Melihat warung yang begitu rame membuat keduanya gegas masuk ke dalam warung.
Melihat semua orang makan dengan lahapnya membuat Denise penasaran akan rasa masakan yang berada di warung ini.
"Pak! seperti biasa ya dua sama teh hangat juga," ucap Putri pada penjual tersebut.
Lalu penjual itupun langsung mengacungkan jempolnya tanda ia mengerti.
Tidak membutuhkan waktu lama, dua piring nasi rames dan tidak lupa dua gelas teh hangat, menemani sarapan pagi mereka.
Namun di saat Denise melepaskan kacamata hitamnya, ada yang ganjal.
Benar saja terlihat sosok menyeramkan yang berada di atas meja, dengan air liur yang yang menetes di setiap piring yang meraka gunakan untuk makan.
"Apa ini yang di namakan penglaris? kenapa bentuknya sangat menyeramkan dan baunya, baunya membuatku sangat mual dan ingin muntah." Denise hanya bisa membatin dengan apa yang diliihatnya sekarang.
Mahluk berwarna hijau itu terus berpindah dari satu orang ke orang lainnya dan tetap sama dia akan menjatuhkan air liurnya.
Denise yang melihat sungguh tak menyangka kalau akan seperti ini jadinya. Rasa mual yang mulai ia rasakan membuatnya ingin segera berlari keluar.
Sedangkan Putri yang hendak menyuapkan nasi tersebut, namun tangannya malah di cekal oleh Denise.
"Tunggu!" seru Denise.
"Sepiring rames dan teh berapa?" tanya Denise pada Putri.
"Memangnya kenapa?"
"Sudah jawab saja dan jangan banyak tanya," ujar Denise.
"Dua belas ribu." Jawab Putri.
Lalu Denise merogoh uang dua puluh empat ribu dan meletakkannya di meja dan itu membuat Putri sedikit risih.
"Pak! kami sudah telat, uangnya saya taruh di meja," ucap Denise sembari menyeret Putri dengan paksa untuk keluar dari rumah makan tersebut.
"Ada apa sih, Nes. Kamu kok nyeret orang kek nyeret barang saja," gerutu Putri pada Denise.
"Maaf, lebih baik kita cari makanan yang ada di sekitar sini." Jawab Denise dengan enteng.
"Mau kamu apa sih, kita baru saja makan dan kamu tiba-tiba nyeret aku keluar dan sekarang kamu, kamu ngajakin cari makan lagi." Ucapan Putri membuat Denise merasa bersalah.
"Kita pergi saja dari sini entar ku jelasin, sekarang kamu jangan ngomel terus!" sungut Denis karena Putri tidak berhenti dan terus mengomel.
Sedetik Putri menuruti ucapan Denise daj segera menancap gas untuk pergi.
Kini mereka sedang berada di jalan dan mencari warung untuk sarapan lagi. Netra Putri tak sengaja menangkap sosok nenek-nenek yang berada di trotoar, ada beberapa orang juga di sana untuk makan. Lalu putri menghentikan motornya dan memarkirkan tepat di sebelah jualan sang nenek.
Terlihat dari atas meja jika nenek tersebut sedang berjualan nasi pecel.
"Nek, nasi pecelnya dua ya." Putri memesan dua nasi pecel untuknya dan untuk Denise
"Iya cu, di tunggu ya." Jawab nenek.
Denise dan Putri akhirnya duduk di kursi plastik yang sudah disediakan oleh pemiliknya.
Tidak begitu lama, dua nasi pecel sudah berada di tangan keduanya.
"Enak," ucap Denise lirih dan itu terdengar oleh Putri.
"Iya, ini pecel enak banget. Padahal setiap hari aku selalu lewat sini tapi baru kali ini mampir untuk makan," ucap Putri menyahut.
"Rasanya tidak mengecewakan dan ini benar-benar enak," ujar Denise berkata pada Putri.
"Pokoknya top dah." Putri menimpali sembari terus menyendok nasi dan dimasukkan ke dalam mulutnya.
"Oh iya, kamu tadi belum jelasin kenapa kamu tiba-tiba narik aku?" Putri yang teringat akan tujuannya akhirnya bertanya pada Denise.
"Jangan pernah makan di tempat itu lagi." Jawab Denise singkat. Sedangkan Putri yang tidak mengerti apa maksud ucapan Denise.
"Hampir setiap hari aku makan di situ karena makanannya enak," ucap Putri yang merasa aneh dengan Denise. Bukannya kalau warung rame itu menandalan kalau menunya enak? lantas mengapa justru malah di larang untuk ke sana lagi.
"Tempat makan itu sedang menggunaka…."
"Menggunakan apa!" tanpa menunggu lanjutan dari ucapan Denise, Putri pun langsung memotongnya.
"Makanya kalau orang ngomong itu dengerin dulu, jangan main potong saja!" seru Denise pada Putri yang merasa sangat kesal.
"Maaf, habisnya udah penasaran sih." Jawab Putri cengengesan.
"Jadi sebetulnya warung itu menggunakan penglaris, makanya kenapa itu tempat bisa rame dan seakan-akan semua menikmatinya. Padahal di atas meja ada sosok menjijikkan yang membuang liurnya ke arah piring atau mangkok itu." Denise menjelaskannya pada Putri dan seketika Putri merasa mual, namun ia juga harus tahu situasi di mana dirinya berada.
Putri tidak menyangka bahwa warung yang ia singgahi tenyata sebegitu musriknya. Pantas saja Denise langsung menyeretnya keluar kalau tidak begitu, maka ia akan terjerat oleh makanan yang menggunakan penglaris.
Setelah Denise bercerita panjang lebar dan ia juga sudah selesai sarapan, Denise mengajak Putri bangkit dari duduknya karena sudah berada di angka tujuh.
"Sudah?" netra Denise mengarah ke Putri dan ia juga langsung bertanya.
"Sudah." Jawab Putri lalu ia bangkit dari duduknya.
"Semua jadi berapa, Nek?" Putri bertanya seraya merogoh uang yang berada di sakunya.
"Semua 16ribu, cu." Jawab nenek itu.
Lalu Putri memberikan uang tersebut dan langsung berpamitan kepada nenek yang menjual pecel.
"Makasih ya, cu. Tolong juga bilangin sama temannya untuk selalu behati-hati," ucap nenek itu pada Putri yang sedang memperingati Denise.
Putri tidak menjawab melainkan langsung mengangguk dengan diiringi senyuman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
@Kristin
Iih jijik nya🤮
2023-02-13
0