuran saat menyadari pintu tidak bisa dibuka lagi.

Mana kuncinya tadi? Bu Lela panik lalu merogoh saku bajunya. Namun, kunci pintunya tidak ada di sana.

Gawat apa yang harus aku lakukan?

Bu Lela menyeka keringat yang semakin deras mengalir di keningnya.

Faiz kenapa kau malah memelihara mayat Nak? Pantas saja rumah ini menjadi horor. Ibu hanya berharap semoga bukan kamu pelaku kejahatan ini.

Jantung Bu Lela memompa lebih cepat.

Bu Lela menoleh ke sana kemari mencari keberadaan kunci kamar itu, seingatnya kunci tersebut masih dia biarkan menggantung di lubang kunci tapi saat dia periksa sudah tidak ada di tempatnya.

Tapi kuncinya tadi menggantung di luar pintu. Berarti pintu ini dikunci dari luar.

Bu Lela terus berusaha membuka pintu kamar itu dengan terus memutar handle berkali-kali. Ingin rasanya dia berteriak minta tolong dan mengatakan 'buka pintunya!' sayangnya sampai saat ini suara Bu Lela belum kembali juga.

Tuhan tolonglah hamba-Mu ini.

Tidak ada tempat meminta pertolongan melainkan hanya pada Allah. Apalagi saat keadaan tidak memungkinkan ada orang yang bisa menolongnya. Tempat satu-satunya meminta perlindungan adalah pada Tuhan semata.

Bu Lela dengan tubuh gemetar mencoba mendobrak pintu. Nyatanya kekuatan tubuhnya tidak sebesar itu.

Tok tok tok.

Kreeet kreeet.

Terdengar ketukan pintu disertai bunyi pintu yang terdengar berderit.

Bersamaan dengan itu ada musik yang dimainkan disertai suara wanita yang menyanyi Lengsir Wangi.

Itu kan ... itu kan lagu horor itu.

Bayangan Bu Lela langsung teringat pada film KKN Desa Penari yang sempat viral.

Aku tidak berbuat hal yang aneh-aneh seharusnya aku tidak mati, kan?

"Heh heh, heh, heh." Tiba-tiba terdengar isakan tangis seorang wanita.

Dia lagi kah ini?

Bu Lela berharga wanita yang memakai baju pengantin dan kini berada dalam peti mati itu tidak bangkit.

"Tuhan! Tuhan! Tuhan!" seri Bu Lela dalam hati saat papan kayu yang menutup setengah peti itu berderak dan peti bergetar hebat sehingga suara-suara itu berpadu dengan musik horor yang masih berputar menambah suasana semakin mencekam.

Lampu yang tadi sudah dinyalakan mendadak mati membuat keadaan di kamar itu melebihi malam hari.

Tampak cahaya merah keluar dari dalam peti membuat pandangan Bu Lela menjadi silau.

Ini siang kan? Tidak mungkin hantu akan muncul di siang hari.

Wanita itu mencoba menguatkannya diri. Mencoba menghalau rasa takut yang semakin mendominasi.

Faiz! Karmila! Cepat pulang Nak! Kenapa kau lama sekali?

Benar saja ketika cahaya itu menghilang hantu wanita semalam terlihat berdiri di atas peti tanpa kakinya berpijak pada peti ataupun papan kayu.

"Pergilah jangan ganggu aku lagi. Aku tidak pernah menganggumu!" teriak Bu Lela dalam hati. Namun, tentu saja hantu wanita itu mendengarnya.

"Ha–ha ... haha haha." Hantu wanita itu tertawa menggema di dalam ruangan. Bahkan sama seperti semalam ada banyak makhluk tak kasat mata yang ikut tertawa. Bu Lela merasakan dirinya sudah dikelilingi makhluk astral saat ini.

"Ini bukan kuburan, kan?" batinnya.

"Ka–u memang tidak pernah melakukan kesalahan, tapi putramu Faiz Abyard sudah banyak membunuh orang." Suara hantu wanita itu seolah menembus telinga Bu Lela.

Ti–dak, itu tidak benar.

"Dia telah membunuh calon suami saya dan juga membunuh banyak perempuan. Putramu Faiz adalah seorang psikopat." Wanita hantu itu memandang Bu Lela dengan mata yang menyala dan penuh aura dendam.

Ti–dak.

Bu Lela tidak percaya dengan apa yang diucapkan hantu wanita itu. Dia dan suaminya sudah mendidik putranya dengan baik.

Menyekolahkan Faiz di sekolah terbaik bahkan sejak madrasah Tsanawiyah dia dan suaminya pun menitipkan putranya pada seorang kyai terkenal di pesantren besarnya. Bagaimana mungkin Faiz bisa membunuh orang sebab sudah dibekali dengan ilmu agama yang tinggi bahkan pria itu adalah lulusan terbaik di pesantren dan kampus yang juga masih berada di bawah naungan pesantren besar itu juga?

"Kau memfitnah putraku! Rupanya kau masih gentayangan karena tidak tenang sebab belum menemui siapa pembunuh yang sebenarnya. Jika memang Faiz pelakunya harusnya kau sudah tenang dan bisa membalas dendam padanya. Nyatanya kau tidak bisa balas dendam padanya, kan? Itu artinya kau salah orang. Faiz bukanlah pembunuh!" teriak Bu Lela dalam hati.

"Aku melihat sendiri dengan mata kepala saya sendiri perempuan tua!" Hantu wanita yang dibuat kesal oleh Bu Lela langsung mencakar wajah Bu Lela hingga dari wajah wanita setengah baya itu mengalir darah segar.

Bu Lela meringis kesakitan sambil mengusap wajahnya. Kini tangannya berlumuran dengan darah.

Wanita itu kaget lalu berteriak sekuat tenaga. Namun, tetap saja tidak pernah berhasil.

"Mau apa kau sebenarnya? Jika kamu ingin balas dendam pada Faiz lakukan langsung pada orangnya!" teriak Bu Lela lagi. Tentu saja masih di dalam hati.

"Itu tidak menarik. Aku harus menyakiti hati orang-orang terdekatnya dulu sehingga dia merasakan sakit hati seperti yang saya alami. Kalau perlu dia juga harus merasakan kehilangan seperti yang pernah aku rasakan."

Hantu wanita itu mendekat lagi lalu mengulurkan tangan ke leher Bu Lela kemudian mencekiknya dengan kuat.

Bu Lela memberontak, mendorong tubuh hantu dengan kuat. Setelah lepas dari cengkraman Bu Lela berlari ke arah peti dan mengambil papan kayu lalu memukulnya dengan kuat ke tubuh hantu wanita itu.

Hantu wanita itu murka, dia mengeluarkan suara seperti orang bersendawa. Beberapa saat kemudian muncullah makhluk-makhluk halus lainnya yang serentak bergerak ke arah Bu Lela.

Mereka secara bersama-sama mencekik Bu Lela.

"Ah, ah, ah." Bu Lela tersengal-sengal. Dia hampir saja kehabisan nafas.

"Yang perlu kamu lakukan sekarang hanyalah membujuk anak dan menantumu untuk pergi dari tempat ini. Pergi secepatnya dari rumah itu!"

Kata-kata nenek tua terngiang-ngiang di telinga Bu Lela. Jika hari ini dia mati berarti dirinya sendiri yang memilih jalan kematian itu karena sama sekali tidak mengindahkan perintah orang yang telah menasehatinya.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!