Bab 4. Mayat Hidup

Namun, orang-orang langsung kaget saat keranda dibuka mayat di depannya malah duduk.

"Aaaa!" Orang-orang langsung lari terbirit-birit.

"Kenapa kalian pergi semua tolong dong anak saya!" mohon Bu Lela.

"Bagaimana kami tidak kabur Pak ustadz saja lari," jawab seseorang dengan suara berteriak sebab jaraknya sudah jauh dari Bu Lela.

"Faiz kamu hidup lagi apa cuma mau nakut-nakutin kami semua Nak?" Bu Lela memberanikan diri untuk bertanya meskipun tubuhnya bergetar hebat menahan rasa takut.

Sreet.

Terdengar suara sobekan.

Bu Lela yang melihat jenazah Faiz merobek kain kafan akhirnya memutuskan untuk meninggalkan tempat itu juga. Wanita itu lari sambil terbirit-birit.

"Hei kalian semua! Tunggu aku!"

Bu Lela berlari menyusul orang-orang.

Jenazah Faiz berdiri dengan berjalan ke arah rumahnya.

Dengan tatapan mata yang merah padam dia menatap orang-orang yang dilewatinya. Tentu saja orang-orang berdiri mematung karena kakinya tidak bisa digerakkan tatkala Faiz lewat di depannya.

Setelah Faiz melewati mereka, orang-orang saling senggol.

"Bagaimana ini? Dia Faiz yang hidup kembali atau bagaimana?"

"Menurutmu?"

"Kayaknya setan sebab matanya seolah mengobarkan api."

"Ah kau salah lihat kali, kok aku lihat tadi pandangannya biasa saja, teduh malah."

"Ya sudah kalau tidak percaya tidak apa-apa."

Faiz melangkah terus, tidak memperdulikan tatapan orang-orang yang takut tetapi penasaran. Apalagi omongan mereka yang sama sekali tidak berarti untuknya.

Dia masuk ke dalam rumah, mandi dan memakai pakaian lalu keluar dari rumah dan melempar kain kafan yang dipakainya tadi sembarangan. Setelah itu pria itu duduk di kursi yang ada di depan rumah seperti patung.

"Hiiih." Orang-orang yang terkena lemparan kain itu meringis dan langsung pergi dari tempat pengintaian yaitu dibalik tembok pagar rumah Faiz.

"Bu Lela sepertinya putramu hidup kembali," bisik seseorang di telinga Bu Lela, ibu dari Faiz sendiri.

"Biarkan saja aku tidak mau pulang ke rumah itu. Aku takut sendirian. Boleh numpang tinggal di rumah kamu 'kan?"

"Bolehlah Bu kenapa tidak? Asal jangan sampai anak ibu menyusul ibu ke rumah saya. Kalau itu terjadi terpaksa saya harus menyuruh ibu pergi dari sana."

"Iya, iya. Sebentar saja kok. Nanti kalau Qori beserta paman dan bibinya kembali aku akan minta antar pulang pada mereka."

"Baiklah ayo ke rumahku sekarang." Bu Lela mengangguk dan mengikuti arah langkah tetangga dari anak menantunya itu. Untung saja masyarakat di sana ramah-ramah dan bisa langsung akrab dengan pendatang baru sehingga siapa saja yang masuk dan tinggal di daerah itu akan mudah berbaur dengan masyarakatnya.

Meskipun hidup di pinggiran kota, masyarakat di tempat itu masih memiliki sikap gotong royong ya tinggi sama seperti di desa.

"Nak apa tidak sebaiknya kau temui saja putramu dan tawarkan dia makan. Bagaimana kalau dia lapar sedangkan dirimu malah menghindarinya," saran seseorang yang lain.

"Kalau nenek berani, nenek saja yang beri makan. Ini saya kasih uang untuk beli nasinya." Bu Lela menyodorkan selembar uang seratus ribuan pada wanita tua yang memberikan usul tadi.

"Baiklah." Wanita tua itu menerima uang dari tangan Bu Lela dan berjalan menjauh dari orang-orang.

Bu Lela mengernyit. "Mau kemana dia?"

"Mungkin beli rujak di depan toko sana."

"Jauh?"

"Lumayan sekitar lima ratus meteran dari sini."

"Oh."

Sebenarnya Bu Lela kasihan melihat wanita tua itu yang berjalan dengan tertatih-tatih menggunakan tongkat, tapi apalah daya saat ini dirinya benar-benar takut pada putranya sendiri.

"Ya ampun kenapa aku tidak membeli sendiri saja tadi dan baru berikan pada nenek itu agar diberikan pada Faiz."

"Sudahlah, nenek itu terlanjur pergi. Lagipula uang yang kamu berikan 'kan lebih dari cukup untuk sekedar membeli rujak. Saya rasa sisanya lebih dari cukup sebagai upah dia."

"Ya, bagaimana mau langsung pulang ke rumahku atau mau melihat Faiz makan dulu. Barangkali kamu mau membuktikan dia itu benar-benar putramu atau bukan."

"Maksudmu?"

"Kalau dia makan rujaknya nanti berarti dia manusia dan memang benar Faiz putramu, tapi kalau dia tidak mau makan mungkin saja hanya jasad Faiz yang bergerak, tapi rohnya bukan."

Darr.

Baru saja wanita itu menyelesaikan kalimatnya, petir menyambar di udara dan angin kencang datang membawa air hujan.

"Ayo-ayo kita pulang saja." Tangan Bu Lela ditarik hingga wanita itu berlari sempoyongan.

Hujan mengguyur lebat bumi. Orang-orang pada masuk rumah masing-masing bahkan hewan-hewan seperti ayam, kucing dan burung pun mencari tempat teduh untuk menghindai guyuran air hujan yang kekuatannya begitu besar.

Nenek ringkih yang membeli rujak tadi berjalan di tengah derasnya hujan tanpa memperdulikan apapun. Dia menenteng kresek hitam di tangannya dan berjalan menuju rumah Faiz.

"Ini Nak kamu makan dulu, saya pikir kamu pasti lapar saat ini."

Faiz tidak berkutik. Dia tetap seperti patung dan sama sekali tidak ada keinginan untuk menjawab ataupun mengambil bungkusan yang disodorkan oleh nenek yang berdiri di depannya.

"Terimalah dan cepat makan!" perintah nenek itu, mulai agak kesal karena Faiz tidak ada reflek sama sekali.

Tetap tidak ada respon.

"Ah buat apa kamu hidup lagi kalau hanya mau menjadi mayat hidup!"

Tetap tidak ada jawaban.

"Bersikaplah seperti ini terus agar orang-orang memandang dirimu aneh dan tidak ingin mendekatimu, bahkan keluargamu sendiri."

Nenek itu menaruh bungkusan di samping tubuh Faiz dan menoleh ke arah Bu Lela tadi berdiri bersama salah satu tetangganya.

"Kemana ibunya tadi? Kok sudah tidak ada? Uang kembaliannya ini bagaimana?" Nenek itu menimang-nimang uang di tangannya.

"Nanti saja saya kasihkan kalau bertemu." Nenek tersebut menyelipkan uang tersebut dalam bra-nya.

"Dan kamu makanlah dan bersikap yang wajar agar para tetangga tidak menganggapmu setan dan menjauhi dirimu."

"Hahaha ... itu memang yang saya inginkan." Tawa Faiz terdengar menggelar seakan bersaing dengan bunyi gluduk yang semakin lama semakin sering terdengar dan suaranya seolah memenuhi langit.

Nenek itu tampak kaget.

"Kau ....!"

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!