Bab 2. Faiz Meninggal

Karmila mengerjapkan mata sebab pupil matanya menyesuaikan cahaya matahari yang masuk. Dia lalu membuka mata dan mendapati tubuhnya terbujur di samping sebuah makam.

Jauh beberapa meter di depan sana ada beberapa orang yang sedang berkerumun. Sebagian dari mereka ada yang mencangkul tanah, membuat liang lahat untuk calon penghuninya.

Karmila termenung mengingat kejadian yang menimpanya tadi malam. Itu mimpi ataukah nyata?

"Jangan-jangan aku sudah mati." Karmila tersenyum pahit dengan prasangkanya sendiri.

"Hei, ada orang di sana!" Seseorang dengan suara sedikit berteriak menunjuk Karmila, lalu beberapa orang bergegas menghampiri wanita itu.

"Kenapa Neng malah ada di sini? Neng tidur di kuburan?" Seorang pria paruh baya menatap Karmila curiga.

"Saya tidak tahu Pak, semalam saya bermimpi buruk dan tadi saat membuka mata sudah ada di sini."

"Astaghfirullah hal adzim, apakah ini sebuah pertanda?"

"Permisi Pak saya harus segera pulang." Karmila langsung memutuskan untuk pulang tatkala mengingat akan Faiz, suaminya yang katanya ada di rumah sakit. Karmila berniat untuk menelpon kembali orang yang menghubunginya semalam. Bukankah log panggilan masuk di ponselnya belum dihapus? Ya, Karmila akan menghubungi balik nomor telepon itu.

Orang-orang membiarkan Karmila pergi. Bisik-bisik dari orang-orang itu mengiringi kepergian Karmila dari area pemakaman.

"Bang Faiz!" teriak Karmila saat mendapati sang suami berjalan ke arahnya dengan baju serba putih. Senyum manis menghias di bibir Faiz saat sang istri menyapanya.

Karmila mengulum senyum mendapati sang suami baik-baik saja padahal pria yang tadi malam menghubunginya mengatakan bahwa Faiz mengalami kecelakaan.

Apakah telepon semalam hanya bagian dari mimpi?

"Karmila senang Abang baik-baik saja." Faiz tidak menjawab hanya tersenyum dan merentangkan kedua tangannya. Dengan langkah cepat Karmila berjalan ke arah Faiz dan langsung masuk ke dalam pelukannya.

Bug.

Karmila terjatuh ke tanah. Ternyata Faiz yang dipeluknya tidak ada.

Karmila tertegun. "Apakah aku masih berada di alam mimpi?" bergumam seorang diri.

Wanita itu bangkit dan langsung berlari ke rumahnya. Sampai di depan pagar rumah dia terdiam melihat banyak orang berkerumun di dalam rumahnya, bahkan di halamannya juga.

"Ada apa ini? Kenapa ramai sekali?"

Orang-orang hanya menatap Karmila dengan iba. Tampak Qori dan ibu mertuanya keluar dari pintu rumah dan berjalan ke arahnya.

"Ada apa Bu? Kenapa Ibu dan Qori tiba-tiba ada di sini tanpa memberi kabar terlebih dulu?"

Ibu mertuanya lalu mengusap-usap punggung Karmila. Dengan air mata yang berderai ibu itu berkata, "Kamu yang sabar ya Nak, Tuhan lebih menyayangi Faiz dibandingkan kita."

Deg.

Ucapan ibu mertuanya langsung membuat tungkai Karmila menjadi lemas seketika.

"Maksud ibu apa?" tanya Karmila memastikan meski pikiran buruk menguasainya.

"Faiz sudah tiada Nak, dia sudah dipanggil ke sisi Allah."

Tubuh Karmila bergetar lagi, sedikit demi sedikit terasa begitu lemah dan kaki jenjangnya tidak mampu menopang tubuhnya lagi. Bersama dengan tetesan air mata tubuhnya luruh ke tanah.

"Ibu bercanda, bukan?" Ibu mertuanya menggeleng lemah.

"Ini bagian dari mimpiku, 'kan?" gumamnya masih dengan suara lemah. Tubuh Karmila limbung dan langsung tak sadarkan diri.

"Mila bangun Nak! Kamu harus bersabar. Bukan hanya kamu yang kehilangan, tapi ibu juga." Ibu Mertuanya mengguncang-guncang tubuh Karmila agar sadar kembali.

Antara nyata dan tidak, Karmila melihat sebuah keranda terbang ke hadapannya dan berhenti tepat di depan wajahnya.

"Kau bebas, kami hanya salah menjemput orang. Kami sudah menemukan penumpang yang sebenarnya." Suara itu terdengar menusuk di telinga Karmila.

"Tidak kau masih salah orang. Suamiku bukanlah penumpangmu hari ini," bantah Karmila dengan nafas yang menggebu-gebu. Dia tidak rela Faiz meninggalkan dirinya sekarang.

"Tidak kali ini kami tidak salah lagi." Suara bulat itu menggema di udara kembali.

"Tidak!!!" teriak Karmila dengan kencang hingga membuat kaget semua orang.

Karmila menekan dadanya saat sadar kembali. Dia lalu berlari ke dalam rumah. Sakit, rasa sakit seakan menghujam ulu hatinya tatkala kini dia melihat sang suami sudah terbujur kaku di atas ranjang. Karmila meraba tubuh suaminya yang sudah dingin, membeku seperti balok es.

"Bang, jangan tinggalkan Mila."

Karmila merosot di samping Faiz, dia sekarang sadar sepenuhnya bahwa semua hal aneh yang dilewatinya benar-benar nyata dan sekarang dirinya harus berpisah dengan sang suami.

"Tolong ambilkan air minum untuk menantuku!"

Orang-orang dengan gerak cepat mengambil apa yang diminta.

Karmila menguatkan hati agar tidak pingsan. Dia ingin melihat sang suami untuk terakhir kali sebelum akhirnya dikebumikan.

Karmila menatap sendu kepergian suaminya saat sudah menaiki kereta terakhirnya, dan yang paling Karmila benci, saat orang-orang menggotongnya, keranda mayat itu seolah tersenyum mengejek dan melambaikan tangan ke arahnya.

"Gila, apakah aku sudah tidak waras?" Karmila memukul kepalanya. Dia merasa stres saat ini.

"Jangan lakukan ini Nak, ibu tahu kamu sedang syok sekarang, tetapi ibu mohon jangan sakiti dirimu sendiri Nak." Ibu mertuanya menyingkap tangan Karmila di kepalanya.

"Saya tidak ingin ditinggalkan oleh Bang Faiz Bu, saya tidak ingin berpisah dengannya. Kami baru saja menikah, mengapa Bang Faiz tega membuatku menjadi seorang janda. Lebih baik aku mati saja daripada harus berpisah dengannya. Arrrgh, aku tidak kuat Bu, aku tidak kuat!" Karmila menjerit histeris sambil memukul dadanya sendiri dengan kuat membuat semua orang langsung berlari ke arah perempuan itu dan mencoba untuk menenangkannya. Tubuh Karmila pingsan kembali dan semua orang langsung menggotong tubuh wanita itu ke dalam kamar.

Sampai di dalam kamar Karmila sadar kembali, tetapi tubuhnya tampak kejang-kejang membuat semua orang yang ada di sisi Karmila panik.

"Lebih baik kita bawa dia ke rumah sakit saja," usul seorang warga.

"Iya Pak tolong dibantu ya untuk membawa menantu saya ke dalam mobil," mohon Bu Lela, ibu dari Faiz.

"Baik Bu." Seorang pria separuh baya langsung sigap menggendong tubuh Karmila dan membawanya ke luar rumah.

"Ada yang bisa menyetir mobil tidak?" tanya Bu Lela lagi. Mobil Faiz masih terparkir di sana tetapi, tidak ada sopirnya.

"Oh biasanya Fadli yang bisa dimintai tolong kami untuk menyetir kalau ada apa-apa. Sebentar saya panggil dia." Warga tersebut langsung mencari keberadaan Fadli sementara pria itu sendiri sedang ikut menggotong keranda.

"Fadli gantikan sama yang lain saja, kami membutuhkan tenagamu untuk menyetir. Kami akan membawa Karmila ke rumah sakit karena kejang-kejang!" teriak warga tadi sebelum Fadli jauh melangkah.

Fadli mengangguk dan meminta orang lain untuk menggantikan posisinya menggotong keranda. Setelah ada yang mengganti dia langsung berlari menuju kerumunan orang-orang.

Sementara beberapa pria lainnnya yang menggotong keranda tidak memperdulikan keadaan Karmila karena punya kewajiban lain untuk membawa jenazah yang dipikulnya menuju tempat peristirahatan terakhir.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Umar Muhdhar

Umar Muhdhar

6

2023-10-22

0

Bunga Tanjung Biru

Bunga Tanjung Biru

ceritanya bagus bnget tpi rada kecewa karna baru awal kok faiznya sdah mninggal.....

2023-09-21

1

Tatya Faza

Tatya Faza

kopi sama kembang setaman buat author biar semangat up nya...

2022-12-02

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!