Di rasa semua telah selesai dan korban pun di bawah kerumahnya, guna di serahkan pada anggota keluarga. Kini Denise dan putri kembali ke warung milik Ibu Denise.
"Denise aku pulang dulu, ini sudah cukup siang karena aku mau berangkat ke kota sebrang." Putri berpamitan pada Denis karena hari sudah cukup siang.
Mendengar kota sebrang, dan bekerja. Membuat jiwa Denise ingin sekali ikut.
"Put, panggil Denise.
" Iya, kenapa!" timpal Putri.
"Kamu bekerja di kota?" tanya Denise.
"Eum, aku di sana ngekos dan bekerja di pabrik konveksi. Apa kamu mau ikut," ucap Putri.
"Di sana lagi butuh karyawan untuk bagian finishing sebelum masuk di tahap pemasaran," ujar Putri lagi menjelaskan.
Denise diam, dirinya ingin sekali bisa mencari uang sendiri tanpa meminta pada Ibunya. Namun apa ia akan di perbolehkan, mengingat Denise telah mendapat julukan gadis gila.
"Mana ponsel kamu," Putri tahu apa yang tengah di rasakan teman barunya itu.
"Ini." Lantas Denise memberikan ponsel pada Putri, selang berapa menit ponsel telah di kembalikan pada empu nya.
Akhirnya Putri berpamitan pulang dengan meninggalkan nomor ponsel kepada Denise.
🌸🌸🌸🌸🌸
Tidak terasa waktu bergulir dengan cepat. Satu masalah telah selesai dan sekarang waktunya membantu sang Ibu beberes karena hari sudah sore. Dengan begitu mereka berdua akan segera pulang untuk mengistirahatkan tubuh, apalagi pikiran Denise yang saat ini sedang kacau.
Pukul delapan malam, seperti biasa Denise akan menyumpal kedua telinganya dengan alat musik (headset) dengan begitu dirinya tidak akan mendengar suara-suara aneh yang membuat telinganya sakit. Suara rintihan serta tangisan membuatnya kesal karena itu sangat mengganggu ketenangannya.
Denise yang tengah berbaring sambil bermain ponsel, tak lupa suara musik terdengar sangat keras. Sampai-sampai ia tidak mendengar bahwa suara ketukan dari luar kamar.
Bu Lasmi mendengus kesal karena sedari tadi teriakan serta ketukan tidak di hiraukan, sama sekali.
Denise samar-samar mendengarkan suara ketukan dari luar kamar, dan mencoba melepaskan satu alat musik.
"Ibu." Lirih nya.
Lantas Denise buru-buru turun dari kasurnya dan segera membuka pintu.
Ceklek.
"Ibu," ucap Denise.
Sedangkan Bu Lasmi sudah berkacak pinggang serta melebarkan pandangannya ke arah Denise.
"Apa kamu sengaja membuat Ibu sakit tenggorokan!" seru Bu Lasmi, karena hampir 20 menit beliau berteriak.
"Maaf Bu," Denise tertunduk dan tidak berani mengangkat kepalanya, meski dirinya sedang berucap.
"Lain kali, lepas itu alat musik, memangnya telinga kamu gak sakit apa!" Bu Lasmi sangat kesal karena dugaannya benar, jika telinga anaknya di tutup oleh alat musik.
"Ya sudah, tolong belikan obat di apotik." Titah Bu Lasmi pada Denise.
"Iya, Bu." Jawab Denise disertai anggukan.
Setelah Denise keluar dengan membawa motor matiknya.
Dinginnya angin malam membuat Denise merasakan dingin di sekujur tubuh, terpaan angin mampu membuat bulu kuduknya bangun. Di tambah lagi malam ini malam yang membuat dirinya enggan untuk keluar, namun ia juga tidak mungkin menolak sang Ibu yang menyuruhnya.
Terlihat jalanan yang semakin semakin sepi, karena orang-orang yang berjualan hampir merata libur. Hari kamis semua pedagang ada yang libur ada juga yang tetap berjualan.
Semerbak aroma kemenyan yang masuk ke dalam rongga hidung Denise berama angin yang telah membawanya, membuat kesan horor bagi Denise. Sebagian para warga jika hari kamis, di mana menurut orang-orang yang sakral selain kamis kliwon.
Namun Denise mencoba tidak menghiraukannya dan fokus untuk menyetir namun sayang, saat dirinya sedang asik melajukan motornya dengan kecepatan sedang, tiba-tiba saja.
Ciiiiiiit.
"Dasar mahluk sialan!" teriak Denise, karena ia melihat orang yang sedang menyebrang secara tiba-tiba. Itu membuat Denise mengerem dadakan.
Sedangkan sosok itu, dengan senyuman menyingrai menatap Denise. Hingga membuat Denise sangat ketakutan.
Dengan keberanian yang ia kumpulkan, Denise mencoba berentraksi dengan mahluk itu.
"A--apa mau kamu?" tanya Denise dengan suara terbata.
Namun mahluk itu malah menatap tajam ke arah Denise.
"Jangan menatap saya seperti itu," ujar Denise lagi.
Sosok itu bukannya menghilang malah melayang ke arah di mana Denise berada.
Gegas Denise menaiki sepeda motornya dan langsung mengegas dengan kecepatan di atas rata-rata.
Saat menaiki motor, entah mengapa Denise merasakan hawa yang semakin dingin menusuk hingga ke dalam pori-pori.
Kenapa berasa ada yang ngikutin ya, terus ini motor berasa berat banget. Masa sih ada demit yang ikut numpang di motorku, dalam hati Denise terus saja bergumam. Rupanya ia belum mengetahui kalau sedang di intai.
Tidak berapa lama kemudian Denise telah sampai di apotek untuk membeli obat yang di bilang Ibu nya tadi.
"Mbak mau obat dengan merek ini ya," ucap Denise pada pegawai apoteker.
"Oh iya Mbak, silahkan di tunggu." Jawab pegawai itu.
Tidak beberapa lana, pegawai itu memberikan obat sesuai contoh yang di berikan oleh Denise.
"Ini Mbak, obatnya." Obat telah diberikan pada Denise, dan Denise pun mengucap terimakasih pada sosok pegawai itu tersebut.
Di saat Denise sudah siap untuk melajukan motornya, tiba-tiba sebuah tepukan di pundaknya. Membuat Denise tersentak kaget, hingga langsung menoleh ke arah belakang.
"Mengapa kamu ingin meninggalkan saya." Sebuah suara dari belakang Denise membuatnya langsung terhenyak kala melihat sosok itu.
"Astagfirullah." Denise terkejut hingga mengelus dadanya, saat melihat sosok yang berada di hadapannya tepat. Sampai Denise rela memejamkan matanya, agar tidak melihat.
"Apa kamu ingin terus diposisi seperti itu," ucap sosok yang kini bersama Denise. Sedangkan Denise sudah mandi keringat karena saking takutnya.
"Ke--kenapa Ka--mu mengikuti ku," ujar Denise dengan wajah pucat nya.
"Aku hanya ingin kamu menjadi temanku," ucap sosok itu.
"To--tolong jangan ganggu aku." Setelah berkata, Denise melajukan motornya dengan sangat kencang, dan tidak peduli akan keselamatannya.
20 menit kemudian, Denise sudah berada di rumah dengan nafas yang tersengal-sengal.
Denise tak merespon ucapan Ibunya, melainkan celingukan membuat Bu Lasmi merasa keheranan.
"Nes, kamu cari siapa?" tanya sang Ibu.
"Eh, gak kok Bu. Gak cari apa-apa," jawab Denise sembari mengatur nafasnya.
"Mana obatnya," lali Bu Lasmi meninta obat yang baru saja di belinya.
"I--ini Bu," ucap Denise terbata saat Bu Lasmi menanyakan obat tersebut.
"Ya sudah, lekas tidur ini sudah larut malam." Setelah berkata, Bu Lasmi pergi meninggalkan putrinya.
Setelah Bu Lasmi pamit untuk istirahat, sedangkan Denise lagi-lagi merasakan tengkuk lehernya yang sangat dingin serta bulu kudung yang sudah tegak.
Akhirnya Denise masuk ke dalam kamar mandi karena akan menggosok gigi .
Sesampainya di dalam.
Srek.
Srek,
Untuk yang ketiga kalinya.
Kriettt..
Krak.
Srettt.
Itu suara apa ya, ucap Denise dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
neng ade
karena Ines punya kelebihan mata batin yg bisa melihat makhluk astral ya bnyk juga godaan nya disamping ingin berteman ada juga yg meminta tolong karena sesuatu hal
2024-03-02
0
auliasiamatir
masa shantu mau ngajak temanan 🤣🤣🥺
2023-10-04
1
🤗🤗
makasih say😘
2022-12-15
0