Saat Denise menatap ke arah kaca, sekelebat dirinya melihat bayangan putih. Tidak mau berprasangka buruk, Denise mengucek kedua matanya untuk memastikan penglihatannya.
Di saat Denise ingin meletakkan sikat gigi ke dalam tempatnya, namun tidak di temukan. Akhirnya Denise memilih membiarkan karena capek kalau harus mencarinya, mungkin saja ia lupa menaruh pikirnya.
Namun lagi-lagi denise seakan di permainkan oleh sosok tak kasat mata, karena sikat gigi yang di letakkan di wastafel tiba-tiba hilang tanpa jejak.
"Apa aku lupa? sepertinya tidak. Aku menaruhnya di sini tapi mengapa bisa jadi hilang," gumam Denise sambil memegangi dagunya.
Namun saat Denise hendak akan mencari keberadaan sikat yang baru saja digunakan nya. Sekelebat bayangan itu datang lagi, sesosok perempuan bergaun putih dengan rambut panjang menjuntai yang hampir menyentuh tanah.
Denise terkejut bukan main karena sosok itu pernah ditemuinya sewaktu keluar tadi.
"Apa kamu mencari ini," ucap sosok yang berada di sebelah Denise, lantas Denise tidak berani walau sekedar menoleh.
Muka hancur, serta bau anyir membuat Denise takut untuk melihat.
"Kenapa kamu tidak menerima sikat ini," ucap sosok itu lagi.
"A--apa kamu yang mengambil?" tanya Denise dengan suara gemetar.
"Iya, baru saja ku pakai." Sosok itu ternyata yang sudah memakainya, dan itu membuat Denise seketika menoleh meski ia sebetulnya sangat takut.
Dalam benak Denise, apakah sosok hantu bisa juga gosok gigi? seperti halnya manusia pada umumnya.
Sungguh itu kejadian di luar nalar.
"Aku sedang tidak mengganggumu, mengapa kamu datang menakuti ku." Denise mencoba menghilangkan rasa takut yang menguasainya.
"Apa kamu takut denganku," ucap sosok bergaun putih itu.
"Aku manusia dan masih punya rasa takut juga." Jawab Denise dengan gamblang.
"Harusnya kan kamu sudah terbiasa dengan berbagai bentuk dari aku, mengapa juga kamu takut denganku." Kata sosok itu.
"Kamu bertanya apa mengejekku!" seru Denise.
Obrolan mereka terhenti sejenak karena Denise mendengar suara Ibunya yang sedang berteriak memanggilnya.
"Denise, Denise!"
Tok.
Tok.
Bu Lasmi terus memanggil anaknya yang berada di dalam kamar mandi, karena beliau mendengar kalau di kamar mandi Denise sedang berbicara, entah itu dengan siapa.
Tanpa memperdulikan wanita berjubah putih tersebut, Denise bergegas membuka pintu.
Ceklek.
"Ibu kenapa berteriak," ucap Denise.
Sedangkan Bu Lasmi tidak segera menjawab, melainkan mencari sesuatu hingga membuat beliau celingukan.
Sepertinya tadi aku mendengar Denise berbicara, tapi kok tidak ada orang ya? apa aku salah dengar, gumam Bu Lasmi dalam hatinya.
"Bu," tegur Denise.
"Ah, iya. Ibu sampai lupa," ucap Bu Lasmi yang teringat akan tujuannya memanggil Denise.
"Apa!" kata Denise.
"Kamu mau sampai kapan berada dalam kamar mandi, sekarang sudah jam sepuluh! apa kamu akan tidur di dalam kamar mandi," cetus Bu Lasmi pada Denise. Pasalnya tadi Denise masuk ke kamar mandi pukul sembilan dan sekarang sudah di angka 10. Satu jam lamanya di dalam kamar mandi.
Denise tersenyum simpul saat Ibunya sedang memarahinya.
"Iya Bu, tadi perut ku mules. Makanya di dalam kamar mandi lama," tukas Denise pada Ibunya.
"Ya sudah buruan keluar, dan segeralah tidur." Perintah Bu Lasmi pada Denise, setelah memarahi sang anak Bu Lasmi kembali lagi ke ke kamarnya untuk tidur.
Sedangkan tanpa menoleh Denise gegas keluar dari kamar mandi, dan menuju ke ke kamarnya untuk tidur juga.
Di dalam kamar.
Denise sudah mulai terlelap karena kantuk yang tidak bisa di hindari, namun ada yang ia lupakan saat dirinya tengah sendiri.
Wusssss.
Brakh.
Jdak.
"Astagfirullah, suara apa itu." Denise berkata dengan suara lirih.
Denise terkejut dan langsung terbangun kala mendengar suara sesuatu yang terbanting.
Srek.
Srek.
Terdengar suara seseorang sedang berjalan namun dengan langkah yang di seret. Membuat Denise merinding.
Brak.
Lagi, suara bantingan yang cukup keras terdengar di telinga Denise.
Huf.
"Ternyata jendela yang ke buka," ucap Denise lirih.
Lalu Denise turun karena akan menutup jendela yang terbuka. Hawa dingin tiba-tiba datang dan menusuk setiap lubang pori-pori, membuatnya mendesah karena kedinginan.
Aaaaaaaa.
Saat sudah sampai di depan jendela, ia dikagetkan dengan sosok yang menyeramkan. Hingga Denise berteriak kencang, namun lama-lama suara itu makin melemah dan tak terdengar lagi.
...----------------...
"Aku di mana sekarang, mengapa begitu menyeramkan tempat ini." Denise bergumam seraya menelisik semua tempat yang ada di sekitarnya.
Denise terus berjalan menyusuri hutan yang begitu rimbun. Samar-samar terdengar suara riuh dari dari dalam hutan yang tak jauh dari tempat di mana Denise berada.
Rumah?
Pasar?
Di tengah hutan?
Membuat Denise mengerutkan keningnya, bagaimana bisa di tengah hutan ada pasar yang begitu sangat ramai. Meski begitu Denise belum sampai di tempat itu, karena dari jarak sedikit jauh pun sudah terlihat.
"Denise!" suara bariton dari arah belakang membuat yang mempunyai nama langsung tersentak karena saking terkejutnya.
"Kamu!" seru Denise saat menoleh ke arah sumber suara tersebut.
"Jangan takut." Lagi-lagi sosok bergaun putih itu mendatangi Denise.
"Apa bisa kamu merubah wujud mu, agar tidak menyeramkan." Denise sedikit ngeri kala melihat wajah sosok yang saat ini bersamanya.
Wajah yang hampir hancur, mulut yang sobek serta separuh kepalanya hilang, serta darah yang terus mengalir. Membuat Denise sungguh takut walau hanya berpapasan saja.
Setelah Denise berkata, sosok itu menutupi wajahnya dengan lengannya, dan sesaat wajah itu telah berubah menjadi cantik.
"Apa sudah cukup," ucap sosok itu.
"Sudah cukup." Jawab Denise.
"Sebaiknya kita segera pulang, karena nyawa kamu sedang dalam bahaya." Sosok itu berkata dengan sedikit takut.
"Apa maksudmu, aku sungguh tidak mengerti ... Eum maaf aku harus memanggil kamu siapa?" tanya Denise.
"Panggil kunti saja, karena aku memang kuntilanak." Jawab Kunti yang baru saja memperkenalkan dirinya.
"Baik, apa kamu bisa menolongku." Denise berkata dengan sedikit ragu.
"Ada syaratnya," ujar Kunti pada Denise.
Denise sudah tidak peduli lagi dengan syarat yang di berikan oleh Kunti. Yang ada di pikirannya sekarang adalah dirinya secepatnya bisa pulang.
"Jadikan aku teman kamu." Tanpa berpikir Denise langsung mengiyakan, dan sepertinya lebih baik berteman dengan mahluk astral daripada harus mempunyai teman manusia.
"Baik, sekarang bantu aku." Denise bersedia dan sekarang meminta Kunti untuk menolongnya ke alam nyata.
Akhirnya mereka berdua melewati rumah yang terbuat dari bambu, tatapan orang-orang yang berada di pasar itu sangat mengerikan. Wajah pucat dan kantung mata menghitam, serta bau danur menyeruak menusuk hidung Denise.
Secara perlahan Kunti dan Denise melewati ramainya pasar di tengah hutan guna mencari jalan pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Ni Dewi
btw BAU DANUR itu apa Thor ? serius nanya
2024-04-13
0
neng ade
akhir nya. berteman juga dan Denise pasti akan di tolong nya karena saat ini dia berada di alam ghoib
2024-03-03
0
auliasiamatir
kkkkkk ngakak bacanya mak, bukan nya serem malah lucu
2023-10-04
1