Bab 16. Kecurigaan

"Siapa itu? Kenapa aku merasa tengah diawasi oleh seseorang?" batin Bu Lela.

Wanita itu langsung kembali ke ruang tengah dan duduk di sana.

"Tidurlah Bu," seru Faiz dari dalam kamarnya.

[Karmila sudah tidur?]

"Sudah kalau ibu mau menemaninya, bolehlah ibu tidur di kamar kami?"

[Kamu sendiri?]

"Nanti saya tidur di ruang televisi saja, tapi rasanya saya tidak akan tidur siang ini. Belum mengantuk."

Bu Lela mengangguk dan langsung masuk ke dalam kamar kemudian berbaring di samping Karmila. Kebetulan ranjang dalam kamar Karmila lebar sehingga meskipun ditiduri oleh dua orang masih ada sisa kasur yang kosong. Jadi tidak khawatir jika tubuh Bu Lela akan menyenggol tubuh Karmila.

Sementara Bu Lela mencoba memejamkan mata di samping Karmila yang sudah lebih dulu tertidur pulas, Faiz menghidupkan televisi lalu berbaring di atas sofa sambil menikmati acara yang disiarkan oleh stasiun televisi yang dipilihnya.

Satu jam kemudian terdengar dengkuran halus dari Bu Lela dan juga dari Karmila sedangkan Faiz yang sudah lelah menonton televisi langsung mematikannya dan memeriksa kedua wanita yang tidur di kamarnya itu masih belum ada yang bangun juga.

"Sepertinya mereka tidur sangat nyenyak sekali," gumam Faiz dengan senyuman yang mengembang di bibirnya. Buru-buru pria itu berjalan ke belakang. Sampai di dapur dia langsung menoleh ke arah kamar yang selalu terkunci itu.

"Dimana sudah saya meletakkannya kuncinya?" Pria itu mengangguk-angguk kepalanya sambil berpikir.

"Aldia aku sudah lama tidak mengunjungimu." Faiz terlihat sedih bahkan menetes air mata.

"Oh ya kuncinya ada di sana." Dia langsung memeriksa di belakang lukisan. Dia baru ingat beberapa bulan yang lalu menaruh kunci tersebut di belakang lukisan alam pengunungan.

Faiz lalu meraih kunci tersebut dan segera membuka kunci.

Di dalam kamar Bu Lela yang tadinya tertidur pulas tiba-tiba terbangun dari tidurnya karena merasakan keinginan buang air kecil.

"Kenapa harus merasa ingin pipis saat aku lagi enak-enaknya tidur sih?" Bu Lela kesal, setelah semalaman tidak bisa tidur dengan normal sekarang juga harus terbangun saat sedang lelap-lelapnya.

"Kenapa Bang?" tanya Karmila yang mendengar suara ranjang berisik akibat gerakan Bu Lela. Wanita itu bertanya masih dengan mata yang terpejam. Sepertinya Karmila berada dalam fase sadar tidak sadar.

"Bu Lela mengusap-usap tangan Karmila agar wanita itu tidak terganggu dengan gerakannya yang akan turun dari ranjang.

"Aku harus segera ke kamar mandi, kalau tidak pipisnya bisa keluar di sini," batin Bu Lela saat perut bagian bawahnya terasa sudah sangat menekan dan seolah-olah wanita itu sudah merasakan tidak bisa menahan lagi buang air kecil.

Wanita itu berlari keluar kamar dan juga berlari menuju kamar mandi yang berada di sebelah dapur. Namun, belum sempat Bu Lela sampai ke kamar mandi dia melihat pintu kamar kosong yang biasa tertutup kini malah terbuka.

Siapa yang membukanya?

Bu Lela penasaran. Dia melangkahkan kakinya perlahan agar derap langkah kakinya tidak terdengar oleh orang yang membuka pintu kamar tersebut.

Bu Lela mengintip sedikit ke dalam kamar tersebut melalui pintu yang terbuka separuh.

Faiz?

Bu Lela tertegun melihat seorang pria berdiri di depan sebuah peti dengan tangan menyentuh ke dalam peti. Dari warna dan jenis pakaian yang dikenakan pria itu, Bu Lela dapat menebak bahwa pria itu adalah putranya.

Apa yang dia lakukan di sana? Bukankah sepertinya dia tidak suka jika aku melihat ke dalam kamar ini? Faiz mengatakan ini adalah gudang, tetapi mengapa kamar ini kosong dan tidak ada barang-barangnya kecuali hanya sebuah peti? Apa isi peti itu adalah harta karun? Kalau iya darimana Faiz mendapatkan itu semua? Jangan-jangan Faiz merampok dan hantu semalam adalah wanita yang ia rampok kemudian dia bunuh?

Bu Lela bergidik sendiri mengingat hantu wanita semalam mengatakan hutang darah dibalas dengan darah. Itu artinya wanita semalam ingin balas dendam.

Atau di dalam peti itu ada alat-alat pesugihan ataupun alat-alat tenung?

Pikiran Bu Lela sudah sangat negatif mengingat Faiz bisa bangkit dari kematiannya. Dia pikir kalau Faiz tidak memiliki kesaktian mana mungkin bisa hidup kembali.

Ya Tuhan mengapa diriku bisa ingkar dengan kuasaMu dan bisa curiga dengan anak sendiri? Astaghfirullah hal adzim.

Bu Lela mengusap wajah dengan kedua tangannya sebagai usaha untuk menghentikan pikiran buruknya.

Tapi apa yang Faiz lakukan di situ? Kenapa menurutku dia aneh akhir-akhir ini? Atau hanya perasaanku saja sebab sudah dikuasai rasa takut? Mengapa sepertinya dia menangis?

Bahu Faiz terlihat naik turun dengan cepat dilihat dari belakang. Bu Lela menebak kalau tidak menangis berarti Faiz saat ini sedang marah. Namun, mendekati ke arah menangis melihat Faiz beberapa kali mengusap wajahnya yang Bu Lela tebak adalah mengusap air mata.

Bermacam pemikiran berkecamuk dalam hati Bu Lela, dan satupun dia tidak bisa memastikan yang mana dugaannya yang benar.

Tiba-tiba tangan Bu Lela tersenggol handle pintu sehingga menimbulkan suara yang terdengar nyaring di ruangan yang sepi itu.

"Siapa itu?" seru Faiz dari dalam.

Bu Lela yang tidak ingin ketahuan segera berlari kembali ke dalam kamar Karmila dang merebahkan tubuhnya di samping menantunya lagi.

Faiz berjalan menuju pintu dan memeriksa, tetapi ternyata tidak ada orang di sana.

"Siapa sih tadi? Apa suara cicak yang menabrak sesuatu?"

Faiz langsung teringat pada Bu Lela.

"Ibu."

Segera pria itu berjalan cepat ke kamar dan memeriksa ke dalam.

"Ibu dan Karmila sama-sama masih tidur, apa aku berhalusinasi ya tadi?"

Faiz mencoba menatap mata Bu Lela dengan inten. Bu Lela mencoba memejamkan mata dengan susah payah. Dia berdoa agar tidak ketahuan Faiz sebab mata orang yang dipaksa tertutup dengan orang yang benar-benar menutup mata karena tidur pasti berbeda.

Bu Lela menggeliat lalu memiringkan tubuhnya sambil berdoa dalam hati agar aktingnya jangan sampai ketahuan Faiz. Bu Lela mencoba mendengkur halus.

"Ternyata ibu benar-benar masih tidur, Karmila juga. Terus kenapa tadi saya merasa ada yang mengawasi? Ah mungkin saja itu hanya pikiranku saja."

Faiz berjalan keluar kamar dan memeriksa keluar sedangkan Bu Lela akhirnya bernafas lega.

"Sepertinya aku tidak bisa pulang sekarang, aku harus tahu apa yang ada dalam peti di kamar kosong itu," tekad Bu Lela.

Dia harus tahu apa yang sebenarnya dilakukan Faiz di belakang dirinya. Semoga saja Faiz tidak melakukan hal yang membahayakan dirinya maupun keluarga," batin Bu Lela lalu menghembuskan nafas panjang. Rasa ingin buang air kecil hilang sudah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!