"Terus bibi sekarang ada dimana?" tanya Karmila dengan raut wajah yang sedih sebab dirinya saat ini tidak bisa berbuat apa-apa. Jangankan pergi menolong sang paman berjalan saja dirinya masih kemah.
"Ikut ke kantor polisi mendampingi paman," jawab Qori.
"Kenapa kamu malah nggak ikut?"
Qori menggeleng dan berkata, "Tidak Kak kalau saya juga ikut siapa yang akan menjaga kakak di sini?"
"Kan ada ibu? Lagi pula sekarang juga sudah ada bang Faiz di sini." Karmila melihat ke arah ibu mertuanya dan juga Faiz secara bergiliran.
Sontak saja Qori langsung menoleh kepada Faiz yang sekarang sudah berdiri mematung di samping Karmila.
"Dia–?"
Qori kaget, dia pikir saat dirinya melihat Faiz tadi hanyalah halusinasi semata atau memang sosok pria itu adalah arwah dari Faiz yang masih bergentayangan sebab masih belum genap tujuh hari meninggalkan dunia. Namun, rasa khawatir, panik, dan sedih dari Qori mengalahkan rasa takutnya untuk sementara.
"Iya Bang Faiz masih hidup," terang Karmila yang melihat Qori tampak tertegun di tempatnya.
"Oh Tuhan benarkah itu semua Kak?" hampir saja Qori tidak percaya, tetapi saat melihat Faiz ada bayang-bayangnya Qori kemudian bernapas lega sebab yang dia tahu dari orang-orang kalau hantu tidak memiliki bayang-bayang dan juga tidak menginjak lantai.
"iya Dek kamu tahu aku bahagia sekali hari ini, tapi ternyata kebahagiaanku hanya sementara sebab mendengar kabar paman ditangkap polisi."
Qori mengangguk dengan ekspresi wajah yang tidak ada bedanya dengan Karmila, dia juga terlihat sangat bersedih.
"Kalau begitu saya menyusul ke rumah sakit ya Kak," pamit Qori.
"Iya pergilah sana katakan pada pak polisi bahwa saya pun bersedia dan siap untuk memberikan kesaksian bahwa memang paman ada di dalam rumah ini sejak pulang dari rumah sakit."
"Baik Kak. Mas Faiz aku titip kak Karmila ya," ujar Qori pada Faiz dan Faiz pun mengangguk.
"Kalau begitu aku pamit pulang," ujar Bu Darma. Setelah mendapat jawaban berupa anggukan dari Karmila, Bu Darma bangkit berdiri dan berjalan ke arah pintu kamar.
"Terimakasih ya Bu, atas semuanya."
"Sama-sama Nak Karmila." Wanita itupun meninggalkan rumah Karmila dan Faiz.
Saat Qori hendak meninggalkan rumah, Bu Lela malah mengejar keluar dan memanggilnya. "Hai Qori kamu mau kemana?"
Qori menghela nafas.
Bukankah dia sudah tahu tadi aku mau kemana?
"Ke kantor polisi Bik, ingin mendampingi paman sekaligus ingin memberikan kesaksian bahwa sejak kemarin paman bersamaku. Kita tidak berpisah lebih dari 5 menit, bagaimana mungkin paman bisa melakukan pembunuhan seperti yang dituduhkan?"
"Aku ikut!"
"Bibi tidak ingin menemani Kak Karmila? Kasihan dia hanya berdua dengan Bang Faiz."
"Biarkan saja mereka berdua, kan baru bertemu lagi setelah mati suri. Mungkin mau kangen-kangenan atau mau berbagi cerita satu sama lain," kilah Bu Lela padahal hanya takut saja jika dirinya berada di rumah tersebut tanpa ada temannya sedangkan Karmila sendiri masih tampak lemah.
"Baiklah tapi bibik harus izin dulu ya pada Kak Karmila. Kalau diizinin ya boleh-boleh saja ikut, jika tidak terpaksa Qori pergi sendirian."
"Baik Qori, kau tunggu di sini ya, aku mau ketemu Karmila dulu." Bu Lela kembali masuk ke dalam kamar.
Qori menjawab dengan anggukan dan lalu duduk di kursi di mana di atas mejanya masih ada makanan sisa makan Qori, paman, bibik dan juga Bu Lela.
Qori hanya menggeleng melihat Bu Lela yang tidak ada inisiatif untuk membereskan makanan tersebut padahal dirinyalah yang terakhir makan.
"Karmila ibu pergi dulu ya!" pamit Bu Lela saat berdiri di depan pintu kamar Karmila.
"Loh ibu mau kemana?" tanya Karmila kaget melihat sang mertua juga ikut-ikutan mau pergi padahal dari tadi mertuanya itu tidak mengatakan apa-apa saat Qori pamit pergi.
"Mau menemani Qori, katanya dia tidak tahu jalan di sini. Takutnya dia tersesat. Jadi lebih baik saya temani saja."
"Baiklah kalau begitu, ibu pergi saja," ucap Karmila pasrah. Dia tidak mau Qori pergi dan tidak kembali.
Bu Lela mengangguk sambil tersenyum lalu berlari menyusul Qori.
Sepeninggal Bu Lela dan Qori, Karmila terlihat memeluk tubuh Faiz.
"Bang kenapa bau tubuh Abang berubah sih?" tanya Karmila heran.
"Tidak ada yang berubah kok," ujar Faiz meyakinkan Karmila.
"Masa sih?" Karmila tampak mengingat-ingat. Bahkan bau tubuh Faiz tidak berubah saat menjadi mayat, kenapa sekarang malah berubah?"
"Mungkin karena aku sempat mengalami mati suri. Jadi kehidupanku bisa dianggap kehidupan yang kedua, jadi pasti ada perubahan lah," Jelas Faiz lagi.
"Mungkin saja." Karmila tidak tahu harus berkata apa. Melihat Faiz sudah hidup saja dirinya sudah merasa bahagia. Kenapa huge harus masalah dengan bau tubuhnya yang berbeda setelah kembali?
"Atau mungkin karena kehamilanmu, jadi bisa saja bau-bau yang menurutmu dulu sangat wangi sekarang malah tercium seperti bau busuk ataupun sebaliknya," terang Faiz kemudian.
"Hah, kau benar Bang. Bang Faiz sudah makan?"
"Sudah tadi sudah makan rujak."
"Dapat darimana? Beli?"
"Nggak dikasih tetangga. Tetangga di sini baik-baik sehingga aku bisa betah."
"Berarti kita tidak salah ya memilih rumah?"
"Benar sekali, ini adalah rumah yang tepat untuk kita merajut masa depan bersama," ujar Faiz sambil mengelus-elus perut Karmila.
"Oh ya, bagaimana Bang Faiz tahu aku hamil? Mila dan semua keluarga kan belum ada yang memberitahu?" tanya Karmila heran.
"Kamu kayak nggak tahu manusia-manusia zaman sekarang. Sebelum kamu pulang dari rumah sakit pun kabar kehamilanmu sudah beredar."
"Oh ya?"
"Ya begitulah, aku malah mendengar tidak langsung dari mulut ibu-ibu yang bergosip tadi."
"Sejak kapan Bang Faiz mendengarkan ibu-ibu yang bergosip. Bukankah Bang Reza kalau ada ibu-ibu yang ngumpul tidak ada perlunya langsung pergi dan tidak mau mendengarkan gosip dari mereka. Kenapa sekarang malah mendengarkan?"
"Oh itu karena sekilas saya mendengar mereka menyebut namamu. Jadi tidak ada salahnya kan saya menguping dan ternyata kabar yang mereka sebarkan adalah kabar baik."
Karmila hanya mengangguk. Dia percaya saja apa yang diungkapkan oleh Faiz.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments