"Kamu,” ucap Denise.
Sedangkan Ardy Langsung tercengang saat Denise mengatakan itu padanya.
“Saya tidak mengerti apa yang kamu maksud?” tanya Ardy pada Denise.
“Sejak kita keluar aku merasa aman saat denganmu, contohnya sekarang. Aku sama sekali tidak mendapat gangguan dan melihat hantu atau apapun itu.
“Iya kah,” ujar Ardy seakan tidak percaya dengan penuturan dari Denise.
“Apa kamu tidak percaya,” ucap Denise dengan wajah lesu nya.
“Bukan tidak percaya … Hanya sulit dipercaya, lagian saya tidak punya kemampuan apapun itu selain shalat dan mengaji, itu pun masih belum sempurna. Ardy mencoba memberi penjelasan terhadap Denise.
“Nyatanya seperti itu,” tukas Denise.
“Memangnya kamu setiap hari mendapat gangguan?” tanya Ardy dengan rasa penasaran yang begitu besar.
Denise tidak menjawab. Namun, sebuah anggukan yang mewakili pertanyaan dari Ardy.
Ardy saat ini berpikir keras akan ucapan yang baru saja ia dengar.
Sesaat Ardy memandangi gadis ayu dengan lesung di kedua pipinya. Apa iya yang terjadi pada Denise saat ini, rasanya mustahil. Pikir Ardy saat ini.
“Ar,” panggil Denise karena Ardy diam dan sepertinya sedang memikirkan sesuatu.
“Iya, kenapa?”
“Kamu kenapa?” tanya Denise, melihat tingkah Ardy membuatnya sedikit tidak nyaman.
“Tidak, tidak kenapa-kenapa. Hanya saja saya sedang berpikir jika yang kamu katakan adalah benar, merasa aneh saja.” Jawab Ardy ragu.
“Kenyataannya memang seperti itu, aku tidak tahu kamu mempunyai kelebihan yang kamu tidak ketahui atau … Memang aku lagi hoki saja,” kata Denise panjang lebar.
“semoga saja.” Jawab Ardy.
Tanpa terasa makanan mereka ternyata sudah habis karena sedari tadi terus mengobrol.
“Mau nambah,” kata Ardy menawari.
“Apa kamu kira perutku itu karung,” sungut Denise dengan nada sedikit kesal.
“Bercanda,” Ardy sengaja menggoda karena entah mengapa ia ingin sekali melihat wajah imut milik Denise.
“Setelah ini ku antar pulang karena sekarang sudah malam, tidak baik perempuan pulang larut malam.” Ardy berkata pada Denise seakan itu ucapan sekaligus sebuah peringatan bagi Denise.
“Iya.” hanya tiga huruf yang keluar dari bibir Denise dan itu membuat Ardy semakin bertambah gemas.
Setelah membayar Ardy pun langsung mengajak Denise untuk pulang. Namun, dalam perjalanan Ardy membuka percakapan karena sedari tadi, mereka hanya diam tanpa ada percakapan.
“Denise, apa kamu nantinya akan membongkar kamar itu?” tanya Ardy pada Denise karena jika memang benar maka Ardy bersedia untuk membantu, menguak misteri kematian Keyla.
“Iya, dengan begitu arwahnya akan tenang dan tidak akan bergentayangan.” Jawab Denise yang memang ingin segera mengakhiri semuanya, dengan begitu kos akan terlihat tenang tanpa ada ada gangguan dari Keyla yang sering muncul.
“Boleh saya membantu kamu,” ujar Ardy menawarkan diri.
“Jika tidak keberatan,” timpal Denise.
“Sama sekali tidak,” kata Ardy karena iya yakin jika Denise sedang membutuhkan bantuan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tidak terasa mereka berdua sampai di depan gerbang pintu kos, dengan segera Denise turun dari motor yang di kendarai oleh mereka berdua.
“Lekas lah masuk dan segera tidur,” setelah Denise turun Ardy menyuruhnya untuk segera masuk.
“Iya, terimakasih untuk semua.” Jawab Denise disertai anggukan dan senyuman.
“Saya yang harunya makasih sama kamu karena kamu sudah bersedia, mau menemani saya jalan.” Jelas Ardy panjang lebar.
Akhirnya Denise pun masuk dan membuka gerbang untuk bisa sampai ke dalam.
Kini Denise sudah di depan kamarnya, saat dirinya menoleh ke arah kamar Putri. Namun, terlihat jika telah padam menandakan jika sang empu sudah terlelap dengan buaian mimpi.
Ceklek.
Denise membuka pintu namun betapa terkejutnya ia melihat sosok yang sudah terlelap di atas kasurnya. Dengan wajah yang kegirangan serta senang yang terlihat di wajahnya.
"Kunti!" teriak Denise saat melihat Kunti sedang tidur.
Denise langsung menghampiri Kunti serta memeluknya, hingga membuat Putri terkejut sampai-sampai ia hampir terjatuh.
"Aku kangen sama kamu," ujar Denise lagi.
Sedangkan Kunti memasang wajah datarnya.
"Eleh, lebay kamu." Kunti seketika terduduk dan mengejek Denise.
"Kamu memangnya tidak merindukan aku?" dengan mata yang sudah berkaca-kaca Denise berkata.
"Kangen lah," akhirnya mereka berpelukan layaknya dua orang yang tidak pernah bertemu.
"Maaf aku terlalu pergi lumayan lama," kata Kunti dengan wajah sendu.
"Memangnya kamu dari mana sampai-sampai pergi meninggalkan aku tanpa pamit," crocos Denise pada Kunti.
"Kamu tidak perlu tahu, aku kira kamu sudah pindah dari kos sini? ternyata aku salah."
"Ada-ada saja. Yuk tidur lagi," ajak Denise pada Kunti karena sedari tadi Denise menguap tanpa henti.
Akhirnya mereka pun tidur karena malam sudah larut. Akan tetapi, saat Denise sudah berada di alam mimpi. Sebuah angin membawa kelambu menari-nari ke sana kemari dan itu membuat hawa dingin mulai mendera.
Suara burung hantu kian menjadi, hawa dingin mengusik seseorang yang sedang meringkuk di atas tempat tidur. Terdengar suara kursi yang di seret membuat Denise membuka mata untuk memastikan.
Wuss.
Hembusan angin terdengar dengan jelas.
Kreeet.
Srek.
Srek.
Denise mengucek kedua matanya jika penglihatannya tidak salah namun semua itu nyata.
Kursi terseret tapi sosok tidak nampak, hanya ada bayangan hitam yang berdiri tegak dengan tinggi bak tiang. di tambah gemuruh angin yang membawa kelambu, sedikit membuat Denise merasakan ketakutan.
Denise yang sudah tidak tahan memilih untuk memanggil sosok tersebut agar menampakkan wujud.
"Jika berani keluarlah! jangan menggangguku dengan cara seperti itu," teriak Denise.
Srek.
Aaaaaa.
"Tolong lepaskan aku," Denise merintih agar cekikan itu dilepaskan.
Uhuk.
Uhuk.
Mendengar suara ribut, Kunti terbangun dan melihat Denise yang berada di tembok dengan sebuah cekikan. Membuatnya murka dan langsung merubah wujud menjadi begitu sangat menyeramkan.
Sebuah bayangan hitam lah yang sedang mencekik Denise hingga membuatnya kini berada di puncak kematian.
"Hantu tidak berguna, lepaskan temanku!" seru Kunti dan seketika bayangan itu menoleh di mana Kunti berada.
Mata merah menyalah dan sosok itu langsung menghempaskan tubuh Denise hingga terbentur di meja.
Aaaaa.
Brakh.
Suara benturan tubuh Denise, membuatnya meringis menahan sakit akibat badannya yang terlempar.
Hahahaha.
Suara tawa itu menggelegar memenuhi isi kamar, sedangkan Denise baru sadar jika dirinya adalah umpan untuk membuat Kunti marah.
"Jangan pernah menyentuh temanku barang secuil itu. Jika tidak, kamu akan merasakan akibatnya!" ancam Kunti dengan mata yang hanya terlihat putih serta tatapan yang sangat tajam, membuat Denise menaruh ketakutan. Bibirnya terasa keluh dan kaku sehingga dirinya tidak bisa mengatakan satu kalimat saja. Hanya suara rintihan dan kesakitan yang ia keluarkan.
"Jika kau tidak mau temanmu mati sia-sia maka turuti perintahku!" dengan tatapan tajam sosok itu berkata pada Kunti.
Cuih.
"Aku tidak sudi! Lebih baik aku mati untuk yang kedua kalinya, jika hanya akan menjadi budak manusia serakah!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments