Rasanya Denise ingin sekali menelan habis tanpa sisa tubuh Kunti. Saat Denise tadi diganggu malah Kunti tidak datang dan, barusan setelah semua kembali normal malah ia datang tanpa diminta.
"Kamu ya, darimana saja sih!" sungut Denise pada Kunti dan merasa ingin sekali memakannya.
"A–aku takut," jawab lirih Kunti.
"Kalian kan sama-sama hantu, kenapa harus takut!" seru Denise lagi pad Kunti karena menurutnya semua itu tidak masuk akal.
"Iya memang kami satu jenis, tapi beda umur." Jawab Kunti.
"Kenapa? hantu sudah tidak memikirkan tentang umur," ucap Denise dengan raut wajah yang sedang menahan kekesalan.
"Karena aku baru satu tahun menjadi hantu, sedangkan dia sudah lebih dari tujuh tahun." Kunti menjelaskan kenapa dirinya tidak muncul, itu karena ia takut karena segi kekuatan Kunti tidak ada apa-apanya.
Akhirnya Denise luluh setelah mendengarkan cerita dari Kunti.
"Setidaknya cegah untuk tidak menggangguku." Denise berusaha meredam amarahnya dari Kunti.
"Maaf." Hanya kata itu lagi yang keluar dari mulut Denise.
"Baiklah sekarang aku mau tidur," ucap Denise pada pada Kunti.
"Ya sudah kamu tidur saja, aku akan berjaga untuk menjaga kamu karena ada banyak makhluk yang menginginkan kamu."
Akhirnya malam ini Denise tidur tanpa gangguan, tapi. Bukan berarti tidak ada yang mengganggu karena itu sudah terjadi tadi.
Denise tidur dengan sangat pulas sedangkan Kunti masih sesuai janjinya, untuk menjaga Denise dan sekarang dirinya sedang bermain game untuk menghilangkan rasa kantuk.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Suara alarm membangunkan Denise, perlahan ia membuka matanya untuk menggapai jam weker tersebut. Dirinya sekarang hidup sendiri dan tidak sedang bersama sang ibu. Jadi, ia ingin merasakan bangun siang dan saat ini Denise sedang mematikan jam, yang terus berdering.
PUKUL 06:00.
Denise sudah terbangun dan kini menunggu giliran untuk mandi, kata Putri jika telat sedikit maka akan mendapatkan giliran belakang. Jadi, Denise memutuskan untuk mandi dulu.
Setelah dari kamar mandi saat dirinya berjalan seseorang tengah menyapanya.
"Hye, kamu baru saja kelar mandi?" tanya seseorang yang berada di belakang Denise.
Denise celingukan guna memastikan apa ada orang lain selain dirinya, atau memang hanya dirinya yang ada di situ.
"Saya lagi bicara sama kamu," ucap perempuan itu lagi.
"Oh kirain kamu ada ngomong sama orang lain." Jawab Denise dengan jemari yang menunjuk dirinya sendiri.
Sedetik Denise terperangah kala melihat siapa yang menyapanya barusan. Perempuan itu adalah 'Keyla' yang tadi malam berada di dapur.
"Iya, saya baru keluar kamar mandi. Ya sudah saya duluan, Mbak." Denise pun memutar badannya namun, saat dirinya menoleh sosok itu sudah tidak terlihat lagi.
"Hah, kemana itu perempuan. Kok cepet bener ngilangnya?" Denise bertanya-tanya kemana arah perempuan itu pergi karena, di saat dirinya lengah sebentar sosok perempuan itu tidak terlihat dari pandangan.
Disaat Denise sedang memikirkan sesuatu, tiba-tiba sebuah tepukan membuatnya berjingkat karena terkejut.
"Woi, ngelamun mulu!" gertak lelaki yang belum di kenal oleh Denise.
"Astaghfirullah. Kamu mau buat saya jantungan ya!" deru Denise terlihat kesal.
"Lagian kamu dipanggil kagak nyaut. Jadi, ya terpaksa saya menepuk kamu." Jawab Pria itu.
"Aneh saja, tadi ada perempuan yang berbicara padaku dan setelah itu dia menghilang tiba-tiba." Jawab Denise dan menjelaskan kenapa dirinya melamun.
"Memangnya perempuan itu ada di mana?" tanya pria itu dengan penasaran.
"Di ujung sana dan namanya Keyla, apa dia anak atas?" Denise berbalik bertanya karena ia juga penasaran. Akan tetapi, pria itu malah diam dan hanya terdengar suara ludah yang berusaha ia telan dengan kasar.
"Ka–kamu tidak bercanda kan dan kamu serius," ucap pria itu terbata.
"Memangnya terlihat wajahku yang sedang bercanda!" seru Denise.
"Di sini tidak ada yang namanya Keyla, yang ku tahu di atas bernama Kanaya."
"Huh, serius kamu!" seketika Denise mendelikkan matanya karena ini semua sulit di percaya.
Jika sosok itu bukan tidak ada di mana Denise berada, lantas perempuan yang bernama Keyla itu siapa?
"Makanya jangan ngelamun. Kesambet tau rasa kamu!" sungut pria itu.
"Makasih udah di kasih tau." Setelah itu Denise buru-buru berjalan dengan langkah cepat, agar sampai di kamar.
Masih menjadi sebuah misteri yang harus dipecahkan dan Denise akan mencari tau, akan itu semua. Siapa sosok perempuan yang bernama Keyla tersebut.
Saat Denise tengah menguncrit rambutnya, tiba-tiba saja sebuah ketukan membuatnya sedikit terkejut.
"Iya tunggu!" Denise menyahuti agar ketukan itu berhenti karena terdengar sangat berisik.
Ceklek.
"Cari sarapan yuk, sekalian berangkat kerja." Ternyata yang mengetuk pintu itu adalah Putri, yang sedang mengajak Denise untuk sarapan dan sekalian berangkat kerja.
"Boleh." Denise menjawab sembari masuk ke kamar untuk mengambil tas.
"Kamu seperti ini?" tanya Putri yang merasa aneh dengan dandanan Denise.
"Memangnya kenapa." Jawab Denise karena menurutnya dandanannya tidak ada yang aneh.
"Seperti lelaki, coba berkacalah sekali lagi. Topi hitam, switer, lalu itu alat kenapa selalu terpasang di telingamu." Jawaban yang diberikan oleh Putri sedikit membuat Denise tertawa.
"Kenapa malah tertawa," ujar Putri lagi.
"Tidak, apakah kamu akan menjauhiku setelah mendengarkan aku?" tanya Denise pada Putri.
"Memangnya apa," ucap Putri yang semakin penasaran akan kehidupan Denise.
"Awal pertemuan kita karena ada kecelakaan di depan warung ibuku kan."
"Kacamata ini agar membuatku tidak melihat yang tak ingin ku lihat, alat musik ini membuatku fokus pada lagu yang ada di sini dan, topi ini supaya aku lebih fokus berjalan." Denise menjelaskan semua tentang dirinya pada Putri, entah apa yang akan terjadi pada Putri setelah mendengar.
"Jadi kamu bukan hanya bisa melihat…."
"Iya." Denise menyahut dan memotong perkataan Putri.
"Aku bisa melihat semua mahluk yang ada di sekitar kita dan, aku juga bisa tahu kalau ada orang yang akan celaka." Jelas Denise.
"Aku hanya merasakan tanpa bisa melihat dan itu sudah membuatku takut, terus bagaimana dengan kamu menjalani hari-hari yang seperti itu."
"Mau bagaimana lagi, ini sudah menjadi takdirku yang harus menerima semuanya." Jawab Denise.
"Aku akan tetap menjadi temanmu, sekarang aku sudah tahu tentang jati dirimu. Jadi, aku mendukungmu apapun yang nyaman untukmu." Putri tersenyum dan memeluk tubuh Denise.
Denise pun bersyukur karena ada yang mau menerimanya menjadi teman.
"Ya sudah yuk berangkat, kita juga belum sarapan kan? ini sudah jam 6:30 soalnya," ujar Putri berkata.
"Ya sudah yuk."
Akhirnya mereka keluar dari kos dan akan menuju warung untuk sarapan.
Sesampainya di warung, Putri mengajak Denise untuk masuk dan segera memesan makanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
neng ade
ternyata Putri pun punya kesamaan. dngn Denise hanya aja Putri hany bisa merasakan kehadiran nya sedangkan Denise bisa berinteraksi dan melihat apa yg akan terjadi pada orang itu yg di lihat nya
2024-03-04
0