Waktu berjalan begitu cepat dan tidak terasa, jika saat ini sudah waktunya untuk pulang bagi semua pagawai.
Pukul tiga sore, Denise dan Putri sudah waktunya untuk bersiap-siap pulang. Sedangkan Arwah bocah tersebut masih setia mengekori mereka berdua
“Ini sudah waktunya pulang ya?” tanya Arwah bocah tersebut dengan rasa tidak sabarnya.
“Iya.” Jawab Denise dengan diiringi sebuah senyuman.
“Hore … Akhirnya aku bisa makan ice krim juga,” teriak bocah tersebut yang merasa kegirangan karena akan memakan apa, yang sudah sedari tadi dinginkan. Yaitu ice krim.
“Apa hantu bocah itu menagih janji soal kamu yang akan membelikannya ice krim?” tanya Putri yang masih penasaran dengan Denise yang mengiyakan sebuah suara, yang ia tidak bisa mendengarkannya.
“Iya, dia nagih apa yang sudah kubilang tadi pagi dengannya." Jawab Denise pada Putri disertai sebuah anggukan.
Jika Denise dan Putri menaiki motor, bocah hantu itu kini sedang melayang bebas bak burung yang sedang terbang di atas awan, mengikuti ke mana arah Putri dan Denise membawa motornya.
Sebelum perjalanan pulang Denise sudah meminta Putri untuk berhenti di pusat perbelanjaan, guna membeli apa yang di pinta oleh hantu kecil tersebut.
"Kakak aku ikut ya," ucap Hantu itu.
"Tidak sayang, kamu di sini saja biar aku yang masuk dan kamu tunggulah di sana." Jawab Denise karena ia tidak mau hantu kecil itu terus mengikuti ke mana Denise pergi, bukan karena apa. Sekarang uangnya sudah mulai menipis maka dari itu, Denise menyuruh hantu itu untuk tidak ikut masuk. Nyatanya semua anak kecil bila berada di tempat, penyimpanan maka dia akan mengambil sesukanya.
Akhirnya Denise mendapatkan dua cup ice krim dengan harga enam ribu. Jadi, ia membeli dua saja karena kalau beli dengan ukuran jumbo yang ada jatah makan malam tidak ada.
"Yuk, aku sudah dapat." Denise menepuk pundak Putri agar motor segera dijalankannya.
Sekitar 30 menit. Akhirnya mereka sampai juga di kos.
"Nes, buruan masuk takut hantu itu keburu nungguin." Putri menyuruh Denise untuk mengajak hantu kecil itu untuk segera masuk, setelah turun dari motor.
Sedangkan Putri ikut mengekori langkah Denise yang berjalan ke arah kamarnya.
Ceklek.
Setelah pintu terbuka Denise dan Putri langsung masuk dan diiringi hantu kecil itu juga.
Terlihat hantu itu menerima ice krim yang diberikan oleh Denise dengan raut wajah yang berbinar-binar, mungkin saking bahagianya.
"Buruan makan nanti meleleh kalau tidak segera dimakan," ucap Denise memberi tahu.
"Iya Kak, terimakasih ya." Ucapan hantu kecil itu langsung mendapat anggukan dari Denise.
Sesaat lantai itu menjadi kotor dan dipenuhi oleh ice krim yang dimakan oleh bocah hantu tersebut.
Sedangkan Putri yang melihat kejadian itu merasa bulu kuduknya langsung berdiri di sore hari. Pasalnya Putri melihat cup itu berada di awang-awang dan melayang ke sana kemari.
"Nes, aku merinding." Putri menyembunyikan wajahnya di antara pundak milik Denise.
Tidak berapa lama arwah bocah itu sudah selesai dengan makannya.
"Kak, terimakasih ya." Bocah itu berterimakasih dengan Denise yang mau memberinya makan.
"Sama-sama. Oh iya, Kakak boleh tanya tidak?" Denise teringat akan sesuatu maka dari itu ia langsung bertanya.
"Kakak mau tanya apa," ucap Arwah bocah itu tersebut.
"Kamu kenapa bisa meninggal?" sebetulnya Denise tidak ada niat untuk bertanya, berhubung ia sangat penasaran jadilah ia terpaksa menanyakan akan hal itu.
"Waktu aku membeli ice krim tiba-tiba saja aku melihat tubuhku yang sudah begini," ujar arwah itu.
"Memangnya kamu meninggalnya di mana?" Denise semakin penasaran sedangkan Putri hanya bisa mendengarkan apa yang keluar dari bibir Denise.
"Di depan Kakak bekerja." Jawaban yang diberikan oleh arwah itu sekejap membuat Denise berpikir jika memang pabrik itu ada yang tidak beres. Meski begitu Denise juga tidak boleh suudzon karena itu belum tentu juga.
🌸🌸🌸🌸🌸
Sore telah lewat dan malam telah tiba, di mana Denise akan bertemu dengan Ardy.
Pukul tujuh malam, Denise sudah bersiap dengan pakaian yang tidak terlalu mewah. dengan balutan jaket berwarna hitam, membuat penampilannya sedikit aneh meski begitu ia tidak peduli akan hal itu.
Tok.
Tok.
Tok.
Terdengar suara ketukan dari arah luar kamar, Denise yakin kalau itu adalah Ardy.
Denise berjalan untuk membuka pintu.
Ceklek.
Ardy mengernyitkan dahinya, mungkin dalam hatinya. Biasanya seseorang perempuan yang akan bertemu lelaki maka akan berdandan sesempurna mungkin.
“Apa ada yang aneh?” tanya Denise yang melihat raut wajah Ardy
“Eh, tidak kok.” Ardy tertunduk karena merasa tidak enak terhadap Denise.
“Soal pakaian jangan protes karena ini adalah kebiasaanku,” ujar Denise menjelaskan pada Ardy.
“Tidak masalah kok,” shut Ardy.
“Ya sudah yuk, nanti keburu malam.” Ardy mengajak Denise untuk segera pergi.
“Sebentar.” Denise kembali masuk untuk mengambil tas serta gawai yang berada di atas tempat tidur.
“Yuk.” Denise mengunci pintu lalu segera mengajak Ardy pergi keluar dari kos.
Denise sedari tadi hanya diam di atas motor yang di kendarai oleh Ardy.
Perasaan aneh tiba-tiba hinggap memenuhi isi kepalanya karena sedari keluar dari kos, Denise merasa ada yang aneh karena dirinya sama sekali tidak melihat arwah ataupun gangguan yang biasa menggunya.
Ternyata Ardy mengajak Denise ke taman.
“Yuk turun,” suara Ardy memekik keheningan untuk sesaat.
“Apa yang ingin kamu katakan.” Denise tanpa basa-basi langsung bertanya ke pokok intinya.
“Kenapa kamu tiba-tiba berada di kamar itu?” tanya Ardy yang sangat penasaran dengan apa yang terjadi dengan Denise.
“Apa itu penting,” sahut Denise.
“Iya kalau untuk saya.” Jawab Ardy dengan tatapan yang terus mengarah ke arah Denise.
“Mungkin dengan bercerita bisa membuat hatiku sedikit tenang,” batin Denise dalam hati
“Entah mengapa ada yang tidak beres dengan kamar itu,” ucap Denise.
“Yang punya dulu meninggal bunuh diri,” ujar Ardy menjelaskan.
“Memangnya kenapa kok meninggal tanpa ada yang tahu?” Denise semakin penasaran dengan kamar nomor 10.
“Yang kami tahu dia bunuh diri karena telah dikhianati oleh kekasihnya karena waktu itu, ada yang tahu jika perempuan itu sedang bertengkar dengan pacarnya di jalan.” Ardy memberi penjelasan secara detail akan apa yang terjadi dengan penghuni kos dengan nomor 10 tersebut.
Denise hanya manggut-manggut saat Ardy berbicara tentang sosok yang berada di kamar itu.
“Terus pada akhirnya kamar itu tidak boleh ditempati.” Denise berasumsi seperti itu karena nyatanya memang tidak boleh ditempati.
“Iya makanya kamar itu dibiarkan kosong. Akan tetapi, jika ada yang berani untuk menempati ya dipersilahkan.”
“Dulu pernah ada yang menempati tapi itu tidak lama, hawa dingin serta si penghuni kerap mendapat gangguan. Maka dari itu tidak ada lagi yang berani untuk menempati,” Ardy mencoba membuka kisah memilukan itu lagi kepada Denise, Denise tidak menyangka kenapa gadis itu harus rela mati, hanya demi lelaki.
“Boleh tau namanya siapa yang kamu bilang perempuan yang meninggal itu?”
“Namanya adalah.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
neng ade
nama nya adalah Keyla
2024-03-05
0