"Nes, kamu kenapa kok muka kamu...."
"Habis jatuh." Jawab Denise, dengan segera memotong ucapan Putri.
Sedangkan lelaki yang ia tolong tiba-tiba sudah berada di sebelahnya dengan membawa P3K.
"Kamu kok bisa jatuh," tanya Putri merasa heran.
"Habis menolongku tadi." Seseorang tiba-tiba menyahut.
"Kamu kok sudah berada di sini, kenapa harus mengikuti ku!" sergah Denise yang merasa tidak suka kalau harus di buntuti.
"Aku cuma membawakan ini! itu lihatlah tangan kamu berdarah," ucap lelaki itu.
Sekilas Putri melirik ke arah tangan lelaki itu yang tengah membawa obat luka serta plaster.
"Eh, itu beneran berdarah. Cepet obati takut nanti jadi infeksi," ujar Putri mengingatkan.
"Kamu tenang saja tidak apa kok." Jawab Denise dengan wajah tenangnya.
"Tapi ini."Setelah lelaki itu berkata lantas langsung memberikan obat luka beserta hansaplas.
"Makasih." Lalu Denise pergi meninggalkan laki-laki tersebut dengan Putri mengendarai motor.
Sedangkan lelaki itu masih berdiri menatap kepergian wanita yang telah menolong nyawanya dari maut, jika bukan karena wanita tersebut. Bisa di pastikan kalau sekarang sudah berada di rumah dengan keadaan tanpa nyawa.
Setelah dua perempuan itu sudah tidak terlihat, ia pun pergi untuk pulang juga.
Sedangkan tidak begitu lama sekitar sepuluh menit, Denise dan Putri telah sampai di kos.
"Kita sudah sampai," ujar Putri.
"Ini tempat kos kamu?" tanya Denise dengan mata memandangi setiap kamar yang berjejer.
"Eum, di sini aku tidur dan mencari makan. Semoga kamu betah ya," ucap Putri dengan senyuman yang tersungging.
"Doakan saja." Jawab Denise membalas ucapan Putri.
"Oh iya, ada dua kamar yang tersisa. Kalau bisa nanti kamu jangan ambil kamar yang pojok sana ya." Putri menunjuk ke arah kamar yang ada di ujung sana, sedangkan Denise langsung menoleh ke arah telunjuk Putri.
"Kenapa?" tanya Denise penasaran.
"Di situ bekas korban bunuh diri. Nanti kalau di kasih harga setengah jangan terkoceh," ujar Putri menjelaskan soal kamar dengan no sepuluh.
"Bunuh diri." Denise hanya ingin memastikan kalau dirinya sedang tidak salah dalam mendengar.
"Iya, katanya dulu pernah ada perempuan bunuh diri karena habis putus dari pacarnya gitu sih dengernya."Setelah menendengar penjelasan dari Putri, ada sedikit keinginan untuk Denise mencoba hal baru.
"Nes, kenapa kamu diam. Jangan bilang kalau kamu mau mencobanya?" Ada keraguan dalam hati Putri jika Denise benar-benar akan mencobanya.
"Sedikit ingin tahu." Jawab Denise enteng.
"Meskipun kamu tidak menempati kamarnya, arwah itu sering mengganggu anak kos sini! biarpun itu hanya sekedar lewat." Jelas Putri memberi tahu.
"Ya sudah habis ini aku akan mengantarkan kamu ke orang yang punya tempat ini, atau kamu mau satu kamar denganku." Putri mencoba menawari Denise untuk tinggal satu kamar dan itu akan membuat sedikit meringankan mereka berdua.
"Makasih ya kamu sudah baik, mau berbagi kama. Aku hanya tidak mau menggangu jam tidurmu di saat kebiasaan aneh itu muncul.," ucap Denise pada Putri. Sedangkan Denise tidak berkata apapun soal dirinya yang bisa melihat berbagai hal.
Ya sudah, sepertinya kamu capek. Lebih baik sekarang kamu istirahat saja sebentar di kamarku," ucap Putri.
"Iya, jadi kapan aku mulai bekerja?" tanya Denise karena ia ingin tahu.
"Besok kamu sudah bisa kerja kok, jangan lupa bawa lamarannya." Jawab Putri dengan tersenyum.
Lalu mereka berdua langsung masuk ke dalam kamar, mungkin karena ini masih siang jadi para penghuni kos tidak ada di tempat. Bisa jadi ada yang bekerja ada juga yang masih berstatus mahasiswa dan mahasiswi, karena kos yang di tempati oleh Putri ini ada kos bebas.
Setelah berada dalam kamar, Putri meminta izin untuk kembali bekerja karena sekarang masih di pukul satu siang.
"Nes, aku tinggal kerja lagi ya. Ini sudah jam satu dan untuk luka kamu maaf aku gak bisa ngobatin," ucap Putri dengan langkah tergesa-gesa.
"Iya tidak apa-apa, kamu lekas lah berangkat." Denise langsung menyuruh Putri untuk segera berangkat kembali ke tempat kerjanya.
Setelah kepergian Putri, Denise pun sendiri di kamar kos milik temannya.
Merasa kesepian Denise pun akhirnya memanggil Kunti.
Denise menyebut Kunti dalam hati, tidak perlu mengeluarkan suara untuk memanggil karena temannya itu sepesial.
Tidak begitu lama, Bersamaan dengan datangnya angin. Kunti juga sudah berada di atas lemari milik Putri.
"Kamu ini ya, di tinggal sebentar sudah manggil-manggil. Kenapa?" suara dari arah belakang Denise membuatnya seketika menoleh kebelakang.
"Eh kamu kok cepet bener nyampainya, naik apa kesini." Denise tertawa melihat Kunti dengan wajah amburadulnya.
"Bukannya menjawab malah bertanya yang lain," sungut Kunti dengan menyilang kan kedua tangannya.
"Iya, iya. Lagi kesepian makanya manggil kamu," ucap Denise.
"Hedeuh kamu ini, ganggu aku yang sedang tidur tau gak!" seru Kunti dengan wajah lesu serta rambut yang tak karuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments