Di saat Denise akan mengambil sayur yang berada di mangkuk, Denise sangat terkejut karena sayur yang ia ambil telah basi.
"Perasaan ini sayur baru saja ku makan, tapi kenapa bisa basi ya sekarang?" Denise bertanya-tanya tentang sayur yang berada di mangkuk itu, dan ia beralih mengambil ayam dan ternyata.
HUEK.
"Kenapa baunya tidak enak," gumam Denise.
Sedangkan Kunti tidak berkutik, karena dialah pelaku utamanya.
"Kuntiii!" Denise tahu siapa dalang di balik semua itu.
"Maaf." Hanya satu kata yang keluar dari mulut Kunti.
"Dasar setan gak ada akhlak." Denise mengumpat lalu ia berdiri untuk mengambil makanan yang sudah basi karena ulah Kunti.
...----------------...
Tidak terasa waktu bergulir dengan cepat, kini senja telah berubah menjadi malam. Malam ini tidak seperti biasanya, hawa dingin yang menusuk di setiap sela pori-pori. Membuat Denise sedikit merasakan kekuatiran di hatinya.
"Ish, kenapa dingin banget ya ini malam." Gumam Denise pada dirinya sendiri.
Jalanan pun sepi, tidak seperti biasanya.
Saat Denise tengah berada di jalan, sesaat ia merasa kalau ada yang sedang mengintainya.
"Kok jadi merinding ya," ucap Denise lirih.
Sedangkan Kunti, belum juga nampak. Jika saja ada Kunti mungkin suasana sedikit hangat.
Entah mengapa padahal hari ini masih pukul sembilan, namun tidak ada satu pun kendaraan yang lewat.
Denise berusaha tetap tenang meski dirinya takut. Denise sesekali melirik ke arah spion guna melihat, apa ada yang sedang membuntutinya secara diam-diam.
Semakin lama semakin membuat Denise risau. Ia pun langsung menancap gas dengan kecepatan di atas rata-rata.
Namun tiba-tiba.
Ciiiiit.
Sreeek.
"Auh, sakit." Denise merintih menahan sakit akibat motor yang ia kendarai tiba-tiba terguling akibat mengerem dengan cara mendadak.
Setelah ia bangun pun, Denise tidak berani menoleh. Bukan tanpa alasan, sosok berdiri di sampingnya membuat Denise gemetar.
Mahluk yang tinggi dan besar, kuku yang panjang-panjang serta wajah yang sangat menyeramkan. Membuat Denise bergidik ngeri.
"Kamu harus ikut denganku, gadis cantik." Dengan suara yang menggelegar mahluk tinggi besar itu ingin mengajak Denise ke dunianya.
"Tolong jangan ganggu aku," ucap Denise sekuat tenaga untuk menghilangkan rasa takutnya.
Hahahaha.
Mahluk tinggi besar itu tertawa dengan mulut yang sangat lebar.
"Apa mau mu, mengapa kamu menggangguku!" seru Denise.
Hahahaha.
"Kamu adalah bagian dari dunia kami." Jawab sosok menyeramkan itu.
Sedangkan Denise dalam hati terus memanggil Kunti, berharap jika Kunti akan datang menolongnya.
"Sekarang kamu ikut aku," sosok menyeramkan dengan semua badan yang di penuhi oleh bulu-bulu bak gorila, menyeret paksa Denise untuk dibawanya.
"Berhenti!" suara Bariton yang tidak jauh dari posisi Denise, sosok Kunti menghentikan sosok menyeramkan itu, agar tidak membawa temannya pergi.
"Mau kau bawa kemana mahluk jelek, temanku itu. Hum!" gertak Kunti pada sosok yang menatap nyalang ke arah Kunti saat ini.
"Itu bukan urusanmu! jadi jangan halangi aku untuk membawa manusia ini," ucap sosok itu dengan kemarahan.
Sejenak sosok itu melepaskan Denise, dan beralih menatap ke arah kunti dengan sejuta kemarahan, karena telah mengganggu dirinya yang akan membawa mangsanya pergi.
"Jika berani lawan aku, mahluk jelek." Tantang Kunti.
Sekarang wajah Kunti berubah seperti semula, wajah hancur serta beberapa luka yang hampir terlihat tengkoraknya. Dengan tatapan membunuh Kunti sudah bersiap untuk melawan musuhnya.
Denise hanya mampu melihat dua mahluk astral sedang beradu kekuatan.
Dengan lihainya Kunti bisa menghindar dari serangan sosok dengan bentuk tubuh yang sangat menakutkan, dan tak ingin lagi Denise bertemu dengan mahluk seperti itu.
Mereka terus saja saling menyerang satu sama lain, hingga sosok itupun akhirnya tumbang juga. Hingga akhirnya Kunti lah yang memenangkan pertarungan itu.
"Ingat! saya akan datang membalas dendam pada kamu, dan saya juga akan membawa gadis itu." Setelah telunjuk sosok itu mengarah wajah Kunti, kini beralih menunjuk ke arah Denise.
"Sudah lah, jangan banyak bicara atau kamu akan merasakan serangan saya lagi." Gertak Kunti itu lagi.
Slep.
Akhirnya sosok itupun menghilang bersama perginya sang angin.
Kunti tidak lupa merubah wujudnya, agar Denise tidak takut.
"Nes, kamu tidak apa-apa?" tanya Kunti.
"Tidak apa-apa." Jawab Denise meski ia merasakan sedikit perih karena luka yang ada di dengkulnya.
Duh, sakit banget buat jalan, batin Denise dalam hati.
"Nes, apa kamu sedang berbohong padaku." Ucapan Kunti seketika membuat Denise menoleh ke arahnya, dan sepertinya Denise melupakan sesuatu.
Astaga, itu setan kan tahu isi hatiku, rutuk Denise dalam hatinya lagi.
"Sepertinya kamu melupakan sesuatu, Nes." Setelah Kunti berujar, Denise tersenyum karena ia lupa kalau sahabat hantunya itu tidak bisa di bohongi.
"Maaf."
Kunti mulai mendekati Denise yang merasa kesakitan. Kunti berjongkok lalu memegang kaki Denise yang luka, dan dengan hitungan detik luka itu sembuh dan tidak berbekas sama sekali.
"Lho kok bisa gak ada lukanya, Kun kamu mengobati lukaku." Dengan wajah penuh keheranan Denise berkata.
"Ya bisa, orang di sembuhin apa karena kamu habis terjatuh makanya otak kamu hilang separuh."
"Hehehe ... Sepertinya, ya sudah yuk pulang." Ajak Denise.
Setelah dirinya sudah merasa aman dan tenang, barulah ia menyalakan motor dan sekarang sepertinya dirinya harus segera secepatnya pulang.
"Eh, kamu ngapain naik ke motorku?" tanya Denise pada Kunti.
"Ya mau ikut kamu pulang lha." Jawab Kunti kepada Denise.
"Hye, kamu kan bisa terbang. Ngapain juga kamu ikut di motorku," sungut Denise pada Kunti.
"Oh, iya ya. Maaf lupa," ujar Kunti dengan di iringi senyuman.
"Dasar setan saja bisa lupa, apalagi manusia." Denise menggerutu sembari mengegas motornya, agar segera pergi meninggalkan jalan yang cukup mencekam. Nyatanya memang tidak ada satu pun yang melewati jalan ini.
Akhirnya, Denise bisa menghirup udara lega. Dirinya kini sudah berada di jalan raya, yang masih rama akan pengguna jalan.
Tidak lama kemudian, Denise dan Kunti sudah sampai di depan rumah, dan ternyata Bu Lasmi sudah berada di ambang pintu untuk menunggu kedatangan sang anak. Namun sampai satu jam lebih, nyatanya baru sampai rumah dengan waktu yang sudah di tentukan oleh Denise sendiri.
Denise segera turun dengan membawa tentengan kantong kresek, sebuah barang-barang keperluan yang nantinya akan di bawa bekerja.
"Kok, sampai jam segini, Nes?" tanya Bu Lasmi pada Denise dengan punggung yang di sandarkan di daun pintu.
"Tadi kehabisan bensin Bu, makanya aku mampir ke pom dulu." Jawab Denise berbohong, karena tidak mungkin untuknya berkata jujur dengan apa yang terjadi barusan, dan Denise mencoba menyakinkan sang ibu agar tidak kuatir kepadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
neng ade
ibu nya Denise ga tau ya klo putri nya itu punya kelebihan ..
2024-03-03
0
Lina Zascia Amandia
Baru nyicil bbrp bab nih Say, lagi sibuk mikirin ide buat karya baru. TTP smgt ya.
2023-02-09
0
Authophille09
Semangat kak, maaf jarang komentar, kadang bingung mau bilang apa. tapi sepenuhnya karya kk keren🥳
2022-12-23
0