Saat Denise menoleh benar saja, sosok perempuan yang bernama Keyla tidak ada.
"Ta–tapi memang benar kalau ada perempuan Mbak, dia sedang membuat kopi barusan." Denise mencoba menjelaskan kalau dirinya memang benar-benar melihat.
Sedangkan seseorang yang menegur Denise saat ini adalah Siska. Terlihat dari raut wajah Siska yang terlihat sangat pucat tengah memenuhi mukanya.
"Mbak, Mbak Siska kenapa?" tanya Denise sambil mengangkat kedua alisnya karena merasa aneh, pada perempuan itu.
"Ti–tidak kenapa-kenapa, ya sudah saya duluan." Jawab Siska dengan badan yang gemetar serta suara tertatih ia langsung berlari.
Sedangkan Denise merasa ada yang aneh, saat Siska langsung pergi meninggalkannya. Padahal ia tahu kalau Siska tengah memegang cangkir namun diurungkannya.
"Bisa jadi Keyla langsung pergi kan." Denise bergumam sembari berjalan keluar dari dapur. Tidak mau ambil pusing dan memikirkan semua itu.
Sesampainya di depan kamar, Putri menghampiri Denise yang sedang duduk bersantai.
"Darimana?" sambil berjalan Putri bertanya.
"Buat kopi, gak bisa tidur." Jawab Denise.
"Kenapa kamu tidak menawariku," ucap Putri.
"Ku kira kamu tidak mau, jadi ya … Aku buat sendiri," tukas Denise.
"Bagi dong," ujar Putri yang meminta kopi yang berada di tangan Denise.
"Boleh." Denise meletakkan cangkir itu di meja yang berada di sampung kamarnya. Semua kamar mempunyai satu meja kecil dan dua tempat duduk. Mungkin yang mempunyai kos berpikir jika sewaktu-waktu kalau ada tamu. Jadi, tidak harus masuk ke dalam kamar.
Kini mereka berdua sedang menikmati secangkir kopi yang terbagi dua. Disaat Denise tengah menyeruput kopi, tiba-tiba Putri bergidik.
"Kenapa?" tak sengaja Denise melihat Putri jadi ia memilih bertanya karena terlihat wajah gusarnya.
"Tiba-tiba merinding." Jawab Putri sembari memegang tengkuknya.
"Iya, iyalah orang Kunti ada di sebelah kamu," batin Denise tertawa dalam hati.
"Bau-baunya ada demit," ucap Putri dengan wajah takutnya.
"Kamu berlebihan, Put. Gak ada setan di sini dan sepertinya kamu perlu istirahat, ujar Denise pada Putri. Jika Denise berkata jujur ia takut kalau temannya bertambah takut karena mendengar ucapannya.
"Sepertinya memang perlu istirahat, Nes. Ya sudah aku masuk ke kamar dulu ya," pamit Putri pada Denise.
Sedangkan sekarang tinggal Denise dan Kunti yang berada di luar. Malam yang semakin larut dan hembusan angin makin terasa, membuat Denise merasakan sesuatu yang tidak ingin dirasakan sama sekali.
Entah mengapa ia ingin sekali menoleh ke kanan dan seperti ada dorongan yang mengharuskan. Perlahan Denise menoleh, sosok perempuan sedang membuka kenop pintu ujung sana.
"Katanya tidak boleh ditempati. Mengapa sekarang ada yang membuka?" batin Denise bertanya-tanya soal kamar dengan angka sepuluh.
Lalu ia mencoba untuk menoleh Kunti di sebelahnya namun tidak ada, entah sahabat tak terlihat itu pergi kemana.
"Lho kok Kunti gak ada, pergi kemana dia." Denise berkata lirih sambil celingukan guna mencari keberadaan Kunti.
Setelah itu, dirinya menoleh lagi untuk melihat perempuan dengan dress berwarna putih itu lagi. Akan tetapi, sosok itu juga sudah tidak terlihat.
"Ah sudahlah, lebih baik sekarang aku tidur." Denise berkata lirih sembari melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar.
Udara dingin yang masuk dari sela-sela kamar dan malam pertama di mana Denise berada di kos. Membuatnya bertambah tidak bisa tidur, padahal sekarang jam sudah menunjukkan angka 1:00 dini hari.
Tok.
Tok.
Tok.
Di saat Denise ingin mencari alat yang selalu menemani harinya-harinya, sebuah ketukan membuatnya sedikit terkejut.
"Siapa yang ngetuk pintu malam-malam gini ya?" gumam Denise dengan langkah berjalan ke arah kenop pintu.
Ceklek.
"Huh, gada orang. Apa aku yang salah denger," batin Denise.
Denise celingukan mencari seseorang namun kos sepi dan tidak ada, satu orang pun yang berada di luar.
Akhirnya Denise menutup pintu lagi dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Belum sempat ia meletakkan bokongnya di atas kasur, suara ketukan itu kembali terdengar. Hingga akhirnya dengan rasa kesal ia membuka pintu itu lagi.
Ceklek.
"Siapa yang ngetuk pintu, perasaaan udah dua kali ini aku membuka pintu." Denise bergumam sembari netra nya melirik ke arah kanan dan kiri. Siapa tahu memang ada orang yang sengaja mengerjainya.
Namun di saat dirinya akan menutup pintu, tiba-tiba saja suara kursi terjatuh dari dalam kamar.
Brak.
Seketika Denise pun meloncat akibat terkejut dengan suara itu.
Denise menoleh namun tidak ada seseorang yang berada di dalam. Kunti juga tidak ada lantas siapa? semuanya pertanyaan tertumpu dipikirannya karena kalaupun angin, sepertinya tidak mungkin. Jikalaupun itu kucing harus terdengar juga suaranya.
Keadaan semakin mencekam di saat kelambu itu tiba-tiba bergerak bak seperti terkena terpaan angin.
Denise berusaha untuk tetap tenang dan menetralkan nafasnya yang mulai tidak beraturan. Belum sempat ia meminta agar mahluk itu tidak mengganggunya tiba-tiba suara gelas terjatuh dan
PYAR.
Seketika Denise berjongkok sembari menutup telinganya. Anehnya, sosok itu tidak terlihat oleh Denise dan hanya suara amukan dari makhluk itu yang terdengar.
"Tolong jangan ganggu aku, tolong. Pergilah," Denise berkata lirih siapa tahu dengan begitu sosok itu hilang. Benar saja setelah ia berucap lampu yang menyala lalu tiba-tiba mati dan seterusnya, kini sudah tidak lagi, namun semua yang berada di kamar berantakan.
Dirasa sudah aman Denise berdiri dan melihat ke sekeliling ruangan, entah mengapa Kunti yang ia panggil-panggil tidak kunjung datang.
Akhirnya Denise membereskan kamar yang teramat berantakan baru ia bisa tidur. Akan tetapi, pada saat dirinya tengah mengambil pecahan gelas yang berserakan. Terdengar suara seseorang yang sedang meminta maaf.
"Nes, maaf."
Denise pun mendongakkan kepalanya agar bisa melihat siapa yang barusan bicara
"Kamu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments