Dengan cara mendorong perempuan tersebut semua selamat.
"Terimakasih," ucap perempuan yang baru saja ia tolong.
"Tidak masalah, lain kali hati-hatilah." Jawab Denise memperingati.
Akhirnya Denise bisa bernafas lega karena dirinya maupun perempuan itu selamat. Akan tetapi, rasa perih dan sakit karena sebuah benturan membuatnya sedikit kesusahan untuk berjalan. Hingga Putri datang menolongnya.
"Sepertinya luka kamu sedikit serius, biar aku bantu." Mendengar Putri yang ingin membantunya untuk berjalan, Denise sangat bersyukur.
"Dengan dibantu Putri Denise berusaha menahan sakit karena sepertinya kaki yang satunya terkilir dan itu membuatnya sulit untuk berjalan, pada akhirnya Putri memapahnya.
" Tahan ya, kita pulang saja sekarang." Putri tidak tega melihat Denise kesakitan dan memilih mengajaknya pulang.
"Tapi baksonya," ujar Denise yang teringat akan makanannya yang belum di makannya.
"Kita bungkus saja, lalu kita makan sama nasi." Jawab Putri cepat.
"Baiklah." Akhirnya Denise pasrah dan memilih mengikuti saran Putri.
Sesampainya di kos,Putri langsung masuk kedalam kamar untuk mengambil obat luka untuk Denise.
“Ya Tuhan Denise! luka kamu parah sini biar aku yang mengobatinya,”
Luka memar yang cukup parah sampai-sampai kaki satunya memar juga karena keseleo. Jadi, dua-duanya terluka hanya karena menolong orang.
“Put, terimakasih sudah mau menolongku ya.” Denise merasa tidak enak hati karena selalu merepotkan temannya itu.
“Kita sahabat jadi aku sama sekali tidak merasa terbebani karen kamu, sekarang yang harus kamu pikir adalah bgaimana caranya kamu menghilangkan, apa yang ada di tubuh kamu. aku tidak tega kalau kamu harus mengalami itu semua.”
Denise hanya diam tidak menjawab karena itu percuma, pernah dulu ibunya mencoba membawanya ke rumah Ustadz. Akan tetapi, itu hanya sementara dan akan kembali lagi seperti yang sudah-sudah.
"Besok kamu izin libur saja nanti aku yang akan mingizinkan kamu," ujar Putri karena ia tidak tega melihat keadaan Denise.
"Tidak perlu, aku akan tetap masuk. Lagian mana mungkin baru sehari kerja sudah main libur saja." Jawab Denise menolak.
"Apa kamu akan baik-baik saja nantinya?" tanya Putri karena ia sangat kuatir terhadap sahabatnya.
"Insya Allah, aku baik-baik saja." Denise tersenyum saat dirinya menjawab kekuatiran Putri terhadapnya.
"Ya sudah kalau begitu, sekarang kita makan ya dan setelah itu kamu tidur."
Denise mengangguk patuh dan segera memakan bakso yang dibelinya tadi.
Pukul sembilan malam, saat Denise akan memejamkan mata. Suara riuh bak orang bertengkar memenuhi isi telinganya dan itu membuatnya tidak bisa tidur.
Sesaat Denise ingin mengabaikannya suara tadi semakin terdengar jelas dan Denise mengira jika itu adalah salah satu penghuni kos, yang sedang adu argumen.
Rasa penasarannya semakin tinggi dan ingin segera mengetahui tentang keadaan li luar.
Ceklek.
Denise mengedarkan pandangannya, ke kiri dan ke kanan. akan tetapi Denise tidak menemukan siapapun yang berada di luar. hingga akhirnya ia bertanya-tanya dalam hati akan semua itu.
“Jika tidak terlihat siapapun lantas siapa yang sedang bertengkar,” batin Denise dalam hati.
Sesaat Denise mencoba untuk abai dan kembali masuk ke dalam, dirinya teramat lelah jika harus mengurusi parah arwah.
Dengan menggunakan alat musik yang selalu menemani hari-harinya, sekarang dirinya naik ke atas tempat tidur untuk segera mengistirahatkan badan yang terasa remuk.
#################
Untuk malam ini Denise tidak mendapatkan gangguan sama sekali dan dirinya bisa tidur dengan nyenyak.
Pukul lima pagi Denise sudah siap dengan gayungnya dan akan segera menjalankan ritual mandinya, sebelum semua orang akan bangun dan mendahuluinya.
ternyata saat dirinya berjalan untuk menuju kamar mandi, mbak Siska sudah selesai mandi rupanya.
“Eh Mbak Siska, baru selesai ya.” Denise menyapa mbak Siska yang kebetulan tidak melihat keberadaan Denise.
“Kamu mau mandi? maaf ya tadi gak lihat karena lagi ngeringin rambut sama handuk.” Siska memang terlihat selesai keramas dan menggosokkan handuk di rambut.
“Iya tidak apa-apa, Mbak.” Jawab Denise pada Siska.
Setelah itu Denise pamit untuk segera mandi sebelum ada yang menyerobot gilirannya.
Tidak membutuhkan waktu lama, Denise telah selesai untuk acara mandinya. matanya tanpa sengaja mengarah ke kamar yang dilarang untuk di tempati oleh siapapun. entah mengapa terlihat bayangan sosok bergaun putih sedang melambai-lambai kepadanya, terlihat jelas tangan itu di balik tirai jendela yang berada di kamar tersebut.
“Apa aku sedang berhalusinasi seakan-akan ada sosok yang sedang melambai dari balik tirai itu?” dalam hati Denise terus membatin jika sosok itu terlihat sangat nyata.
Seperti magnet, Denise seakan ingin menghampiri sosok yang terus melambai-lambai kepadanya.
Langkah denise semakin maju dan bertambah maju dan kini dirinya sudah berada di ambang pintu dan ingin segera membuka knop pintu tersebut.
Tanpa Denise sadari ada orang yang terus memantau setiap gerak-geriknya karena penasaran dengan sosok yang bernama Denise itu.
Sedangkan Denise berusaha untuk sadar namun sepertinya ada jiwa yang lain sedang menguasai hati dan pikirannya.
“Tuhan tolong hambamu ini, supaya tetap sadar dan tidak terpengaruh oleh jin dan setan.” Denise tak henti-hentinya berdoa agar tidak terperangkap oleh jebakan setan, yang sedang menguasai hatinya.
STOP!
Suara bariton dari arah belakang seketika membuat Denise sadar dan dia pun mengucap hamdallah.
“Apa yang kamu lakukan di kamar itu!” teria seseorang dari belakang.
Seketika Denise menoleh ke arah belakang untuk mengetahui suara tersebut.
“Aku juga tidak tahu kenapa aku berada di sini, sedangkan tadi aku berjalan untuk masuk ke dalam kamarku.” Jawab Denise yang sama sekali tidak sadar akan apa yang dilakukan olehnya.
“Apa kamu anak baru?” tanya pria yang da di depannya sekarang, merasa asing dengan lelaki itu Denise mencoba bertanya siapa gerangan.
“Apa kamu juga bukan anak kos sini karena aku tidak pernah melihatmu?” Denise baik bertanya akan siapa lelaki tersebut.
“Aku di suruh ibuku untuk mengantarkan kembalian dengan orang yang bernama Denise, pa itu kamu.”
“Iya, aku yang bernama Denise.” Jawab Denise pada lelaki itu.
“Ini kembalian dari uang sewa kamar dari ibu,” ujar pria itu dan langsung memberikan uang kepada Denise.
“Makasih.” Jawab Denise datar dn setelah itu dirinya langsung meninggalkan pria tersebut.
“Tunggu!” teriak lelaki itu.
“Ada apa.” Denise langsung menghentikan langkahnya saat pria itu memanggil.
“Aku Ardy.” Denise terperangah kala pria itu memperkenalkan dirinya pada Denise.
“Salam kenal juga.” jawaban singkat yang diberikan oleh Denise membuat Ardy salah tingkah, nyatanya gadis yang berada di depannya hanya sedikit memberi tanggapan.
“Sepertinya sudah tidak ada lagi yang dibicarakan. Jadi, aku pamit ya.” Setelah berkata Denise langsung pergi tanpa pamit.
“Gadis unik,” ucap Ardi dengan senyum yang terlihat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
neng ade
seperti nya Ardy mulai tertarik nih sm Denise 😁😍
2024-03-04
0