Denise dan Putri sampai di pabrik di mana Putri bekerja.
"Put, apa kamu yakin kalau bakal keterima. Sedangkan aku hanya lulusan SMP?" Denise ragu kalau dirinya tidak akan diterima.
"Kamu tenang saja, di sini paling rendah lulusan SMP. Jadi, kamu tidak perlu ragu." Jawab Putri menyakinkan Denise.
Denise tersenyum mengangguk.
Putri sedang di ruangan HRD, untuk memberi tahu kalau ia sudah membawa karyawan yang ia butuhkan.
Tok.
Tok.
Tok.
"Masuk." Terdengar suara dari dalam menyahuti ketukan yang dilakukan oleh Putri.
"Permisi, Bu. Ini saya sudah membawa orang yang anda butuhkan," ujar Putri.
"Mana yang saya suruh bawa kemarin?" tanya HRD itu pada Putri, lalu Putri mengambil map yang berada di pangkuan Denise untuk di serahkan pada HRD.
"Nilai kamu cukup bagus, kenapa tidak melanjutkan?" kini netra bu Mega menatap ke arah Denise.
"Tidak ada biaya, Bu." Jawab Denise yang harus terpaksa berbohong.
"Ya sudah, mulai hari ini kamu bekerja dan kamu juga bekerja di bagian finishing." Bu Mega itu menjelaskan tentang pekerjaan apa yang ia kerjakan.
"Alhamdulillah." Denise merasa senang karena ternyata ia diterima.
"Kalian boleh keluar dan langsung bekerja," ucap HRD mempersilahkan keduanya untuk keluar dan segera bekerja.
Sesampainya di dalam pabrik, Denise mengedarkan pandangannya di sekelilingnya.
"Astagfirullah." Denise terhenyak karena saking terkejutnya.
Terlihat sosok yang teramat menyeramkan sedang bergelantung di atas sana, wajah hancur dengan tangan hanya tertinggal satu, dan bola matanya hanya satu. Membuat Denise merasa mual.
Semua orang yang berada di tempat menatap aneh ke arah Denise karena, Denise terus menatap ke arah atas.
Semua orang saling berbisik membicarakan karyawan baru yang tak lain adalah Denise.
"Nes, jika kamu melihat abaikan saja dulu, lihatlah semua orang menatapmu." Denise pun yang mendengar akhirnya bersikap seolah-olah tidak melihat.
Putri pun segera mengantar Denise ke tempat di mana ia harus memulai aktivitasnya.
Akhirnya Denise merasakan bekerja dan mencari uang, namun pekerjaannya tak bisa fokus karena di ganggu oleh sosok tadi yang bergelantung kerangka atap.
"Kau bisa melihatku bukan?" sosok itu semakin mendekat dan mendekat lagi seraya berbisik."
"Tolong jangan ganggu aku," ucap Denise lirih karena ia tidak mau di bilang gila jika ada yang melihat.
Hahahahaha ... Hantu dengan tubuh tidak lengkap itu terus tertawa terbahak-bahak dan setelah itu, tatapan nyalang di berikan pada Denise.
"Kenapa kamu menggangguku, padahal aku sama sekali tidak mengganggu kamu setan laknat!" keadaan menjadi hening karena semua mata menatap aneh pada dirinya.
"Maaf, tadi ada nyamuk jadi saya kesal." Denise terpaksa berbohong lagi karena tidak mungkin baginya bercerita, tentang hantu yang begitu sangat menyeramkan.
"Tidak harus berteriak kan, kamu anak baru jadi bersikaplah sewajarnya!" perempuan yang tidak jauh darinya mencoba memperingati Denise.
"I-iya, Mbak." Jawab Denise terbata.
"Ya sudah lanjutkan," ujar perempuan itu.
Sosok menyeramkan itu telah hilang dan untuk beberapa detik, Denise bisa bekerja dengan serius.
Tidak terasa waktu istirahat pun telah tiba dan semua orang berhamburan untuk beristirahat dan, ada juga yang langsung ke kantin untuk memakan bekalnya ataupun membeli menu yang ada di kantin.
Putri menghampiri Denise dan akan mengajaknya makan di kantin dengannya.
"Eh Nes, baru juga mau ku samperin kamu." Sebelum Putri menghampiri, Denise sudah berjalan ke arah Putri.
"Kenapa?"
"Ke kantin untuk makan." Jawab Putri.
"Boleh," ujar Denise.
Akhirnya mereka berdua berjalan menuju kantin dan mereka juga sudah memesan makanan yang sama mie. Denise baru saja mulai bekerja jadi dirinya harus bisa berhemat agar bisa cukup sampai gajian bulan depan.
Begitupula dengan Putri, Putri berhemat karena ia terlalu banyak menanggung beban keluarga, ada adik-adiknya yang harus ia pikirkan. Sedangkan gajinya hanya 2,5 juta sebulan. Jadi, ia pun harus bisa berhemat.
Mereka memesan semangkok mie instan dan segelas teh dan itu sudah di bandrol tujuh ribu rupiah.
"Put, tiba-tiba aku kebelet. Anterin dong," ucap Denise memohon.
"Ya sudah yuk." Putri bersedia mengantarkan Denise ke WC dan meninggalkan, mangkok yang masih berisi.
"Bu, aku mau ke kamar mandi dulu. Titip yang ada di meja ya," ujar Putri pada Bu titik pemilik kantin.
"Baik, kalian tenang saja." Jawab bu Titik dan setelah itu Putri dan Denise berjalan ke arah kamar mandi.
Sesampainya di kamar mandi entah mengapa tengkuknya terasa berat dan Denise juga merasa, kalau ada sosok yang sedang mengintainya.
"Kamu kenapa?" Putri merasa kalau sikap Denise sedikit berubah karena sedari tadi ia hanya diam.
"Denise! kamu gak papa kan." Putri sedikit kuatir dan terus menanyai nya.
"Ti-tidak apa-apa." Jawab Denise.
Entah mengapa perasaannya tidak enak dan sepertinya di kamar mandi ini tengah menyimpan sejuta misteri, tapi entah apa? karena saat dirinya akan masuk ke dalam suana menjadi berbeda. Rasa pengap dan rasa dingin kian melanda membuat Denise tidak nyaman. Akan tetapi, ia harus menuntaskan buang air nya karena dirinya benar-benar sudah tidak tahan.
Akhirnya Denise memilih masuk dan sejenak melupakan rasa yang hinggap pada dirinya.
Hawa dingin tiba-tiba datang seakan ada yang ingin berentraksi padanya, namun tidak ada sosok tak kasat mata sama sekali dan hanya sebuah keheningan, yang di rasakan Denise.
Ceklek.
Denise membuka pintu dan ia bersyukur karena Putri masih setia menemaninya.
"Put, ayo!" Denise mengajak Putri untuk kembali ke kantin, namu orang yabg di ajaknya bicara hanya diam dan langsung berjalan, mendahului Denise.
"Eh, kenapa di tinggal!" seru Denis pada Putri, karena Putri berjalan sangat cepat hingga Denise merasa kesusahan untuk mengimbanginya.
Lagi-lagi Putri tidak menjawab dan terus berjalan.
Hampir sampai di kantin, Denise mendengar seseorang tengah memanggilnya, namun ia hiraukan. Akan tetapi, lagi-lagi sebuah panggilan membuatnya berhenti dan hendak menoleh ke arah sumber suara tersebut.
"Kenapa kamu ninggalin aku, dasar teman gak punya akhlak." Mendengar seseorang berbicara seperti itu membuat Denise terhenyak karena saking terkejutnya.
Bukankah perempuan yang sekarang ada di depannya baru saja berjalan dengannya dan, sempat meninggalkannya? lalu kalau sekarang ada manusia lantas tadi siapa? Denise benar-benar frustasi dengan apa yang sedang ia alami sekarang.
Benar saja sosok yang pertama telah hilang dari pandangannya dan sosok, perempuan yang ada di depannya kini masih ada.
"Kamu benar Putri kan?" Denise hanya ingin menyakinkan akan apa yang terjadi padanya.
"Memangnya siapa lagi kalau bukan Putri," seru Putri pada Denise akan pertanyaan yang tidak masuk akal.
Jika ini putri, siapa tadi atau jangan-jangan.
DEGH.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
@Kristin
Tips iklan buat mu Thor 🤗 semoga tambah semangat 💪
2023-02-16
0