Mata Tembus Pandang
Huh, aku di mana ini? mengapa aku berada di sini. Gelap dan hanya ada pohon randu yang berjejer," ucap gadis yang bernama Denise.
Berada di tempat lahan kosong, dan hanya ada kegelapan yang kini menemaninya. Tempat yang belum pernah disinggahi olehnya, membuat Denise bertanya-tanya dan bergelut dalam pikirannya saat ini.
Denise menyusuri tempat tersebut, hingga membuat dirinya memicingkan matanya.
"Ada Pak tua? apa aku harus bertanya sekarang aku berada di mana?" Denise bergumam sembari berjalan ke arah Pak tua tersebut, untuk bertanya.
Namun sayang saat langkah Denise terus melangkah maju, semakin dekat semakin Pak tua itu menjadi buram, dan menjadi sebuah kepulan asap.
"Huh, hilang kemena Pak tua tadi?" Denise heran karena sudah tidak melihat sosok orang tua itu lagi.
Namun pada saat Denise akan melangkah melewati sungai, sebuah tepukan membuatnya menoleh ke belakang.
"Jika kamu terus melangkah, maka itu sama saja kamu masuk di pintu goib." Pak tua itu pun memberi tahu kepada Denise.
Bukankah sosok sekarang yang ada di depan Denise itu yang tadi menghilang dan menjadi kepulan asap? lantas mengapa tiba-tiba ia datang kembali dan memberi tahu jika sungai itu adalah pintu gaib. Semua menjadi satu dan berperang dalam pikiran Denise.
"Siapa anda, dan mengapa anda melarang saya untuk mencari jalan pulang." Jawab Denise dengan sedikit ketakutan.
"Aku adalah penunggu di tempat ini," ucap Pak tua tadi.
"Lantas mengapa saya berada di sini?" tanya Denise.
"Kamu juga nanti akan tahu, sekarang kamu berada di mana."
Slep.
Belum puas Denise bertanya tentang ini semua, namun saat dirinya mengedipkan mata. Sosok itu hilang tanpa jejak.
Kenapa aku tiba-tiba berada di sini, bukankah seharusnya aku berada di rumah dan sedang tidur. Ah sungguh sulit dimengerti, dan ini bukanlah kejadian yang pertama kalinya tetapi sudah berkali-kali dan sering tersesat di alam seperti ini, gumam Denise dalam hati.
Entah sudah berapa lama Denise berjalan hanya untuk mencari jalan keluar agar bisa kembali pulang. Jika yang tadi adalah pintu gaib lantas ini tempat apa? namun saat dirinya melangkah tanpa disadarinya ia terjatuh dan terlihat sebuah cahaya.
BRUK.
Ternyata Denise terjatuh dari kasurnya setelah memimpikan yang menurutnya sangat menakutkan akan tempat itu.
"Kenapa aku selalu bermimpi seperti itu? Jika tidak aku melihat hal-hal yang membuatku muak." Denise atau yang kerap disapa Nes, mengumpat sepanjang malam dan sepanjang waktu. Jika matanya harus melihat mahluk yang tak ingin dilihat.
Pukul satu dini hari, Denise terbangun hanya karena mimpi itu lagi.
Denise memilih keluar dari kamar nya dan hendak akan mengambil minum, namun suara seperti orang berjalan membuatnya mengurungkan niatnya. Hingga akhirnya Denise mengikuti suara langkah kaki tersebut, dan kini dirinya berada di ruang tamu dan berdiri di depan jendela.
Dengan ragu Denise membuka gorden dengan perlahan. Belum sempat ia membuka total, suara dari belakang membuatnya terkejut.
"Ines! kamu sedang apa." Suara bariton dari arah belakang Denise membuatnya sedikit tersentak karena saking terkejutnya.
"Ibu, ngagetin saja." Denise menimpali dengan raut wajah kesal karena Ibu nya.
"Lagian kamu ngapain buka gorden segala," tanya Bu Sulasmi pada anaknya.
"Cuma … Cuma pengen lihat saja Bu," ujar Denise sedikit bingung untuk memberi jawaban.
"Bukannya jam segini sudah tidur, tapi malah kek maling saja." Bu Sulasmi mendengus karena anaknya bukannya tidur malah sekarang berada di ruang tamu.
Kamar Bu Sulasmi berada di ruang tamu. Saat beliau akan bangun dan ingin buang air kecil, ia di kagetkan dengan sosok seseorang yang berada di depan jendela yang tak lain adalah Denise, anak satu-satunya tersebut. Sebelumnya Bu sulasmi mempunyai dua orang anak namun sayang anak pertamanya sudah wafat akibat kecelakaan tunggal bersama suaminya juga.
Kini hanya Bu Sulasmi dan Denise yang tersisa.
"Gak bisa tidur Bu," ucap Denise.
"Kenapa? mimpi buruk lagi." Jawab Bu sulasmi.
Sejenak Denise terdiam dan hanya sebuah anggukan yang ia perlihatkan.
Bu Sulasmi hanya bisa menghela nafas saat Denise mengiyakan pertanyaan Ibunya.
"Mau tidur bareng Ibu," ucap Bu Sulasmi memberi saran.
"Mau Bu." Jawab gadis berusia 20 tahun tersebut, dengan senyuman yang mengembang.
"Kalau begitu Ibu ke belakang dulu ya," ujar Bu Sulasmi pada Denise.
Denise mengangguk.
Lalu karena dirinya masih penasaran dengan langkah yang di dengar sewaktu tadi, jadilah ia membuka gorden jendela. Namun suara serta sosok itu tidak ada, dan Denise menghela nafas panjang.
Sesaat dirinya masih mematung di depan jendela sembari menunggu Ibunya kembali dari kamar mandi.
Tak.
Tak.
Tak.
Suara langkah dari arah belakang terdengar jelas di telinga Denise, dan ia berharap itu bukan lah sosok yang menganggunya barusan.
"Ines, belum masuk kamar juga." Suara Ibu Sulasmi membuatnya bernafas lega karena bukan suara sosok orang lain.
"Eh, nunggu Ibu Bu, sekalian masuknya bareng." Jawab Denise.
"Ya sudah yuk, masuk." Ajak Bu sulasmi.
Lalu Ibu dan anak itu berjalan beriringan, namun sayang. Saat Denise berjalan dan hendak masuk ke dalam kamar, suara langkah kaki tersebut terdengar lagi.
Sekarang yang ada di dalam banak Denise, siapakah itu? manusia atau mahluk lain.
Memiliki mata tembus pandang bukanlah keinginanya.
Namun bisakah dirinya tidak bisa sedikit saja untuk tidak melihat hal-hal yang di luar nalar.
Gangguan demi gangguan kerap kali mendatangi Denise. Punya sikap aneh terkadang berbicara sendiri membuatnya di jauhi oleh semua orang. Sendiri dan sendiri itulah Denise, tanpa teman tanpa sahabat hingga membuatnya menyerah untuk mengenyam pendidikan dan berhenti di tengah jalan. Akibat bulian serta cacian membuatnya ia menyerah dan memilih membantu Ibunya berjualan.
Di dalam kamar, suara itu terus terdengar di telinga Denise. Hingga membuatnya tidak bisa memejamkan mata.
Sreeek.
Sreeek.
Lagi-lagi suara itu datang lagi saat mata Denise mulai terpejam.
Sedangkan Bu Lasmini sudah tertidur dengan sangat pulasnya.
Hingga samar-samar lantunan adzan subuh di kumandangkan Denise belum juga terpejam. Akan tetapi saat toa di bunyikan suara itu lenyap dengan datangnya suara adzan.
Baiklah aku akan tidur sebentar, karena mata ini sudah tidak kuat untuk tetap ku pertahankan agar tetap membuka mata, batin Denise.
Akhirnya lama kelamaan mata Denise mulai kabur dan mulai terpejam.
Sedangkan Bu Sulasmi terbangun, manatap putrinya yang masih terpejam dengan wajah yang menyimpan kesedihan. Akhirnya Bu Lasmi tidak membangunkan Denise karena merasa kasihan.
"Kasihan kamu nak," hanya itu yang terucap dari bibir Bu Sulasmi atau yang sering di panggil Bu Lasmi oleh para pelanggannya.
Setelah itu Bu Lasmi bangun meninggalkan Denise yang tertidur, karena Bu Lasmi akan menyiapkan bahan-bahan untuk barang dagangannya nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Protocetus
Kunjungin ya thor novelku Bola Kok dalam Saku
2024-06-20
0
neng ade
aku ikut hadir disini ya thor 🙏
2024-03-02
0
auliasiamatir
wah... kebetulan aku pecinta horor, aky Subscribe langsung mak
2023-10-04
1