Kini Denise sudah mempersiapkan semuanya, termasuk kebutuhan apa saja yang ia bawa. Putri juga sudah memberikan alamat kos nya, dengan begitu ia langsung menuju di mana ia akan tinggal.
"Malam kian larut, dan jalanan mulai sepi. Hanya ada suara hewan malam yang terdengar.
Pukul sebelas malam, Denise dan Kunti sudah tertidur dengan pulas. Namun lagi-lagi ia di kejutkan dengan suara dobrakan pintu terdengar sangat jelas, dan sangat keras.
BRAKH.
Alhasil Denise terbangun, karena suara tersebut.
Akan tetapi saat Denise bangun tidak ada apa-apa di kelilingnya. Namun bau ubi sangat menyengat di hidung Denise, hingga membuatnya lapar.
"Kun, bangun." Denise menggoyangkan tubuh Kunti agar ia juga bangun.
Semakin lama, semakin bau ubi itu sangat mengganggu indra penciumannya.
"Kun, bangun!" Denise sedikit berteriak agar Kunti bangun, dan Kunti pun akhirnya bangun.
"Ada apa sih, orang tidur di bangunin." Kunti berkata dengan mata masih terpejam.
"Tadi ada yang dobrak pintu bunyinya sangat keras, makanya aku bangun. Terus ini bau ubi, apa kamu juga menciumnya?" tanya Denise pada Kunti.
Sedetik Kunti mengendus-endus layaknya kucing.
Sepertinya ia juga menciumnya juga.
"Iya, kok baunya dari arah dapur ya." Kunti segera bangun, dan mengikuti arah bau tersebut. Lalu Denise juga mengikuti langkah Kunti yang berjalan terlebih dulu.
Mereka berdua keluar dari kamar, dan mencari arah bau itu tersebut. Namun sayang saat mereka sudah di ambang pintu, Bu Lasmi tiba-tiba lewat.
"Denise! ngapain kamu sudah seperti maling saja," tegur Bu Lasmi.
"Eh, Ibu." Denise menggaruk kepalanya yang tidak gatal, karena ia merasa seperti maling yang terpergok.
"Tadi ada tikus Bu, makanya aku mencarinya." Sambung Denise lagi.
"Ya sudah sekarang buruan masuk ke kamar lagi, karena ini sudah jam 2:00 tengah malam.
Bu Lasmi gegas meninggalkan Denise yang masih mematung.
Mendapat tepukan dari Kunti, akhirnya Denise pun tersadar akan tujuannya.
Namun bau yang sempat menusuk hidungnya, kini sudah tidak tercium lagi.
"Kun, apa kamu masih menciumnya?" tanya Denise pada Kunti.
"Sepertinya baunya sudah hilang." Jawab Kunti, lalu ia pun terbang menuju ke kamar dan akan melanjutkan tidurnya lagi.
Akhirnya mereka memutuskan untuk tidur lagi, dan menunggu sang pagi datang.
...----------------...
Pagi yang cerah. Suara kokok ayam saling bersahutan. Begitupula dengan suara burung yang menyanyi menambah syahdunya pagi yang indah.
"Nes, apa kamu yakin dengan semua ini?" tanya Bu Lasmi perihal rencananya yang akan pergi untuk bekerja.
"Insya Allah Bu, aku sudah mantap untuk menjadi sosok yang mandiri." Jawab Denise dengan memegang erat jemari sang ibu.
"Kalau begitu berhati-hatilah terhadap orang yang belum kamu kenal," ucap Bu Lasmi.
"Aku selalu mengingat semua nasehat yang Ibu berikan, jadi Ibu tidak usah kuatir." Lalu Denise berdiri dan mengambil ransel untuk dibawanya.
Bu Lasmi tidak bisa membendung air matanya karena mulai sekarang, ia tidak dapat melihat putri satu-satunya itu dan tidak ada lagi, yang menemani hari-harinya berjualan.
Tidak mau menjadi orang tua egois, sebisa mungkin bu Lasmi ingin menjadi seorang ibu yang baik bagi anaknya.
"Bu, aku pamit dulu ya."
"Assalamualaikum," ucap Denise karena bus sudah terlihat.
"Waalaikumsalam, selalu berhati-hati dan jangan lupa untuk tetap berdoa." Bu Lasmi memperingati Denise agar tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Denise sudah berada di dalam bus, dengan mengenakan celana jins switer tidak lupa topi, kacamata hitam, dan headset ia kenakan.
Saat dirinya akan duduk, tiba-tiba ia di senggol seseorang yang mengakibatkan kacamatanya lepas.
"Maaf," ucap seseorang yang baru saja menyenggolnya.
"Iya." Jawab Denise singkat.
Pemandangan yang tak ingin dilihatnya, akhirnya terlihat. Sosok lelaki berwajah pucat dengan kepala yang hilang separuh, serta kantung mata dan juga bibir yang menghitam. Membuat Denise sedikit takut. Lalu ia buru-buru mengenakan kacamatanya lagi agar tidak melihat mahluk astral yang tak ingin dilihatnya sama sekali.
Denise mencoba memejamkan mata, berharap jika nanti ia bangun sampai pada tempat tujuannya.
Denise juga tidak melihat Kunti, entah di mana ia sekarang berada. Sedikit tidak memperdulikannya dan segera tidur.
Empat jam kemudian, kondektur membangunkannya.
"Mbak, Mbak. Bangun ini sudah sampai," ucap kondektur tersebut.
Denise sedikit terkejut karena suara seseorang yang membangunkannya.
"Em, iya Pak makasih." Balas Denise.
Setelah turun dari bus, Denise diminta untuk menunggunya karena putri akan menjemput sebentar lagi.
"Eh ada minimarket, sepertinya akan menunggunya di sana." Denise berkata lirih sembari berjalan menuju dimana minimarket itu berada.
Di pelataran minimarket terdapat tempat duduk beserta mejanya, Denise memutuskan untuk membeli minuman sembari menunggu Putri datang.
"Aish, ternyata sepi kalau tidak ada Kunti." Lagi-lagi Denise berkata lirih.
Wuuuus.
Tiba-tiba suara angin menerpa membuat tengkuk leher Denise merinding dibuatnya.
Bersamaan dengan hembusan angin. Denise melihat seseorang tengah di selimuti asap tebal. Ia terus memandangi seseorang tersebut karena bisa dipastikan, jika akan ada hal buruk yang sudah menantinya.
Semakin penasaran Denise memutuskan untuk berdiri dan mengikuti orang tersebut.
Benar saja ada kendaran yang melaju kencang dari arah berlawanan dan.
AWAS!
Aaaaa.
Dagh.
Denise berteriak sambil menarik orang tersebut. Hingga semua orang juga ikut berteriak karena aksinya.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Denise pada sosok lelaki yang baru saja ditolongnya.
"Tidak, apa kamu ada yang terluka?" lelaki itu ganti bertanya.
Denise tidak menjawab, ia langsung berdiri kembali ke tempat asal ia duduk tadi.
Dengan langkah yang tertatih, serta menahan sakit yang ada di sikunya. Ia mencoba tidak menghiraukannya dan terus berjalan.
Sedangkan di minimarket seseorang sedang mencari sesuatu, dan melirik ke arah ke sana dan kemari. Tepat di kursi ia melihat sebuah ransel tergeletak di bawah dan ia pun langsung memicingkan mata berharap jika itu punya Denise, tetapi jika itu memang benar. Betapa cerobohnya karena sudah sembarangan meletakkan barang.
Seseorang itu adalah putri, kini ia mencoba menunggu siapa tahu itu milik Denise. Tidak berapa lama, dirinya melihat perempuan dengan kacamata serta topi yang di kenakan nya.
Semula Putri tidak tahu jika itu Denise. Sedangkan Denise tahu orang yang duduk di depannya adalah Putri, lalu Denise memutuskan untuk membuka kacamatanya dan menyapa Putri yang sedang terlihat gelisah.
"Putri!" sapa Denise dengan suara sedikit meninggi.
"Jadi kamu Denise," ucap Putri sebelum ia yakin kalau seseorang ada di depannya itu benar-benar orang ia tunggu.
Sedetik Putri merasa ada yang aneh di badan Denise, baju kotor serta terdapat sobekan di baju. Membuat Putri bertanya-tanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
neng ade
Denise habis nolong orang yg hampir tertabrak Put
2024-03-03
0