Pukul 6:00. Denise mengucek matanya karena baru saja terbangun. Lalu diraihnya ponsel yang berada di sebelahnya untuk melihat jam.
"Astaga aku kesiangan lagi, pasti Ibu nyiapin dagangan sendiri di warung." Gumam Denise pada dirinya sendiri.
Tidak mau berlama-lama di dalam kamar, Denise bergegas bangun dan membersihkan badannya dan segera berangkat di mana Ibunya berjualan.
Setengah jam kemudian. Denise telah sampai di warung tempat Ibunya berjualan nasi.
"Assalamualaikum, Bu." Salam Denise saat Ibunya berada di depan warung.
"Waalaikumsalam, Nes." Jawab Bu Lasmini.
"Bu, maaf ya kesiangan lagi." Denise meminta maaf kepada Ibunya karena akhir-akhir ini dirinya sering terlambat untuk membantu sang Ibu.
Bu Lasmi bukannya segera menjawab tetapi malah menyunggingkan senyuman.
"Tidak apa-apa Nes, ya sudah kamu buruan sarapan gih. Nanti keburu ada pembeli takutnya kamu gak bisa makan," ujar Bu Lasmi menyuruh Denise untuk segera sarapan.
Bu Lasmini berjualan di sekitar area pabrik, jadi sebentar lagi jam tujuh tepat. Maka banyak pelanggan berdatangan untuk makan, dan bukan orang-orang berseragam saja yang makan di tempat Bu Lasmini. Ada juga tetangga atau orang biasa yang mampir untuk sekedar mengisi perut.
"Iya Bu, ini mau sarapan." Jawab Denise lalu ia masuk ke dalam warung dan mengambil makanan.
Denise makan dengan menghadap jalanan, saat ia menyuapkan nasi tidak sengaja melihat seorang Ibu-ibu yang dikelilingi oleh asap hitam pekat.
Denise memutuskan untuk menghampiri Ibu-ibu tersebut namun saat akan menyebrang tiba-tiba saja.
Aaaaaaaaaa..
BRAKH.
Tolong.
Tolong.
Ada orang tertabrak.
Denise tertunduk lesu, karena tidak bisa menolong Ibu itu. Andaikan saja dirinya lebih cepat mungkin saja Ibu itu masih hidup dan nasibnya tidak akan setragis saat ini.
Semua orang berkumpul. Untuk melihat tubuh rentan itu mengenaskan, dan salah satu warga juga sudah menghubungi pihak ambulans.
Denise mengusap kasar wajahnya, karena benar-benar tidak mampu dengan apa yang dilihatnya.
Saat semua orang berbondong-bondong menghampiri mayat wanita tersebut, Denise malah duduk di depan warungnya dengan perasaan campur aduk.
Lama kelamaan tengkuknya menjadi berat serta dingin, lalu ia menoleh ke arah samping dan.
HUAAAAAA…
Denise berteriak histeris hingga semua mata memandang.
"Ines kamu kenapa nak, kenapa berteriak!" Bu Lasmini kebetulan mendengar akhirnya buru-buru menghampiri putrinya.
"En-gak apa-apa kok Bu. Tadi cuma kaget saat karena tiba-tiba ada tikus lewat," ucap Denise berbohong.
"Kirain ada apa." Bu Lasmini bernafas lega karena tidak terjadi apa-apa kepada putrinya.
"Maaf, mengagetkan mu." Setelah kepergian Bu Lasmi, sosok yang sama persis kini tepat berada di samping Denise dan itu membuat kenapa dirinya berteriak histeris.
"Kenapa Ibu, menemuiku?" tanya Denise pada sosok wanita yang baru saja mendapat gelar hantu.
"Karena hanya kamu yang bisa menolongku."
"Apa maksudmu, Bu." Denise tidak mengerti apa yang diucapkan hantu baru dengan wajah yang hancur serta darah yang memenuhi hampir seluruh tubuhnya. Bau amis yang menusuk hidung Denise membuatnya ingin muntah.
"Tetapi bisakah Ibu merubah wajah Ibu seperti semula," ucap Denise.
"Bisa, baiklah sebentar." Tidak membutuhkan waktu lama, wajah yang tadinya hancur serta berlumuran darah! kini berubah seperti wajah sebelumnya.
"Lantas apa yang bisa ku bantu, Bu?" tanya Denise.
"Di tas Ibu, ada beberapa lembar uang hasil dari menjual kalung sebelum Ibu tertabrak."
"Lantas," Denise sengaja memotong ucapan ibu itu karena kelamaan untuk menunggu.
"Tolong berikan kepada anakku yang no dua, karena uang itu akan digunakan untuk membeli ponsel." Wajah Ibu itu terlihat murung seperti tengah menyimpan kesedihan.
"Satu lagi. Di bawah kasur tempat Ibu tidur ada beberapa uang, tolong berikan kepada Pak RT. Guna membeli keperluan untuk jenazah Ibu,"
Hati Denise merasa teriris karena mendengar permintaan Ibu yang baru saja terenggut nyawanya.
Tanpa di sadari oleh Denise, sepasang mata tengah memandangnya yang saat ini berbicara sendiri. Perempuan itu terasa aneh saat melihat Denise berbicara sendiri. Namun perempuan itu terus menatapnya serta melirik setiap gerak-gerik yang dilakukan oleh Denise.
Hingga akhirnya memberanikan diri untuk menghampiri Denise yang tengah duduk sendiri tapi, seperti ada sosok yang mengajaknya berbicara.
"Hye," sapa perempuan itu.
Sesaat Denise yang meras di sapa melirik ke arah perempuan yang berada di depannya.
"Hye juga." Jawab Denise datar.
"Boleh duduk," ucap perempuan itu.
"Silahkan." Denise mempersilahkan perempuan itu untuk duduk, namun ia merasa sedikit terganggu akan kehadirannya, karena Denise tidak bisa melanjutkan percakapannya dengan hantu ibu-ibu tersebut.
Namun ibu itu nampaknya paham dengan suasana saat ini. Sehingga ibu itu membisikkan sesuatu di telinga Denise, dan Denise pun mengangguk.
"Kamu lagi bicara sapa siapa?" tanya perempuan itu pada Denise.
Sedangkan Denise sedikit merasa senang karena akan mendapatkan teman baru.
"Kamu … Eum, bisa melihat." Sengaja Denise mengatakannya dan siapa tahu jika perempuan itu memang bisa melihat apa yang di lihat oleh Denise.
"Kenalin aku Putri." Ternyata nama perempuan itu adalah Putri dan memperkenalkan dirinya pada Denise.
"Aku Denise," ucap Denise sembari menjabat tangan Putri.
"Aku tidak bisa melihat, hanya saja bisa merasakan jika kamu tadi di temani oleh seseorang."
Denise diam dan tak ingin menyahuti ucapan Putri sosok orang yang baru saja ia kenal.
"Hye, kamu kenapa?" tanya Putri.
Saat Denise akan menimpali, terdengar suara siren ambulans di bunyikan. Itu membuat Denise cepat-cepat datang ke kerumunan orang untuk memastikan barang yang di maksud oleh hantu ibu tersebut.
"Denise aku ikut!" teriak Putri yang mengikuti langkah Denise yang hendak memberi tahu pihak kepolisian.
"Pak, saya ingin mengatakan sesuatu tapi tidak di sini." Denise menghampiri salah satu polisi dan ingin mengatakan tentang barang yang berada di dalan tas tersebut.
"Ada apa Mbak," ucap polisi tersebut.
Lalu Denise mengatakan serta nenjelaskan tanpa ada yang di kurangi maupun di lebihkan.
"Begitu Pak ceritanya," ucap Denise seusai memberi tahu.
"Kamu jangan bercanda ya! mana ada hantu di siang bolong," tukas polisi itu yang tidak percaya sama sekali dengan apa yang di katakan oleh Denise.
"Pak, lebih baik Bapak periksa untuk memastikan jika apa yang di katakan teman saya itu adalah benar." Putri pun mencoba menyakinkan polisi itu agar membongkar tas yang di bawa oleh korban tabrak lari itu.
"Baik kalau begitu saya akan memeriksa," ucap polisi itu. Walau sedikit ragu karena memang anggota polisi tidak percaya dengan adanya arwah.
"Polisi yang di ketahui bernama Bagas itu akhirnya maju untuk melihat isi dalam tas itu, dan menggeledah sejumblah uang yang di jelaskan oleh Denise barusan.
Dan tenyata benar, total uang tersebut sesuai yang di katakan Denise barusan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
neng ade
semoga Denise bisa membantu ibu itu utk menyerahkan uang nya yg buat beli ponsel anak ny dan juga uang yg utk diberikan ke pak RT buat urus jenazah nya ibu itu ..
2024-03-02
0
auliasiamatir
ya Allah, ibuk ini sudah jadi hantu pun masih mikirin ponsel anak nya
2023-10-04
0
Linda pransiska manalu
lanjut mak. seperti melihat diri emak saja. yg suka dpt pengkihatan. bedanya emak dlm mimpi.
2022-12-15
0